Kepemimpinan dalam Islam
Kami jadikan di antara mereka
pemimpin, yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami” (Surat As-Sajdah Ayat 24 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir
| Baca di TafsirWeb).
Islam adalah agama yang sempurna, di
antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik
yang berhubungan dengan Allah SWT (Hablumminallah) maupun hubungan dengan
manusia (hablumminannas), termasuk di antara masalah kepemimpinan di
pemerintahan.
Kepemimpinan di satu sisi dapat
bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga bisa bermakna tanggungjawab.
Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai kekuasaan, Allah SWT. mengingatkan kita
bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah SWT. Allah SWT yang memberi
kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah pula yang mencabut
kekuasaan dari siapapun yang dikehendaki-Nya, seperti dalam surat Ali Imran
ayat 26 (Surat Ali ‘Imran Ayat 26 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir
| Baca di TafsirWeb).
Kepemimpinan bukan keistimewaan,
tetapi tanggung jawab. Ia bukan fasilitas tetapi pengorbanan. Ia juga bukan leha-leha,
tetapi kerja keras. Ia juga bukan kesewenang-wenangan bertindak, tetapi
kesewenangan melayani. Selanjutnya kepemimpinan adalah keteladanan berbuat dan
kepeloporan bertindak.
Substansi kepemimpinan dalam
perspektif Islam merupakan sebuah amanat yang harus diberikan kepada orang yang
benar-benar “ahli”, berkualitas dan memiliki tanggung jawab yang jelas dan
benar serta adil, jujur dan bermoral baik. Inilah beberapa kriteria yang Islam
tawarkan dalam memilih seorang pemimpin yang sejatinya dapat membawa masyarakat
kepada kehidupan yang lebih baik, harmonis, dinamis, makmur, sejahtera dan
tentram
Beberapa Pendapat Pemikir Islam
Mengenai Kepemimpinan
- Al Farabi (lahir sekitar tahun
259 H) menulis diantaranya ialah kitab berjudul ‘al-Madinah al-Fadilah’
(Negara Utama) dan ‘al Qa’id al Fa’la (sifat-sifat Pemimpin berkesan) yang
mana beliau menekankan kualitas kepemimpinan utama di Negara Utama
seharusnya merupakan orang yang terbaik berasaskan sejumlah sifat-sifat
kepemimpinan, baik sifat-sifat bawaan maupun sifat-sifat yang dipelajari.
(آراء أهل المدينة الفاضلة
ومضاداتها
(archive.org))
- Al-Mawardiy (lahir 394 H) menulis
beberapa kitab yang masyhur dalam bidang politik dan kepemimpinan,
antaranya ialah al Ahkam al-Sultaniyyah. Beliau memberikan nasehat agar
pemerintah dalam mengurus Negara berdasarkan petunjuk-petunjuk al-Quran
dan al-Sunnah. Beliau menyentuh berbagai aspek mengenai imamah hingga ia
menjadi suatu sistem politik yang baik. (الأحكام السلطانية الماوردي.pdf (archive.org))
- Al-Ghazaly (1058-1111 M) seorang
tokoh ilmuan ensiklopedik yang sangat prolifik dengan karya-karya
tulisannya, antara lain telah menulis kitab, al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat
al-Mulk, yang antara lain telah menggariskan tugas khalifah atau pemimpin.
(التبر المسبوك في نصيحة الملوك
الغزالي p.d.f كتاب 3291.pdf (archive.org))
- Ibn Khaldun, lahir tahun 732 H
(1332-1395 M) adalah orang pertama memberikan perspektif sosial pendiri
historiografi dan Sosiologi. Karya beliau yang amat terkenal dalam bidang
ini ialah Muqaddimah yang membahas berbagai dimensi masyarakat manusia.
Beliau membahas masyarakat kota, masyarakat badawi, tentang manusia
primitif, tentang organisasi-organisasi seperti kerajaan, kekhalifahan,
kesultanan, wilayah, negeri dan daerah. ) مقدمة ابن خلدون : ابن خلدون : Free Download, Borrow, and
Streaming : Internet Archive(
Para pakar di atas setelah menelusuri
Qur’an dan hadist menetapkan empat sifat yang harus dipenuhi oleh para nabi,
yang pada hakekatnya adalah pemimpin sebagai pemimpin umat, nabi Saw memiliki
empat ciri kepemimpinan: shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh
(berkomuniklasi dan komunikatif dengan bawahannya dan semua orang), dan fathanah
(cerdas dan berpengetahuan)[1].
- Sidq (benar), sebuah sifat dasar yang mesti dimiliki
oleh Rasulullah Saw, dan mesti dimiliki pula oleh setiap pemimpin. Ia
harus selalu berusaha menempatkan dirinya pada posisi benar, memiliki
sifat benar, berada di pihak kebenaran, dan memperjuangkan kebenaran dalam
lingkungan yang menjadi tanggungjawabnya. Ia akan selalu berdiri tegak di
atas kebenaran, bergerak mulai dari titik yang benar, berjalan di atas
garis yang benar, dan menuju titik yang benar, yaitu ridho Allah SWT.
kebenaran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan awal dari segala kebaikan,
dan kebohongan yang dimiliki seorang pemimpin adalah awal dari segala
kebobrokan dan kehancuran.
- Amanah (penuh tanggungjawab), sebuah sifat dasar kepemimpinan
Rasul yang berarti jujur, penuh kepercayaan, dan penuh tanggungjawab.
Apabila mendapat suatu tanggungjawab, ia kerahkan segala kemampuannya
untuk melaksanakan tugas yang dipikulnya, ia yakin bahwa dirinya mas-ul
(harus mempertanggungjawabkan) kepemimpinannya. Pemimpin yang amanah juga
memiliki sifat tabah, sabar dan tawakal kepada Allah SWT., ia selalu
menghadapkan dirinya kepada Allah melalui doa, dan menerima dengan penuh
keridoan terhadap apapun keputusan akhir yang ditetapkan oleh Allah SWT.
atas dirinya.
- Tabligh (menyampaikan yang harus
disampaikan). Seorang rasul
sebagai pemimpin memiliki keterbukaaan dalam berbagai hal, tiada sifat
tertutup pada dirinya, karena ketertutupan akan menimbulkan keraguan pihak
lain, dan melahirkan fitnah dalam kepemimpinannya. Sebagai pemimpin
seorang Rasul senantiasa menyampaikan kebenaran yang diterimanya lewat wahyu,
betapapun beratnya tantangan dan resiko yang akan diterimanya. Ia
berpegang pada pedoman “Katakan yang benar itu walaupun pahit kau
rasakan”.
- Fathanah (cerdik), bahwa seorang rasul sebagai pemimpin
memiliki kemampuan berfikir yang tinggi, daya ingat yang kuat, serta
kepintaran menjelaskan dan mempertahankan kebenaran yang diembannya.
Seorang pemimpin mesti basthah fi al-ilmi (memiliki pengetahuan yang luas)
dan pemahaman yang benar mengenai tugasnya, kemampuan managerial yang
matang, cepat dan tepat dalam menetapkan suatu keputusan, kemampuan yang
tinggi dalam menetapkan makhraj (solusi) dari suatu kemelut dalam lingkup
tanggungjawabnya.
Sifat-sifat Nabi Saw itu tercermin
pada kebijakan dan tingkah laku beliau sehari-hari, baik sebagai pemimpin agama
sekaligus pemimpin masyarakat dan negara. Sifat kepemimpinan beliau dan
Khulafaur Rasyidin dapat dijadikan cermin oleh semua pemimpin. Mereka
senantiasa mengabdi, menerima keluh kesah, memfasilitasi, dan siap menjadi
“budak” rakyatnya, bukannya menjadi “tuan” bagi masyarakatnya.
Selanjutnya berbicara tentang
kepemimpinan yang baik, ditemukan lima sifat pokok yang hendaknya dimiliki oleh
seorang pemimpin. Kelima sifat itu terungkap dalam dua ayat : QS
32 : 24 (Surat As-Sajdah Ayat 24 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir
| Baca di TafsirWeb), dan QS 21 :73(Surat Al-Anbiya Ayat 73 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir
| Baca di TafsirWeb) yaitu :
- Kesabaran
dan ketabahan. Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka tabah/sabar.
- Yahduuna
bi amrina mengantar masyarakatnya ke tujuan yang sesuai dengan petunjuk
kami (Allah dan rasulNya)
- Wa awhaena
ilaihim fil alkhaerat telah membudaya pada diri (sang calon) suatu
kebijakan.
- Abidin
senantiasa beribadah, termasuk shalat dan zakat.
- Yuuqinun,
penuh keyakinan karena memiliki visi misi yang jelas.
Dari 5 sifat tersebut as sabar
(ketekunan dan ketabahan) dijadikan Allah sebagai konsideran pengangkatan
mendahului sifat-sifat lain. Karena kesabaran sifat dasar yang melekat, sedang
yang lain adalah yang diperagakan dalam kenyataan.
Selanjutnya berikut ini saya ingin
menyampaikan bagaimana Abu Bakar Assiddiq menjadi pemimpin, kita bisa belajar
dari isi pidato Khalifah Abu bakar Assiddiq ra ketika beliau dilantik menjadi
pemimpin umat sepeninggalnya Rasulullah Saw, yang mana inti dari isi pidato
tersebut dapat dijadikan pedoman dalam memilih profil seorang pemimpin yang
baik. Isi pidato tersebut diterjemahkan kurang lebih sebagai berikut :
“Saudara-saudara, Aku telah diangkat
menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya,
untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika akau berbuat salah
luruskanlah akau. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu
adalah penghianatan. ‘Orang lemah’ di antara kalian akau pandang kuat posisinya
di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ di antara kalian aku
pandang lemah posisinya di sisiku dan akau akan mengambil hak-hak mereka yang
mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak
menerimanya. Janganlah di antara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang
meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah SWT. Patuhlah kalian
kepadaku selama aku mematuhi Allah dan RasulNya. Jika aku durhaka kepada Allah
dan RasulNya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini
marilah kita menunaikan Shalat semoga Allah SWT melimpahkan RahmatNya kepada
kita semua”[2].
Ada 7 (tujuh)
poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar ra
tersebut, yaitu :
- Sifat rendah hati. Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu
tidak berbeda dengan kedudukan raknyatnya. Ia bukan orang yang harus terus
diistimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah
dari yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan
mengemban amanat. Ia seolah pelayan rakyat yang di atas pundaknya terletak
tanggungjawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Dan seperti seorang
“partner” dalam batas-batas yang tertentu bukan seperti “tuan dengan
hambanya”. Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan
kekeluargaan, sebaliknya keegoan mencerminkan sifat takabur dan ingin
menang sendiri.
- Sifat terbuka untuk dikritik. Seorang pemimpin haruslah menaggapi
aspirasi-aspirasi rakyat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat
yang membangun dan konstruktif. Tidak setogianya menganggap kritikan itu
sebagai hujatan atau orang yang mengkritik sebagai lawan yang akan
menjatuhkannya lantas dengan kekuasaannya mendzalimi orang tersebut.
Tetapi harus diperlakukan sebagai “mitra” dengan kebersamaan dalam dalam
rangka meluruskan dari kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk
membangun kepada perbaikan dan kemajuan. Dan ini merupakan suatu
partisipasi sejati sebab sehebat apapun pemimpin itu pastilah memerlukan
partisipasi dari orang banyak dan mitranya. Disinilah perlunya
social-support dan social-control. Prinsip-prinsip dukungan dan kontrol
masyarakat ini bersumber dari norma-norma Islam yang diterima secara utuh
dari ajaran Nabi Muhammad Saw.
- Sifat jujur dan memegang
amanah. Kejujuran yang
dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati rakyat terhadapnya yang dapat
membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin
yang konsisten dengan amanat rakyat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan
perbaikan. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah didatangi putranya saat dia
berada di kantornya kemudian bercerita tentang keluarga dan masalah yang
terjadi dirumah. Seketika itu Umar bin Abdul Aziz mematikan lampu ruangan
dan si anak bertanya dari sebab apa sang ayah mematikan lampu sehingga
hanya berbicara dalam ruangan yang gelap. Dengan sederhana sang ayah
menjawab bahwa lampu yang kita gunakan ini adalah amanah dari rakyat yang
hanya dipergunakan untuk kepentingan pemerintahan bukan urusan keluarga.
- Sifat berlaku adil. Keadilan adalah konteks nyata
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dengan tujuan demi kemakmuran
rakyatnya. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakan
soal penegakan keadilan itu sebagai sikap yang essensial. Seorang pemimpin
harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya
bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja. Dan orang yang “lemah” harus
dibela hak-haknya dan dilindungi, sementara orang yang “kuat” dan
bertindak zhalim harus dicegah dari bertindak sewenang-wenangnya.
- Komitmen dalam perjuangan. Sifat pantang menyerah dan konsisten pada
konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus istiqamah
dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Pantang tergoda oleh rayuan dan
semangat menjadi orang yang pertama di depan musuh-musuh yang hendak
menghancurkan konstitusi yang telah disepakati bersama. Bukan sebagai
penonton di kala perang.
- Bersikap demokratis. Demokrasi merupakan “alat” untuk membentuk
masyarakat yang madani, dengan prinsip-prinsip segala sesuatunya dari
rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Dalam hal ini pemimpin tidak
sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah yang mufakat. Sebab dengan
keterlibatan rakyat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama
akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya
bisa ditanggung bersama-sama.
hidup ini segala sesuatunya takkan
terlepas dari pantauan Allah SWT, manusia bisa berusaha semampunya dan
sehebat-hebatnya, namun yang menentukannya adalah tetap Allah SWT. Hubungan
seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya; yaitu dengan berbakti
dan mengabdi kepada Allah SWT. Semua ini dalam rangka memohon pertolongan dan
ridho Allah SWT semata. Dengan senantiasa berbakti kepadaNya terutama dalam
menegakan shalat lima waktu misalnya, seorang pemimpin akan mendapat hidayah
untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang keji dan tercela. Selanjutnya ia
akan mampu mengawasi dirinya dari perbuatan-perbuatan hina tersebut, karena
dengan shalat yang baik dan benar menurut tuntunan ajaran Islam dapat mencegah
manusia dari perbuatan keji dan munkar (QS. Al Ankabuut: 45).( Surat Al-‘Ankabut Ayat 45 Arab, Latin, Terjemah dan
Tafsir | Baca di TafsirWeb)
Yang tidak kalah penting pemimpin masa
kini juga seharusnya mempunyai karakter sebagai berikut. Semakin banyak sifat
baik yang ditampilkan oleh seorang pemimpin, maka ia akan semakin dipercaya dan
diyakini oleh para pengikutnya.
Berikut ini adalah 10
karakter yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin masa depan, yang acap kali dikemukakan oleh para pakar terkemuka
dalam bidang kepemimpinan[3], yakni :
- Jujur,
menampilkan ketulusan dan integritas dalam semua tindakannya sehingga
tidak ada manivulative
- Kompeten,
dalam melakukan tindakan berbasis pada akal pikiran, sikap dan prinsip
moral. Membuat keputusan tidak terlalu subyektif
- Berpandangan
kedepan, memiliki tujuan dan visi masa depan
- Menginspirasi,
mampu menunjukan kredibilitas dan originalitas dalam segala hal yang ia
lakukan
- Cerdas,
gemar dan rakus membaca haus belajar, dan senantiasa mencari tugas yang
menantang
- Adil
(fairness), mampu menunjukan perlakuan yang adil bagi semua
orang
- Berwawasan
luas – menyukai keragaman kaya perspektif
- Berani,
memiliki ketekunan untuk mencapai tujuan meski menghadapi resiko yang
berat
- Lugas
memiliki penilaian yang baik tentang berbagai persoalan, dan
menggunakannya untuk membuat keputusan yang terbaik pada waktu yang tepat
- Imajinatif
, mampu melakukan perubahan pada waktu yang tepat.
Selain 10 karakter di atas perlu dikembangkan pemimpin
yakni :
1. Membangun suatu standar
2. Memberikan dukungan dan
mengembangkan
3. Integrator
Dari rangkaian syarat-syarat pemimpin di atas sedikit
dapat kita jadikan acuan dalam memilih sosok pemimpin, dan masih banyak lagi
ketentuan-ketentuan pemimpin yang baik dalam perspektif Islam yang bisa kita
gali baik yang tersurat maupun tersirat di dalam Al Quran dan Hadist-hadist
nabi Saw.
Jadi pemimpin seperti apa yang sebaiknya diangkat di era
seperti sekarang ini? Secara umum Al Quran sudah memberikan gambaran kriteria
pemimpin yang harus dipilih, yaitu seperti yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam
firmanNya yang artinya: “ Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur
sesudah (sesudah Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai
hamba-hambaKu yang shaleh” (QS Al-Ambiya’ : 105) (Surat Al-Anbiya Ayat 105 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir
| Baca di TafsirWeb). Jadi yang
mendapat mandat mengurusi manusia beserta isinya di muka bumi ini sesuai
rekomondasi Allah SWT ternyata hanyalah orang-orang shaleh, bukan orang-orang
yang suka membuat kerusakan di muka bumi yang pola fikir dan perilakunya tidak
diridhai oleh Allah SWT. Wallahu’alam
Sumber :
Oleh, Dr. H. Mufid
Hidayat, MA.
·
Kepemimpinan Islam,
Pemimpin Islam,
Sifat
Sifat Pemimpin Islam
Syarat-syarat untuk menjadi pemimpin, Kepemimpinan Wanita dan Pandangan Para Mufassir
Sebelum membahas kepemimpinan
wanita dalam pandangan mufassir, perlulah untuk dipahami mengenai syarat-syarat
menjadi pemimpin.
Syarat-syarat untuk menjadi
pemimpin menurut Al-Mawardi ada 7 [4]:
1)
Adil[5]
Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa yang adil. Maksud adil
adalah lawan dari kata dzalim, sebagaimana yang tercantum dalam Q.S an-Nisa
ayat 58 yang berbunyi;
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى
اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ
نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang
memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”
2)
Berpengetahuan
Dalam artian bisa menjadi hakim (menguasai dalam ilmu
hukum) maupun dalam mengambil keputusan dengan menggunakan ijtihad.
3)
Memiliki
panca indera yang sehat
Tidak adanya kecacatan dalam fisik, karena jika seorang
pemimpin cacat maka tidak optimal mengemban tugasnya, karena banyak tugas yang
harus dikerjakan dalam pemerintahan.
4)
Anggota
tubuh sehat, tidak menghalang-halanginya untuk menyempurnakan tindakan dan
bergerak cepat
5)
Berakal
dan bermental sehat
Berakal sehat dan tidak mempunyai cacat mental atau lebih
jelasnya adalah cerdas, yang pada akhirnya dapat mengemban tugas kepemimpinanya
dengan baik sesuai tuntutan zaman.
6)
Memiliki
keberanian dan sifat patriotism
Hal ini berguna untuk melindungi negara dan melawan musuh,
jadi seorang pemimpin harus mempunyai keahlian tentang militerisme.
7)
Memiliki
nashab dari silsilah Bany Quraisy[6].
Akan tetapi syarat yang terakhir ini tidak bisa berlaku
dalam kepemimpinan di Negara Indonesia yang berasaskan Pancasila. Dimana sistem
pemilihan pemimpin menggunakan sistem Demokrasi (PEMILU).
Dari ketujuh syarat ini, Ridwan Yahya dalam bukunya "Memilih
Pemimpin dalam Perspektif Islam", menambah 1 syarat seorang pemimpin,
yakni seorang pemimpin haruslah seorang laki-laki. Hal ini berlandaskan Q.S
an-Nisa ayat 34 yang artinya “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita” (Surat An-Nisa Ayat 34 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir |
Baca di TafsirWeb) dan diperkuat
oleh hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, at-Turmuzi dan an-Nasa’i:
عَنْ أَبِي
بَكْرَةَ قَالَ : لَقَدْ نَفَعَنِي اللَّهُ بِكَلِمَةٍ سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامَ الْجَمَلِ بَعْدَمَا كِدْتُ
أَنْ أَلْحَقَ بِأَصْحَابِ الْجَمَلِ، فَأُقَاتِلَ مَعَهُمْ. قَالَ : لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّ أَهْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ : " لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ، وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً "[7].
Dari Abu Bakrah dia berkata; Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah, -yaitu pada waktu perang Jamal tatkala aku hampir bergabung dengan para penunggang unta lalu aku ingin berperang bersama mereka.- Dia berkata; ‘Tatkala sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa penduduk Persia telah dipimpin oleh seorang anak perempuan putri raja Kisra, beliau bersabda: “Suatu kaum tidak akan beruntung, jika dipimpin oleh seorang wanita.”
Begitupun berdasarkan teks-teks
al-Qur’an dan Sunnah-sunnah Rasulullah ternyata kedudukan dan tugas wanita
dalam rumah tangga lebih dominan (menjadi skala prioritas utama) daripada tugas
dan kewajiban yang bersifat umum, sosial kemasyarakatan, dan pemerintahan.
Allah swt telah berfirman:
وَقَرْنَ فِيْ
بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَـرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُ وْلٰى
وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ
اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ
تَطْهِيْرًا
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab [33]: 33)( Surat Al-Ahzab Ayat 33 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di TafsirWeb)
Dalam kitab tafsir Al-Qur’anul
adhim karya Ibnu Katsir, ayat ini diinterpretasikan dengan sebuah hadits Nabi:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: جِئْنَ النِّسَاءُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقُلْنَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِالْفَضْلِ وَالْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
تَعَالَى، فَمَا لَنَا عَمَلٌ نُدْرِكُ بِهِ عَمَلَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "مَنْ قَعَدَ -أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا
-مِنْكُنَّ فِي بَيْتِهَا فَإِنَّهَا تُدْرِكُ عَمَلَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ".
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan wanita telah datang kepada Rasulullah, kemudian dia bertanya: Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah kami kaum wanita bisa mendapatkan orang yang berjihad di jalan Allah? Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tinggal di rumahnya, maka dia mendapat pahala mujahid di jalan Allah". (القرآن الكريم - تفسير ابن كثير - تفسير سورة الأحزاب - الآية 33 (ksu.edu.sa))
Dalam Al-Qur'an Surah An-nisa'
ayat 34 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلرِّجَالُ
قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ
وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَا لِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ وَالّٰتِيْ تَخَا فُوْنَ
نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَا ضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا
تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
"Laki-laki
(suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena
mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka
perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan
menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri
nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang),
dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah
kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha
Besar." (QS. An-Nisa' [4]: 34)
Ayat ini ditafsirkan oleh Ibnu
Katsir sebagai berikut:
يَقُولُ تَعَالَى: ﴿الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ﴾ أَيِ: الرَّجُلُ قَيّم عَلَى الْمَرْأَةِ، أَيْ هُوَ رَئِيسُهَا وَكَبِيرُهَا وَالْحَاكِمُ عَلَيْهَا
Dari sini dapat dipahami bahwa penjelasan ayat tidak hanya diambil dari kesimpulan secara tekstual saja. Dalam beberapa terjemah Al-Qur'an, lafadzقوامون hanya diartikan dengan pelindung saja. Padahal pada lafadz tersebut memiliki beberapa makna sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir di atas. Sebab dari sisi inheren (pribadi), laki-laki memang lebih utama dan lebih baik. Maka hal itulah alasan persoalan kenabian dan kekuasaan tertingi hanya diberikan kepada kaum laki-laki saja. (القرآن الكريم - تفسير ابن كثير - تفسير سورة النساء - الآية 34 (ksu.edu.sa))
Imam az-
Zamakhsyari juga menjelaskan dalam kitabnya Al-Kassyaf;
﴿ٱلرِّجَالُ
قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ ….﴾ قَوَّامُونَ عَلَى النِّساءِ يَقُوْمُوْنَ
عَلَيْهِنَّ آمِرِيْنَ نَاهِيْنَ، كَمَا يَقُوْمُ الْوُلَاةُ عَلَى الرَّعَايَا
“Mereka
menguasai perempuan, mereka melakukan perintah dan larangan atas mereka,
seperti yang dilakukan para penguasa atas rakyatnya”
Beliau menyatakan bahwa laki-laki memang lebih unggul dari perempuan. Keunggulan itu meliputi akal, ketegasan, semangat, keperkasaan dan keberanian atau ketangkasan. Maka dari itu kenabian, keulamaan, kepemimpinan besar yang bersifat publik begitu juga dengan jihad hanya disandangkan pada laki-laki. (ص505 - كتاب تفسير الزمخشري الكشاف عن حقائق غوامض التنزيل - سورة النساء آية - المكتبة الشاملة (shamela.ws))
Fakhruddin Razi dalam karyanya Tafsir Mafaatih al-Ghaib, mempercayai keunggulan laki-laki atas wanita dengan alasan ilmu pengetahuan dan kemampuan. Menurutnya akal serta pengetahuan laki-laki lebih luas daripada wanita dan kemampuan mereka dalam melakukan sesuatu yang berat juga lebih mampu dari pada wanita. Sifat-sifat ini merupakan sifat yang hakiki bagi orang laki-laki.( ص70 - كتاب تفسير الرازي مفاتيح الغيب أو التفسير الكبير - سورة النساء آية - المكتبة الشاملة (shamela.ws))
Muhammad Abduh, pemikir Islam kontemporer terkemuka, berpendapat bahwa Allah Swt. telah memberikan kekuatan kepada laki-laki yang tidak diberikan kepada perempuan. Jadi, hal ini merupakan fitrah bagi laki-laki. Kelebihan lainnya yang sudah jelas-jelas dapat dilihat oleh mata adalah laki-laki diberi beban untuk menafkahi perempuan. (ص55 - كتاب تفسير المنار - - المكتبة الشاملة (shamela.ws))
*Penulis adalah
santri aktif Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, aktif sebagai mahasiswa
Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Institut Agama Islam Al-Khairat Pamekasan.
Sumber
:
[1] Lihat
penjelasannya pada link dibawah ini ;
v صفات الرسل والأنبياء الجائزة والواجبة
والمستحيلة - إسلام ويب - مركز الفتوى (islamweb.net)
v موسوعة النابلسي للعلوم الإسلامية (nabulsi.com)
v الأعداء قبل الأصدقاء.. شهدوا للنبي
بالأمانة (azhar.eg)
v عقيدة العوام للسيد احمد المرزوقي -
موقع أهل السنة و الجماعة (mika2eel.com)
v الواجب والمستحيل والجائز فى حق الرسل (jawharatawheed.blogspot.com)
v الواجب والمستحيل والجائز فى حق الرسل |
العلامة خضر عبدالجليل الادهمي
(khederabdelgalel.blogspot.com)
v الواجب والمستحيل فى حق الرسل « صوت
الاسلام (wordpress.com)
v الرسل والإيمان بهم (alukah.net)
[2]
Pidato aslinya dan beberapa penjelasannya
silakan lihat link di bawah ini ;
v أصول الولاية في الإسلام من خطبة الصديق -
الدرر السنية (dorar.net)
v الدرر السنية - الموسوعة الحديثية - شروح
الأحاديث (dorar.net)
v Pidato Pertama Abu Bakar Ash Shiddiq Pasca Pengangkatannya
Sebagai Khalifah (umma.id)
v وليت عليكم ولست بخيركم .. درس لكل عاقل -
ملتقى الخطباء (khutabaa.com)
v من فضائل أبي بكر رضي الله عنه - إسلام ويب - مركز
الفتوى (islamweb.net)
v مدى صحة قال أبو بكر الصديق وليت عليكم
ولست بخيركم فإن أحسنت فأعينوني وإن أسأت فقوموني
(islamink.com)
v ص211 - كتاب جامع الأحاديث - مسند أبى بكر الصديق -
المكتبة الشاملة (shamela.ws)
v أبوبكر الصديق: «إنى قد وليت عليكم ولست
بخيركم» | المصري اليوم
(almasryalyoum.com)
v من خطب أبي بكر - موضوع (mawdoo3.com)
v الزعم أن أبا بكر - رضي الله عنه - كان
دكتاتورا (مستبدا) لا يقبل النقد والتوجيه
(bayanelislam.net)
v أول خطبة لأبي بكر الصديق - الصحابة
والتابعين (hawlalrasool.com)
v أبو بكر الصديق رضي الله عنه - فقه المسلم (islamonline.net)
v Al Moqatel - الخلفاء الراشدون
v خطبة الصديق رضي الله عنه (alfaseeh.com)
v تحليل بلاغى رائغ لخطبة أبي بكر الأول
الثانوى فصل دراسى ثانى
(ahlamontada.com)
[3] Sumber
Literatur lain, diantaranya ;
v
10 Karakter Pemimpin
Masa Depan (kemenkeu.go.id)
v
Ingin Menjadi Pemimpin Ideal? Kenali
10 Karakter Pemimpin Berikut | Sprinthink
v
10 Sifat
Kepemimpinan yang Berguna untuk Pengembangan Bisnis (bunghatta.ac.id)
v
10 karakter yang
harus dimiiki pemimpin|D3 Komputerisasi Akuntansi A.Md.Kom (stekom.ac.id)
v
10 Ciri-ciri
Kepemimpinan yang Baik, Wajib Diketahui! - Accurate Online
v
The Top 10
Qualities of a Great Leader | Champlain College Online
v
10 Qualities of a
Good Leader | SNHU
v
The 10
Characteristics and Qualities of a Good Leader | CCL
v
The Top 10
Leadership Qualities You Need to Succeed | The Muse
v
Leadership
Traits: 10 Top Qualities of Effective Leaders | Indeed.com
v
10 Leadership
Qualities That Will Make You A Great Leader - Lolly Daskal |
v
Top 10 Leadership
Qualities of Great Leaders | Brian Tracy
v
10
Characteristics Every Great Leader Needs In The Workplace - Work It Daily
v
(12) Top 10
Leadership Qualities That Make Good Leaders | LinkedIn
v
Top 10 Leadership
Qualities | BioSpace
v
10 Qualities of
Good Leadership High-Performance Leaders Use (makeadentleadership.com)
[4]
ص19 - كتاب الأحكام
السلطانية للماوردي - فصل الشروط التي ينبغي توافرها في الخليفة - المكتبة الشاملة (shamela.ws)
[5] Tentang "Adil" silakan lihat
link dibawah ini ;
v مؤهّلات الإمام عند أهل السّنة (rafed.net)
[6] Teks asli
dan penjelasannya lihat di link berikut ini ;
v حول صحة حديث "الأئمة من قريش" | الحرة
(alhurra.com)
v الأدلة على كون الأئمة من قريش والسر في
ذلك - إسلام ويب - مركز الفتوى (islamweb.net)
v الطعن في حديث "الأئمة من قريش" (bayanelislam.net)
v الدرر السنية - الموسوعة الحديثية -
شروح الأحاديث (dorar.net)
v نقاش حديث الأئمة من قريش - فقه المسلم (islamonline.net)
v معنى حديث الأئمة من قريش (midad.com)
v حكم اشتراط القرشية في الإمامة الكبرى
مع إضافة آراء جمع من المعاصرين (alukah.net)
v الأئمة من قريش بل من بني هاشم (mezan.net)
v ما صحة حديث: (لا يزال هذا الأمر في
قريش ما بقي منهم اثنان)؟ - الإسلام سؤال وجواب
(islamqa.info)
v الطيب آيت حمودة - حديث(الأئمة من قريش)
الذي مزق أمة الإسلام . (ahewar.org)
v حول صحة حديث “الأئمة من قريش” - صحيفة
الراكوبة (alrakoba.net)
v تصفح وتحميل كتاب طيب العيش في حكم الأئمة من قريش Pdf - مكتبة عين الجامعة
(univeyes.com)
v الرد علي شبهة حديث الأئمة من قريش .. (fnoor.com)
v الشيخ محمد ناصر الالباني-فتاوى عبر
الهاتف والسيارة-259-14 (alathar.net)
v الأئمة من قريش «3-3 » | صحيفة الرأي (alrai.com)
v شبهة وجوابها حول حديث الأئمة من قريش.
- إسلام ويب - مركز الفتوى (islamweb.com)
v 12979610431.pdf (archive.org)
v جواب سؤال: في موضوع النسب القرشي وشروط
الخليفة (hizb-ut-tahrir.info)
v فصل: باب الخلافة في قريش والناس تبع
لهم|نداء الإيمان (al-eman.com)
v الحكمة في كون الأئمة من قريش وقيود ذلك
- إسلام ويب - مركز الفتوى (islamweb.org)
v الأئمة من قريش | المَكتبة الإسلاميّة
العَلَويَّة (alawiyoun.net)
v Kepimpinan dari Quraisy | Semak Hadis
v السقيفة / 9 / الأئمة من قريش - شبكة
الدفاع عن السنة
(dd-sunnah.net)
v هل يشترط في الخليفة أن يكون من بني
هاشم أو من قريش | الفتاوى
(fatawa-tartosi.blogspot.com)
[7] Tentang hadits
ini beserta penjelasannya silakan lihat pada link dibawah ini ;
v
الكلام على حديث :
(لن يفلح قوم ولّوا أمرهم امرأة) - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
v
على جمعة: حديث "لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة" خاص ببنت
كسرى - اليوم السابع (youm7.com)
v
دار الإفتاء توضح معنى حديث لن يفلح قوم
ولوا أمرهم امرأة
(cairo24.com)
v
لن يفلح قوم ولوا
أمرهم امرأة!! | الجزيرة نت
(aljazeera.net)
v
«لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة»..
تفسير يفحم منتقدي «السيدات على منصة القضاء» (dostor.org)
v
حديث: «لن يفلح قوم
ولوا أمرهم امرأة» - محمد الحسن الددو الشنقيطي - طريق الإسلام (islamway.net)
v
دار الإفتاء - حكم
ترشح المرأة وانتخابها
(aliftaa.jo)
v
شرح وترجمة حديث: لن
يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة - موسوعة الأحاديث النبوية (hadeethenc.com)
v
جمعية قضاء -
الأبحاث - التصنيفات
(qadha.org.sa)
v
الدرر السنية - الموسوعة
الحديثية - شروح الأحاديث
(dorar.net)
v
مفاهيم مغلوطة..
«لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً» - الأهرام اليومي (ahram.org.eg)
v
لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة -
صحيح البخاري
(hadithprophet.com)
v
ص146 - كتاب شبهات المشككين - ما أفلح
قوم ولوا أمرهم امرأة - المكتبة الشاملة (shamela.ws)
v
معنى «لن يفلح قوم ولوا أمرهم
إمرأة» | موقع الشيخ يوسف القرضاوي
(al-qaradawi.net)
v
شبهة حول حديث لن
يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة وردها - إسلام ويب - مركز الفتوى (islamweb.net)
v
لن يفلح قوم ولوا
أمرهم امرأة - ملتقى أهل التفسير
(mtafsir.net)
v
ما مقصد "لن يفلح قوم ولّوا أمرهم امرأة"؟ "العيسي"
يجيب داعياً إلى فهم صحيح (sabq.org)
v
(PDF) حديث:((
لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة )) دراسة حديثية فقهية (researchgate.net)
v
الرد على من أجاز
تولية المرأة للقضاء
(binbaz.org.sa)
v
الشيخ محمد بن صالح
العثيمين-العقيدة السفارينية-23a-22 (alathar.net)
v
صحة حديث «لن يفلح قوم ولَّوا أمرهم
امرأة»؟.. دار الإفتاء تحسم الجدل
(elbalad.news)
v
تولية المرأة للمناصب(شُبهات
حول حديث "
لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة "وردّها ) (saaid.org)
v
Kepemimpinan Perempuan dalam Kajian
Hadits - UNINUS
v
فهم مغلوط لقول
الرسول: «ما أفلح قوم ولوا أمرهم امرأة» - صحيفة الاتحاد (alittihad.ae)
v
آمنة نصير: حديث «لن
يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة» عن الروم فقط - أخبار مصر - الوطن (elwatannews.com)
v
مصطفي محمود - بل قد
أفلح قوم ولوا أمرهم امرأة
(ahewar.org)
v
"لن يفلح
قوم ولّوا أمرهم امرأة".. أستاذ
بالأزهر: لا تجوز إم | مصراوى (masrawy.com)
v
شرح حديث لن يُفْلِح قوم
ولَّوْا أمْرَهُم امرَأة
(islamic-content.com)
varticle_108337_968c7bc5772ef02e9304937dec7b5eae.pdf
(univeyes.net)