Teori Konflik Karl Marx dan Contoh Kajiannya
Teori konflik, seperti yang dikaitkan dengan Karl Marx , adalah teori sosial
yang menyatakan bahwa masyarakat berada dalam konflik terus-menerus karena
persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas.
Teori konflik berpendapat bahwa tatanan sosial dipertahankan melalui dominasi dan kekuasaan, bukan melalui konsensus dan konformitas. Menurut teori konflik, mereka yang kaya dan berkuasa berusaha mempertahankannya dengan segala cara, terutama
dengan menekan kelompok miskin dan tidak berdaya. Premis dasar teori konflik adalah bahwa individu dan kelompok dalam
masyarakat akan bekerja untuk memaksimalkan kekayaan dan kekuasaan mereka
sendiri[1].
Karl
Marx adalah salah satu tokoh teori sosiologi modern yang dikenal sebagai salah
satu pemikir terpenting dalam sejarah sosiologi khususnya hal kritik terhadap arti kapitalisme dan analisis struktur sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Teori konflik Marx tentu saja mengutamakan
konflik antara kelas dalam masyarakat sebagai kendali utama perubahan sosial.
Adapun contoh kajian yang relevan dengan teori konflik Marx ini dapat mencakup
analisis tentang ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan, evaluasi tentang
dampak kapitalisme atau bahkan penerapan teori Marx dalam konteks globalisasi ekonomi.
Biografi dan Teori Karl Marx
Karl
Marx lahir pada tahun 1818 di kota Trier, di perbatasan Jerman Barat, yang saat
itu termasuk Prusia. Ayahnya, seorang pengacara Yahudi, berpindah agama
beberapa tahun kemudian dan masuk Kristen Protestan sementara kota Trier
menjadi sepenuhnya Katolik.
Kemungkinan
besar ia melakukan hal tersebut agar bisa menjadi pegawai negeri, lebih
tepatnya notaris, di Prusia yang berhaluan Protestan. Ibu Marx baru
mengikutinya delapan tahun kemudian, yang mungkin menunjukkan bahwa dia
benar-benar tidak ingin pindah.
Mungkin
kemudahan ayah Karl berpindah agama menjadi alasan Karl tidak pernah tertarik
pada agama. Setelah lulus dari Trier Gymnasium, ayahnya menyekolahkan Karl
untuk belajar hukum, dengan harapan putranya dapat mengikuti jejak ayahnya
sebagai notaris.
Namun
Karl sendiri tidak peduli. Dia ingin menjadi seorang penyair. Selama satu
semester di Bonn, ia hanya menghabiskan uang yang dikirimkan ayahnya. Kemudian,
tanpa menunggu izin ayahnya, Karl pindah ke Berlin dan mulai belajar filsafat.
Bentuk kelas sosial sendiri pada hakikatnya adalah sekelompok orang. Lenin, pemimpin Revolusi
Rusia tahun 1714, mendefinisikan kelas sosial sebagai kelompok sosial dalam tatanan sosial yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses
produksi.
Namun
Karl Marx berpendapat bahwa kelas sosial dan kelompok sosial adalah dua hal yang berbeda. Kelas sosial
merupakan gejala khusus masyarakat pasca feodal, sedangkan kelas sosial sering
disebut dengan kasta. Kelas sosial baru disebut kelas sosial dalam arti
sebenarnya, apabila secara obyektif merupakan bentuk kelompok sosial yang mempunyai kepentingannya sendiri dan secara subyektif merupakan
kelompok khusus dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan tertentu dan
bersedia memperjuangkannya.
Karl
Marx mengembangkan teori kelas sosial karena ia percaya bahwa struktur kelas
dalam masyarakat kapitalis merupakan hasil konflik antara pemilik modal (kaum borjuis) yang menguasai sumber daya produktif dan pihak
pekerja (proletariat)
yang tidak menguasainya. tenaga kerja untuk dijual. Menurutnya kajian teorinya
kontradiksi inilah yang menjadi sumber perubahan sosial dan sejarah.
Contoh Kajian Konflik Karl Marx
Contoh
kasus yang bisa dikatakan sesuai dengan teori kelas sosial adalah pemogokan atau pemberontakan yang dilakukan pekerja terhadap kondisi kerja yang buruk dan ketidakadilan dalam pembagian keuntungan di pabrik atau pendirian usaha.
Dalam
kasus seperti ini, pekerja yang tergabung dalam proletariat berkonflik dengan
pemilik atau bos kapitalis yang mewakili kaum borjuis. Kontradiksi ini
mencerminkan kontradiksi antara
kepentingan ekonomi dan sosial
kedua kelas.
Contoh
kasus konflik yang sesuai dengan teori kelas sosial adalah pemogokan atau pemberontakan
yang dilakukan pekerja terhadap kondisi kerja yang buruk dan ketidakadilan
dalam pembagian keuntungan di pabrik atau pendirian usaha.
Nah
kasus ini bermula dari seorang pekerja yang ingin meminta kenaikan gaji. Namun,
sang atasan tidak bisa memberikan kenaikan gaji, sehingga pekerja tersebut
mengajak pekerja lain untuk mogok. Setelah beberapa hari mogok, pekerja lainnya
memutuskan untuk kembali bekerja. Ketika
pekerja yang mengajak pekerja lainnya mogok mengetahui bahwa pekerja lainnya akan
kembali bekerja, ia menjadi emosional dan terjadilah konflik yang berujung pada perkelahian antar pekerja
lainnya.
Oleh karena itu, kesimpulannya teori kelas sosial Karl Marx dapat digunakan
untuk mengkaji dan dikaitkan dengan terjadinya konflik sosial. Sebab dengan
adanya pembagian kelas sosial maka akan terjadi kesenjangan sosial.
Nah
itulah saja artikel yang bisa dibagikan kepada para pembaca berkenaan dengan
biografi dan teori Konflik Karl Marx dan contoh kajiannya. Semoga saja memberikan wawasan bagi segenap pembaca
yang membutuhkan referensinya.
[1]
Perspektif Al-Quran tentang individu dan kelompok dari
segi penghidupan ada dua. Sedangkan solusi agar tidak terjadi konflik adalah 1)
kesadaran bahwa penghidupan itu berasal dari Allah SWT, 2) setiap individu memiliki
karakter dan prilaku yang berbeda serta hanya Allah SWT yang mengetahui
diantara mereka mana yang lebih baik dan mendapatkan hidayah dariNya, 3) iman dan
amal sholeh dijadikan sebagai landasan berfikir dan bertindak dalam setiap
perilaku kehidupannya, bukan didasarkan pada kepentingan pribadi atau golongan
yang hanya berdasar pada prasangka atau merasa benar sendiri. Silakan renungkan
ketiga ayat Al-Quran di bawah ini..
ü
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى
شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا (الْإِسْرَاءِ : 84)
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (keadaan tafsirnya :
tabiat, watak, perangai, pembawaan, karakter, niat, jalan yang dipilih, dll). Tafsir NU – Tafsir Web
ü أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ
قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا
بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (الزخرف : 32)
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami
telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (kaya x miskin,
pemilik modal x pekerja, pejabat x bawahan, pengurus organisasi x anggota, kuat
x lemah, dll). Tafsir NU – Tafsir Web
ü
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ
الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ (ص : 24)
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat (organisasi, kelompok, komunitas, partai, forum, dll) itu sebahagian mereka berbuat lalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". (arti lalim : dholim, kepentingan pribadi/ golongan). Tafsir NU – Tafsir Web