1 Hadits
ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, atau sifat[1]., yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam[2]. Hadits dijadikan
sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas[3], dimana dalam
hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an[4].
2 Atsar
ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW[5].
3 Taqrir
ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan
atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di
hadapan beliau[6].
4 Matan
ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga
isi hadits[7].
5
Sanad berarti sandaran yaitu jalan
matan dari Nabi Muhammad SAW sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij)
hadits itu atau mudawwin (orang yang menghimpun atau membukukan) hadits. Sanad
biasa disebut juga dengan Isnad berarti penyandaran. Pada dasarnya orang atau
ulama yang menjadi sanad hadits itu adalah perawi juga[8].
Gambaran Sanad
Untuk memahami pengertian sanad, dapat digambarkan
sebagai berikut: Sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
didengar oleh sahabat (seorang atau lebih). Sahabat ini (seorang atau lebih)
menyampaikan kepada tabi'in (seorang atau lebih), kemudian tabi'in menyampaikan
pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga
dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud, dll.
Contoh:
Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Bukhari
berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata diucapkan kepada
saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata
diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi
Muhammad.
Awal Sanad dan akhir Sanad
Menurut istilah ahli hadits, sanad itu ada
permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang
disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D.
6 Rowi[9],
yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang atau gurunya. Perbuatannya
menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan
orangnya disebut perawi hadits.
7 Sahabat ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar
sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam
keadaan islam[10].
8 Tabi'in ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama atau sebentar,
dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam[11].
Ada banyak ulama
periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada delapan
ulama’, yakni Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud,
Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.
Gelar Keahlian dalam Bidang Hadits
Para Imam Hadits mendapat gelar keahlian dalam
bidang Imam Hadits sesuai dengan keahlian, kemahiran, dan kemampuan hafalan
ribuan Hadits beserta ilmu-ilmunya. Gelar keahlian itu ialah :
1. Amirul Mu’miniin fil
Hadits[12]
Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para
khalifah setelah Khalifah Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu. Para khalifah diberikan gelar demikian
mengingat jawaban Nabi shallahu
‘alaihi wasallam atas
pertanyaan seorang sahabat tentang “Siapakah yang dikatakan khalifah”?, bahwa
khalifah ialah orang-orang sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan haditsnya.
Para Muhadditsiin pada masa itu seolah-olah berfungsi khalifah
dalam menyampaikan sunnah. Mereka yang memperoleh gelar ini antara lain :
Syu’bah Ibnu al-Hajjaj. Sufyan ats-Tsauri.Ishaq bin Rahawaih ( Rohuyah).Ahmad
bin Hambal.al-Bukhari, ad-Daruquthni dan Imam Muslim.
2. Al-Hakim[13]
Al-Hakim yaitu, orang yang menguasai seluruh
ilmu-ilmu hadits, sehingga tidak ada yang tertinggal darinya. Yaitu,
suatu gelar keahlian bagi imam-imam hadits yang menguasai seluruh hadits yang marwiyah
(diriwayatkan), baik matan maupun sanadnya dan mengetahui ta’dil
(terpuji) dan tarjih (tercelanya) rawi-rawi.
Setiap rawi diketahui
sejarah hidupnya, perjalanannya, guru-guru dan sifat-sifatnya yang dapat
diterima maupun yang ditolak. Ia harus
dapat menghafal hadits lebih dari 300.000 hadits beserta sanadnya. Para muhadditsiin yang
mendapat gelar ini antara lain : Ibnu Dinar (meninggal 162 H).al-Laits bin
Sa’ad.Seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya meninggal 175
H).Imam Malik (179).dan Imam Syafii (204 H).
3. Al-Hujjah[14]
Yaitu, gelar keahlian bagi para Imam yang
sanggup menghafal 300.000 hadits, baik matan, sanad, maupun perihal si rawi
tentang keadilannya, kecacatannya, biografinya (riwayat hidupnya). Para muhadditsiin yang
mendapat gelar ini antara lain ialah :Hisyam bin Urwah (meninggal 146 H).Abu
hudzail Muhammad bin al-Walid (meninggal 149 H).dan Muhammad Abdullah bin Amr
(meninggal 242 H).
4. Al-Hafizh[15]
Ialah gelar untuk ahli hadits yang dapat
menshahihkan sanad dan matan hadits dan dapat men-ta’dil-kan dan men-jarh-kan
rawinya. Seorang al-hafidh harus menghafal hadits-hadits shahih, mengetahui
rawi yang waham (banyak
purbasangka), illat-illat hadits dan istilah-istilah para muhadditsiin.
Menurut sebagian pendapat, al-hafidh itu
harus mempunyai kapasitas hafalan 100.000 hadits.Para muhadditsiin yang
mendapat gelar ini antara lain : al-Iraqi, Syarifuddin ad-Dimyathi.Ibnu Hajar
al-Asqalani, dan Ibnu Daqiqi al-’Iegd.
5. Al-Muhaddits[16]
Menurut muhadditsiin-muhadditsiin mutaqaddimin,
al-hafidh dan al-muhaddits itu searti. Tetapi, menurut muta’akhiriin, al-hafidh
itu lebih khusus daripada al-muhaddits.
Kata at-Tajus Subhi, “al-muhaddits ialah orang
yang dapat mengetahui sanad-sanad, illat-illat, nama-nama rijal (rawi-rawi),
‘ali (tinggi), dan naazil (rendah)-nya suatu hadits, memahami kutubus sittah,
Musnad Ahmad, Sunan al-Baihaqi, Majmu Thabarani, dan menghafal hadits
sekurang-kurangnya 100 hadits. Muhadisin yang mendapat gelar ini antara lain :
Atha’ bin Abi Rabbah (wafat 115 H).Ibnu Katsir dan Imam az-Zabidi.
6. Al-Musnid[17]
Yaitu, gelar keahlian bagi orang yang
meriwayatkan sanadnya, baik menguasai ilmunya maupun tidak. al-musnid juga
disebut dengan at-Thalib, al-Mubtadi’, dan ar-Rawi.
Ada bermacam-macam tinjauan hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini[18].
·
Hadits
dilihat dari segi banyak sedikitnya perawi
o
Hadits
Mutawatir
o Hadits Ahad
o Dari
segi kualitas
§ Hadits Shahih
§ Hadits Hasan
§ Hadits Dha'if
o
Dari segi banyaknya perowi
§ Hadits Masyhur
§ Hadits Azis
§ Hadits Ghorib
·
Hadits dilihat dari segi sandarannya
o Hadits
Qudsiy
o Hadits
Marfu’
o Hadits Mauquf
o Hadits
Maqtu’
·
Hadits
dilihat dari segi diterima atau ditolaknya
o Diterima
§ Dari
segi kualitas
·
Hadits Shoheh
·
Hadits Hasan
§ Dari
segi dapat atau tidaknya diamalkan
·
Muhkam
dan mukhtalif
·
Nasikh
dan mansukh
o
Ditolak karena terputusnya sanad
§ Hadits Mu'allaq
§ Hadits Mursal
§ Hadits Mu'dhol
§ Hadits Munqathi
§ Hadits Mudallas
§ Hadits Mursal Khofiy
§ Hadits Mu’an’an dan Muannan
o
Ditolak karena
cacatnya perawi
§ Hadits Maudhu'
§ Hadits Matruk
§ Hadits Mungkar
§ Hadits Ma’ruf
§ Hadits Mu'allal
§ Hadits Syadz
§ Mukholafah Lits-tsiqoh
·
Hadits
Mudraj
·
Hadits
Maqlub
·
Hadits
Mudhthorib
·
Hadits Mushohhaf
·
Al-Mazid fi Muttasilil Asanid
[1] تيسير
مصطلح الحديث ص 15 و إسعاف
ذوي الوَطَر بشرح نظم الدُّرَر في علم الأثر ج 1 ص 14 و اليواقيت والدرر في شرح
نخبة ابن حجر ج 1 ص 228 و المنهل
اللطيف في علم الحديث للعلوي الملكي ص 47-48 و تدريب
الراوي ج1ص 203
[2] تدريب
الراوي ج1ص25 و تيسير مصطلح الحديث ص 17 و المنهل اللطيف في علم الحديث للعلوي الملكي ص 47
[3] ثبت
بالاستقراء أن الأدلة الشرعية التي تستفاد منها الأحكام العملية ترجع إلى أربعة:
القرآن والسنة والإجماع والقياس، وهذه الأدلة الأربعة اتفق جمهور المسلمين على
الاستدلال بها، واتفقوا أيضاً على أنها مرتبة في الاستدلال بها هذا الترتيب:
القرآن، فالسنة، فالإجماع، فالقياس (علم
أصول الفقه - عبد الوهاب خلاف ص 21 )
[4] تدريب
الراوي ص 96 و المستصفى ص 103 و
المنهل اللطيف في علم الحديث للعلوي الملكي ص 3 وتيسير
مصطلح الحديث ص 48
[5] شرح
التبصرة والتذكرة = ألفية العراقي ج 1 ص 184 و تيسير مصطلح الحديث 18 و مصطلح
الحديث للعثيمين ص 5
[6] أصول
الحديث علومه ومصطلحه لمحمد عجاج الخطيب ص 15 و الفصول
في مصطلح حديث الرسول ص 5
[7] أصول
الحديث علومه ومصطلحه لمحمد عجاج الخطيب ص 22 و منهج ذوي النظر في شرح منظومة
الأثر للحافظ جلال الدين السيوطي - محمد محفوظ بن عبد الله ص 12 و المنهل اللطيف في علم الحديث للعلوي الملكي ص 42
[8] أصول
الحديث علومه ومصطلحه لمحمد عجاج الخطيب ص 22-23 و مقدمة
في أصول الحديث ص 40 و
المنهل اللطيف ص 42
[9] الوسيط
في علوم ومصطلح الحديث ص 19 والسراج
المنير في ألقاب المحدثين ص 48 وجمع الوسائل في شرح الشمائل
ج 1 ص 6
[10] الكفاية
في علم الرواية 50-51 و تدريب الراوي ج 2 ص 667- 668 و مقدمة ابن الصلاح ومحاسن
الاصطلاح ص 486-487 و الفصول في مصطلح حديث الرسول ص 7 ومصطلح الحديث للعثيمين ص
33
[11] الكفاية
في علم الرواية ص 22 و تيسير مصطلح الحديث ص 247 و الفصول في مصطلح حديث الرسول ص 7 ومصطلح
الحديث للعثيمين ص 35
[12] تذكرة
الحفاظ ج 1 ص 4 و منهج النقد في علوم الحديث ص 77 والسراج المنير في ألقاب المحدثين ص 261- 264
[13] تذكرة
الحفاظ ج 1 ص 4 و منهج النقد في علوم الحديث ص 77 و تيسير مصطلح الحديث ص 20 و منحة المغيث في مصطلح
الحديث ص 10 والسراج المنير في ألقاب المحدثين ص 202- 206 وجمع
الوسائل في شرح الشمائل ج 1 ص 6
[14] تذكرة
الحفاظ ج 1 ص 4 و منهج النقد في علوم الحديث ص 77 و منحة المغيث في مصطلح
الحديث ص 10 والسراج المنير في ألقاب المحدثين ص 147- 201 وجمع
الوسائل في شرح الشمائل ج 1 ص 6
[15] تذكرة
الحفاظ ج 1 ص 4 و منهج النقد في علوم الحديث ص 76 و تدريب الراوي في شرح تقريب النواوي
ج 1 ص 30 و تيسير مصطلح الحديث ص 19-20 والسراج المنير في ألقاب المحدثين ص 127- 135 وجمع
الوسائل في شرح الشمائل ج 1 ص 6
[16] تذكرة
الحفاظ ج 1 ص 4 و منهج النقد في علوم الحديث ص 76 و تدريب الراوي في شرح تقريب النواوي
ج 1 ص 30 و تيسير مصطلح الحديث ص 19 و منحة المغيث في مصطلح
الحديث ص 10 والسراج المنير في ألقاب المحدثين ص 68-69 وجمع
الوسائل في شرح الشمائل ج 1 ص 6
[17] تذكرة
الحفاظ ج 1 ص 4 و منهج النقد في علوم الحديث ص 76 و تدريب الراوي في شرح تقريب النواوي
ج 1 ص 29 و و تيسير مصطلح الحديث ص 19 و منحة المغيث في مصطلح
الحديث ص 9
[18] تيسير
مصطلح الحديث ص 19-143