HIDUP ADALAH UJIAN

SELAMAT DATANG DI BLOG " KHAIRUL IKSAN "- Phone : +6281359198799- e-mail : khairul.iksan123@gmail.com

Senin, 20 Mei 2024

Pengertian Teori Konflik, Pendirinya, dan Contohnya

 

Pengertian Teori Konflik, Pendirinya, dan Contohnya

Apa Itu Teori Konflik?

Teori konflik, seperti yang dikaitkan dengan  Karl Marx , adalah teori sosial yang menyatakan bahwa masyarakat berada dalam konflik terus-menerus karena persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas.1

Teori konflik berpendapat bahwa tatanan sosial dipertahankan melalui dominasi dan kekuasaan, bukan melalui konsensus dan konformitas. Menurut teori konflik, mereka yang kaya dan berkuasa berusaha mempertahankannya dengan segala cara, terutama dengan menekan kelompok miskin dan tidak berdaya. Premis dasar teori konflik adalah bahwa individu dan kelompok dalam masyarakat akan bekerja untuk memaksimalkan kekayaan dan kekuasaan mereka sendiri.1

Poin Penting

·   Teori konflik berfokus pada persaingan antar kelompok dalam masyarakat atas sumber daya yang terbatas.

·   Teori konflik Marxis melihat masyarakat terbagi berdasarkan kelas ekonomi antara kelas pekerja proletar dan kelas penguasa borjuis.

·     Teori konflik memandang institusi sosial dan ekonomi sebagai alat perjuangan antar kelompok atau kelas, yang digunakan untuk menjaga kesenjangan dan dominasi kelas penguasa.

·     Teori konflik versi selanjutnya melihat dimensi lain dari konflik di antara faksi-faksi kapitalis dan di antara berbagai kelompok sosial, agama, dan jenis kelompok lainnya.

Para filsuf dan sosiolog telah lama berupaya menggunakan teori konflik untuk menjelaskan berbagai fenomena, termasuk perang, revolusi, kemiskinan , diskriminasi, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Teori konflik versi Marx berfokus pada konflik antara dua kelas utama. Setiap kelas terdiri dari sekelompok orang yang terikat oleh kepentingan bersama dan tingkat kepemilikan properti tertentu. Marx berteori tentang borjuasi, kelompok yang mewakili anggota masyarakat yang memegang mayoritas kekayaan dan harta benda. Proletariat adalah kelompok lainnya, yang terdiri dari mereka yang dianggap sebagai kelas pekerja atau miskin.

Dengan bangkitnya kapitalisme, Marx berteori bahwa kaum borjuis , kelompok minoritas dalam masyarakat, akan menggunakan pengaruhnya untuk menindas kaum proletar, kelas mayoritas. Cara berpikir seperti ini terikat pada gambaran umum yang dikaitkan dengan model masyarakat yang berbasis teori konflik.2Penganut filosofi ini cenderung mempercayai susunan piramida dalam hal bagaimana barang dan jasa didistribusikan dalam masyarakat. Di puncak piramida terdapat sekelompok kecil elit yang mendikte syarat dan ketentuan bagi sebagian besar masyarakat karena mereka mempunyai kendali yang sangat besar atas sumber daya dan kekuasaan.

Distribusi yang tidak merata dalam masyarakat diperkirakan akan dipertahankan melalui paksaan ideologis; kaum borjuasi akan memaksa proletariat untuk menerima kondisi yang ada saat ini. Teori konflik berasumsi bahwa elit akan membentuk sistem hukum, tradisi, dan struktur masyarakat lainnya untuk lebih mendukung dominasi mereka dan mencegah orang lain untuk bergabung dengan kelompok mereka.

Marx berteori bahwa, ketika kondisi kelas pekerja dan miskin semakin memburuk, kesadaran kolektif akan meningkatkan kesadaran mengenai kesenjangan, dan hal ini berpotensi mengakibatkan pemberontakan. Jika, setelah pemberontakan, kondisinya disesuaikan untuk mendukung kepentingan kaum proletar, maka lingkaran konflik pada akhirnya akan terulang kembali tetapi dalam arah yang berlawanan. Kaum borjuis pada akhirnya akan menjadi agresor dan pemberontak, yang menginginkan kembalinya struktur-struktur yang sebelumnya mempertahankan dominasi mereka.

Pertimbangan Khusus

Marx memandang kapitalisme sebagai bagian dari perkembangan sejarah sistem ekonomi. Dia percaya kapitalisme berakar pada komoditas , atau barang yang diperjualbelikan. Misalnya, ia percaya bahwa tenaga kerja adalah sejenis komoditas. Karena buruh mempunyai sedikit kendali atau kekuasaan dalam sistem perekonomian (karena mereka tidak memiliki pabrik atau bahan baku), nilai mereka dapat terdevaluasi seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan antara pemilik usaha dan pekerjanya, yang pada akhirnya dapat menimbulkan konflik sosial. Ia yakin masalah-masalah ini pada akhirnya akan teratasi melalui revolusi sosial dan ekonomi.3

Adaptasi Teori Konflik Marxis

Max Weber, seorang sosiolog, filsuf, ahli hukum, dan ekonom politik Jerman, mengadaptasi banyak aspek teori konflik Marxis dan kemudian menyempurnakan beberapa gagasan Marx.4Weber percaya bahwa konflik atas properti tidak terbatas pada satu skenario tertentu. Sebaliknya, ia percaya bahwa ada banyak lapisan konflik yang terjadi pada saat tertentu dan di setiap masyarakat.

Jika Marx membingkai pandangannya tentang konflik sebagai konflik antara pemilik dan pekerja, Weber juga menambahkan komponen emosional pada gagasannya tentang konflik.5Keyakinan Weber tentang konflik melampaui keyakinan Marx karena keyakinan tersebut menyatakan bahwa beberapa bentuk interaksi sosial, termasuk konflik, menghasilkan keyakinan dan solidaritas antara individu dan kelompok dalam suatu masyarakat. Dengan cara ini, reaksi individu terhadap kesenjangan mungkin berbeda-beda, bergantung pada kelompok yang berhubungan dengan mereka; apakah mereka menganggap orang yang berkuasa adalah orang yang sah; dan seterusnya.

Para ahli teori konflik di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 terus memperluas teori konflik melampaui kelas ekonomi ketat yang dikemukakan oleh Marx, meskipun hubungan ekonomi tetap menjadi ciri utama kesenjangan antar kelompok di berbagai cabang teori konflik. Teori konflik sangat berpengaruh dalam teori-teori modern dan postmodern mengenai ketidaksetaraan seksual dan ras, studi perdamaian dan konflik, dan berbagai jenis studi identitas yang muncul di kalangan akademisi Barat dalam beberapa dekade terakhir.

Contoh Teori Konflik

Para penganut teori konflik memandang hubungan antara pemilik kompleks perumahan dan penyewa didasarkan terutama pada konflik, bukan keseimbangan atau keselarasan, meskipun mungkin lebih banyak keharmonisan daripada konflik. Mereka percaya bahwa mereka ditentukan dengan mendapatkan sumber daya apa pun yang mereka bisa dari satu sama lain.

Dalam contoh di atas, beberapa sumber daya terbatas yang dapat menyebabkan konflik antara penyewa dan pemilik kompleks mencakup terbatasnya ruang di dalam kompleks, terbatasnya jumlah unit, uang yang dibayarkan penyewa kepada pemilik kompleks untuk menyewa, dan sebagainya. . Pada akhirnya, para ahli teori konflik melihat dinamika ini sebagai konflik perebutan sumber daya.

Pemilik kompleks, betapapun ramahnya, pada dasarnya fokus untuk mengisi sebanyak mungkin unit apartemen sehingga mereka dapat menghasilkan uang sewa sebanyak mungkin, terutama jika tagihan seperti hipotek dan utilitas harus ditanggung. Hal ini dapat menimbulkan konflik antar kompleks perumahan, antar pemohon penyewa yang ingin pindah ke apartemen, dan sebagainya. Di sisi lain konflik, para penyewa sendiri berupaya mendapatkan apartemen terbaik dengan biaya sewa yang paling sedikit.

Krisis keuangan tahun 2008 dan dana talangan bank yang terjadi setelahnya adalah contoh bagus dari teori konflik dalam kehidupan nyata, menurut penulis Alan Sears dan James Cairns dalam buku mereka "A Good Book, in Theory." Mereka memandang krisis keuangan sebagai akibat yang tak terelakkan dari kesenjangan dan ketidakstabilan sistem ekonomi global, yang memungkinkan bank-bank dan lembaga-lembaga terbesar menghindari pengawasan pemerintah dan mengambil risiko besar yang hanya menguntungkan segelintir orang saja.6

Sears dan Cairns mencatat bahwa bank-bank besar dan perusahaan-perusahaan besar kemudian menerima dana talangan dari pemerintah yang sama yang mengaku tidak memiliki cukup dana untuk program sosial berskala besar seperti layanan kesehatan universal.6Dikotomi ini mendukung asumsi mendasar teori konflik, yaitu bahwa institusi politik arus utama dan praktik budaya memihak kelompok dan individu dominan.

Contoh ini mengilustrasikan bahwa konflik dapat melekat pada semua jenis hubungan, termasuk hubungan yang tampaknya tidak bersifat antagonis. Hal ini juga menunjukkan bahwa skenario sederhana sekalipun dapat menimbulkan konflik berlapis.

Apa Itu Teori Konflik?

Teori konflik merupakan teori sosiopolitik yang banyak dikaitkan dengan Karl Marx. Teori ini berupaya menjelaskan peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi dalam kaitannya dengan perjuangan berkelanjutan atas sumber daya yang terbatas. Dalam perjuangan ini, Marx menekankan hubungan antagonistik antara kelas-kelas sosial, khususnya hubungan antara pemilik modal—yang disebut Marx sebagai “borjuasi”—dan kelas pekerja, yang ia sebut sebagai “proletariat”. Teori konflik mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemikiran abad ke-19 dan ke-20 dan terus mempengaruhi perdebatan politik hingga saat ini.1

Apa Saja Kritik Umum terhadap Teori Konflik?

Salah satu kritik umum terhadap teori konflik adalah bahwa teori ini gagal menangkap bagaimana interaksi ekonomi dapat saling menguntungkan berbagai kelas yang terlibat. Misalnya, teori konflik menggambarkan hubungan antara pengusaha dan pekerja sebagai salah satu konflik, dimana pengusaha ingin membayar upah sesedikit mungkin atas tenaga kerja pekerjanya, sedangkan pekerja ingin memaksimalkan upahnya. Namun dalam praktiknya, seringkali hubungan antara pekerja dan pengusaha mempunyai hubungan yang harmonis. Selain itu, lembaga-lembaga seperti program pensiun dan kompensasi berbasis saham dapat semakin mengaburkan batasan antara pekerja dan perusahaan dengan memberikan pekerja tambahan kepentingan dalam keberhasilan perusahaan mereka.

Siapa yang Dipuji karena Penemu Teori Konflik?

Para filsuf dan sosiolog telah lama menggunakan teori konflik untuk menganalisis masyarakat.

Teori konflik Marxis mengacu pada teori konflik seperti yang dikemukakan oleh filsuf politik abad ke-19, yang memimpin perkembangan komunisme sebagai aliran pemikiran di bidang ekonomi. Dua karya Karl Marx yang paling terkenal adalah The Communist Manifesto , yang diterbitkannya pada tahun 1848; dan Das Kapital , diterbitkan pada tahun 1867. Meskipun ia hidup pada abad ke-19, Marx mempunyai pengaruh besar terhadap politik dan ekonomi pada abad ke-20 dan secara umum dianggap sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dan kontroversial dalam sejarah.

Sumber Artikel

Investopedia requires writers to use primary sources to support their work. These include white papers, government data, original reporting, and interviews with industry experts. We also reference original research from other reputable publishers where appropriate. You can learn more about the standards we follow in producing accurate, unbiased content in our editorial policy.

1.    University of North Carolina, Pembroke. "Social Work Theories."

2.    OpenEd CUNY. "Theoretical Perspectives on Society: Karl Marx and Conflict Theory."

3.    Stanford University, Stanford Encyclopedia of Philosophy. "Karl Marx."

4.    OpenEd CUNY. "Theoretical Perspectives: Conflict Theory."

5.    University of Minnesota Duluth. "Sociological Theory: The Basics of Conflict Theory."

6.    Alan Sears and James Cairns. “A Good Book, In Theory.” Pages 40-41. University of Toronto Press, 2015.

Sumber :

Conflict Theory Definition, Founder, and Examples (investopedia.com)

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: