PEMBAHASAN TENTANG IBADAH
v Topik Bahasan Tentang Ibadah
1.
Apa Tujuan
Manusia dan Jin Diciptakan ? (jawaban QS. Ad-dzariyat 56)
2.
Apa Pengertian
Ibadah? (Lihat Footnote 2)
3.
Kepada Siapa
Beribadah? (Jawaban QS. Al-Fatihah 5/ jawaban QS. Al-Baqoroh 21)
Tafsir NU
– Tafsir Web
/ Tafsir NU – Tafsir Web
4.
Sampai Kapan
Beribadah? (jawaban QS. Al-Hijr 99)
5.
Apa Tujuan
Beribadah? (jawaban QS. Al-Baqoroh 21)
6.
Bagaimana Keadaan
Hati Pada Saat Beribadah? (Hadits tentang Ibadah Ihsan)
7.
Apa Wasiat Nabi
Yakub Sebelum Meninggal Kepada Anak-anaknya ? (jawaban QS. Al-Baqoroh 133)
8.
Bagaimana Sifat
– sifat ‘Ibadur Rahman (Hamba Allah)? (Jawaban QS. A-Furqon 63-76)
Tafsir NU – 63
– 64 – 65 – 66 – 67 – 68 – 69 – 70 – 71 – 72 – 73 – 74 – 75 - 76
Tafsir Web – 63 – 64 – 65 – 66 – 67 – 68 – 69 – 70 – 71 – 72 – 73 – 74 – 75 - 76
v Pembahasan Ringkas Tentang Ibadah
Ibadah secara istilah ialah semua perkataan, perbuatan
dan pikiran yang bertujuan untuk mencari rida Allah. Arti "ibadah"
sebagai disebutkan di atas ialah tunduk dan berserah diri kepada Allah, yang
disebabkan oleh kesadaran bahwa Allah yang menciptakan alam ini, Yang
menumbuhkan, Yang mengembangkan, Yang menjaga dan memelihara serta Yang
membawanya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain, hingga tercapai
kesempurnaannya. Tegasnya, ibadah itu timbulnya dari perasaan tauhid.
Oleh karenanya,
orang yang suka memikirkan keadaan alam ini, yang memperhatikan perjalanan
bintang-bintang, kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia, bahkan yang
mau memperhatikan dirinya sendiri, yakinlah dia bahwa di balik alam yang zahir
ada Zat yang gaib yang mengendalikan alam ini, yang bersifat dengan segala
sifat kesempurnaan, yakni Dialah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Mengetahui
dan sebagainya. Maka tumbuhlah dalam sanubarinya perasaan bersyukur dan
berutang budi kepada Zat Yang Mahakuasa, Maha Pengasih dan Maha Mengetahui itu.
Perasaan inilah yang menggerakkan bibirnya untuk menuturkan puji-pujian, dan
yang mendorong jiwa dan raganya untuk menyembah dan merendahkan diri kepada
Allah Yang Mahakuasa itu sebagai pernyataan bersyukur dan membalas budi
kepada-Nya. Tetapi ada juga manusia yang tidak mau berpikir, dan selanjutnya
tidak sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah, sering melupakan-Nya. Sebab
itulah, setiap agama mensyariatkan bermacam-macam ibadah, gunanya untuk
mengingatkan manusia kepada kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan keterangan
ini terlihat bahwa tauhid dan ibadah itu saling mempengaruhi, dengan arti bahwa
tauhid menumbuhkan ibadah, dan ibadah memupuk tauhid. Pengaruh Ibadah terhadap
Jiwa Manusia Tiap-tiap ibadah yang dikerjakan karena didorong oleh perasaan
yang disebutkan itu, niscaya berpengaruh kepada tabiat dan budi pekerti orang
yang melakukannya. Umpamanya, orang yang melaksanakan salat karena sadar akan
kebesaran dan kekuasaan Allah, dan didorong oleh perasaan bersyukur dan
berutang budi kepada-Nya, akan terjauhlah dia dari perbuatan-perbuatan yang
tidak baik. Dengan demikian salatnya itu akan mencegahnya dari mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak baik itu, sesuai dengan firman Allah swt:
"Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar."
(al-'Ankabut/29: 45) Begitu juga ibadah puasa. Ibadah ini akan menimbulkan
perasaan cinta dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin. Demikian pula
seterusnya dengan ibadah-ibadah yang lain. Ibadah yang sebenarnya adalah ibadah
yang ditimbulkan oleh keyakinan kepada kebesaran dan kekuasaan Allah, serta
didorong oleh perasaan bersyukur kepada Allah. Ibadah yang hanya karena
ikut-ikutan, atau karena memelihara tradisi yang sudah turun-temurun, bukanlah
ibadah yang sebenarnya. Kendatipun seakan-akan berupa ibadah, tetapi tidak
mempunyai jiwa ibadah. Tidak ubahnya seperti patung, bagaimanapun miripnya
dengan manusia, tidaklah dinamai manusia. Ibadah yang semacam itu tidak ada
pengaruhnya kepada tabiat dan akhlak.
v
Pembahasan
Ringkas Tentang Ihsan
Ihsan
adalah konsep dalam agama Islam yang mengacu pada
kualitas atau tindakan yang baik, terpuji, dan sempurna. Secara harfiah, ihsan
berasal dari kata Arab yang berarti “kebaikan”, “keindahan”, atau “kemurahan
hati”. Konsep ihsan mencakup tindakan dan perilaku yang dilakukan dengan
kesadaran penuh, ketulusan, dan upaya maksimal untuk mencapai kualitas terbaik.
Dalam
Islam, ihsan dikaitkan dengan konsep iman (keyakinan) dan islam (perbuatan
baik). Ketiga konsep ini membentuk dasar dari agama Islam. Ihsan diperintahkan
oleh Allah kepada umat Muslim dan dianggap sebagai tingkatan tertinggi dalam
menjalankan ibadah dan menghadapi kehidupan sehari-hari.
Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, ihsan dijelaskan sebagai “beribadah kepada Allah seolah-olah Anda melihat-Nya, dan jika
Anda tidak dapat melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihat Anda”.
Dengan kata lain, ihsan mencakup kehidupan spiritual yang mendalam, di mana
seseorang bertindak dengan kesadaran akan kehadiran Allah dan menjalankan
ibadah dengan penuh rasa takwa dan ketakwaan.
Ihsan juga melibatkan perilaku etis, sikap murah hati, keadilan,
kejujuran, kasih sayang, dan berbuat baik kepada sesama manusia dan makhluk
lainnya. Konsep ini mendorong umat Muslim untuk menjalani kehidupan dengan
kesadaran moral yang tinggi, berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi
masyarakat, dan selalu berusaha melakukan kebaikan dalam segala aspek
kehidupan.
v Tafsir
Jalalain dan Penjelasan Lainnya
(الذاريات 56){وَمَا خَلَقْت الْجِنّ وَالْإِنْس إلَّا لِيَعْبُدُونِ[1]} وَلَا يُنَافِي ذَلِكَ عَدَم عِبَادَة
الْكَافِرِينَ لِأَنَّ الْغَايَة لَا يَلْزَم وُجُودهَا كَمَا فِي قَوْلك بَرَيْت
هَذَا الْقَلَم لِأَكْتُب بِهِ فَإِنَّك قَدْ لَا تكتب به (الجلالين) (الفاتحة 5){إيَّاكَ نَعْبُد[2] وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين[3]} أَيْ نَخُصّك بِالْعِبَادَةِ من توحيد
وغيره ونطلب المعونه على العبادة وغيرها (الجلالين) (الحجر 99){وَاعْبُدْ
رَبّك حَتَّى يَأْتِيَك الْيَقِين[4]} الْمَوْت (الجلالين)
(البقرة 21) {يأيها النَّاس} أَيْ أَهْل مَكَّة
{اُعْبُدُوا} وَحِّدُوا {رَبّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ} أَنْشَأَكُمْ وَلَمْ
تَكُونُوا شَيْئًا {وَ} خَلَقَ {الَّذِينَ مِنْ قَبْلكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ[5]} بِعِبَادَتِهِ عِقَابه وَلَعَلَّ فِي
الْأَصْل لِلتَّرَجِّي وَفِي كَلَامه تعالى للتحقيق (الجلالين)
(البقرة
133) وَلَمَّا قَالَ الْيَهُود لِلنَّبِيِّ
أَلَسْت تَعْلَم أَنَّ يَعْقُوب يَوْم مَاتَ أَوْصَى بَنِيهِ بِالْيَهُودِيَّةِ
نَزَلَ {أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاء} حُضُورًا {إذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إذْ}
بَدَل مِنْ إذْ قَبْله {قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي[6]} بَعْد مَوْتِي {قَالُوا نَعْبُد إلَهك
وَإِلَه آبَائِك إبْرَاهِيم وَإِسْمَاعِيل وَإِسْحَاق} عَدّ إسْمَاعِيل مِنْ
الْآبَاء تَغْلِيب وَلِأَنَّ الْعَمّ بِمَنْزِلَةِ الْأَب {إلَهًا وَاحِدًا} بَدَل
مِنْ إلَهك {ونحن له مسلمون} وَأَمْ بِمَعْنَى هَمْزَة الْإِنْكَار أَيْ لَمْ
تَحْضُرُوهُ وَقْت مَوْته فَكَيْفَ تَنْسُبُونَ إلَيْهِ مَا لَا يَلِيق بِهِ (الجلالين)
v قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِحْسَانِ،
قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ» هَذَا
مِنْ جَوَامِعِ الْكَلِمِ الَّتِي أُوتِيَهَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِأَنَّا لَوْ قَدَّرْنَا أَنَّ أَحَدَنَا قَامَ فِي عِبَادَةٍ وَهُوَ يُعَايِنُ
رَبَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَمْ يَتْرُكْ شَيْئًا مِمَّا يَقْدِرُ عَلَيْهِ
مِنَ الْخُضُوعِ وَالْخُشُوعِ وَحُسْنِ السَّمْتِ وَاجْتِمَاعِهِ بِظَاهِرِهِ وَبَاطِنِهِ
عَلَى الِاعْتِنَاءِ بِتَتْمِيمِهَا عَلَى أَحْسَنِ وُجُوهِهَا إِلَّا أَتَى بِهِ
فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْبُدِ اللَّهَ فِي جَمِيعِ
أَحْوَالِكَ كَعِبَادَتِكَ فِي حَالِ الْعِيَانِ فَإِنَّ التَّتْمِيمَ
الْمَذْكُورَ فِي حَالِ الْعِيَانِ إِنَّمَا كَانَ لِعِلْمِ الْعَبْدِ بِاطِّلَاعِ
اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَيْهِ فَلَا يُقْدِمُ الْعَبْدُ عَلَى
تَقْصِيرٍ فِي هَذَا الْحَالِ لِلِاطِّلَاعِ عَلَيْهِ وَهَذَا الْمَعْنَى مَوْجُودٌ
مَعَ عَدَمِ رُؤْيَةِ الْعَبْدِ فَيَنْبَغِي أَنْ يُعْمَلَ بِمُقْتَضَاهُ
فَمَقْصُودُ الْكَلَامِ الْحَثُّ عَلَى الْإِخْلَاصِ فِي الْعِبَادَةِ
وَمُرَاقَبَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي إِتْمَامِ الْخُشُوعِ
وَالْخُضُوعِ وَغَيْرِ ذَلِكَ وَقَدْ نَدَبَ أَهْلُ الْحَقَائِقِ إِلَى
مُجَالَسَةِ الصَّالِحِينَ لِيَكُونَ ذَلِكَ مَانِعًا مِنْ تَلَبُّسِهِ بِشَيْءٍ
مِنَ النَّقَائِصِ احْتِرَامًا لَهُمْ وَاسْتِحْيَاءً مِنْهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ
لَا يَزَالُ اللَّهُ تَعَالَى مُطَّلِعًا عَلَيْهِ فِي سِرِّهِ وَعَلَانِيَتِهِ
قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ رَحِمَهُ اللَّهُ وَهَذَا الْحَدِيثُ قَدِ اشْتَمَلَ
عَلَى شَرْحِ جَمِيعِ وَظَائِفِ الْعِبَادَاتِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ مِنْ
عُقُودِ الْإِيمَانِ وَأَعْمَالِ الْجَوَارِحِ وَإِخْلَاصِ السَّرَائِرِ
وَالتَّحَفُّظِ مِنْ آفَاتِ الْأَعْمَالِ حَتَّى إِنَّ عُلُومَ الشَّرِيعَةِ
كُلَّهَا راجعة إليه ومتشعبة مِنْهُ قَالَ وَعَلَى هَذَا الْحَدِيثِ وَأَقْسَامِهِ
الثَّلَاثَةِ أَلَّفْنَا كِتَابَنَا الَّذِي سَمَّيْنَاهُ بِالْمَقَاصِدِ
الْحِسَانِ فِيمَا يَلْزَمُ الْإِنْسَانَ إِذْ لَا يَشِذُّ شَيْءٌ مِنَ
الْوَاجِبَاتِ وَالسُّنَنِ وَالرَّغَائِبِ وَالْمَحْظُورَاتِ وَالْمَكْرُوهَاتِ
عَنْ أَقْسَامِهِ الثَّلَاثَةِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ (المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاج (المتوفى:
676هـ)) قوله: فأخبرني
عن الإحسان، يعني به الإخلاص ويجوز أن يعني به إجادة العمل وهذا التفسير أخص
من الأول. قوله: أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم
تكن تراه فإنه يراك، هذا من جوامع كلمه صلى الله عليه وسلّم لأنه شمل مقام المشاهدة ومقام المراقبة. بيان ذلك وإيضاحه
أن للعبد في عبادته ثلاثة مقامات: الأول
أن يفعلها على الوجه الذي يسقط معه طلب الشرع بأن تكون مستوفية الشروط والأركان. الثاني: أن يفعلها كذلك وقد استغرق في بحر
المكاشفة حتى كأنه يرى الله تعالى وهذا مقامه صلى الله عليه وسلّم كما قال صلى
الله عليه وسلّم: "وجعلت قرة عيني في الصلاة" الثالث: أن يفعلها كذلك وقد غلب عليه أن الله تعالى يشاهده وهذا هو
مقام المراقبة. فقوله: فإن لم تكن تراه،
نزول عن مقام المكاشفة إلى مقام المراقبة أي إن لم تعبده وأنت من أهل الرؤية فاعبده
وأنت بحيث تعتقد أنه يراك فكل من المقامات الثلاثة إحسان إلا أن الإحسان الذي هو شرط في صحة العبادة إنما هو الأول لأن
الإحسان الذي هو في الأخيرين من صفة الخواص ويتعذر من كثير(كاشفة السجا في شرح سفينة النجا (المتوفى:
1316 هـ))
[1] فيه
خمسة تأويلات: أحدها: إلا ليقروا
بالعبودية طوعاً أو كرهاً , قاله ابن عباس. الثاني:
إلا لآمرهم وأنهاهم , قاله مجاهد. الثالث:
إلا لأجبلهم على الشقاء والسعادة , قاله زيد بن أسلم. الرابع: إلا ليعرفوني ,قاله الضحاك. الخامس:
إلا للعبادة ,وهو الظاهر ,وبه قال الربيع بن انس.(تفسير الماوردي (المتوفى: 450هـ)) وللعلماء
في تفسير هذه الآية أقوال منها: أن معناها: إنى ما أوجدت الجن والإنس إلا وهم مهيئون
لعبادتي وطاعتي. بسبب ما ركبت فيهم من عقول تعقل، وبسبب ما أرسلت إليهم من رسل
يهدونهم إلى الخير، فمنهم من أطاع الرسل، وجرى على مقتضى ما تقتضيه الفطرة، فآمن
بالرسل، واتبع الحق والرشد، ففاز وسعد، ومنهم من أعرض عن دعوة الرسل، وعاند فطرته
وموجب استعداده فخسر وخاب. ومنهم من يرى أن معناها: إنى ما خلقت الجن والإنس إلا ليقروا لي
بالعبودية طوعا أو كرها، لأن المؤمن يطيع باختياره، والكافر مذعن منقاد لقضاء ربه،
كما في قوله- تعالى-: وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ
طَوْعاً وَكَرْهاً «1» .ومنهم من يرى معناها: إنى ما خلقت الجن والإنس إلا ليعرفونى. قال القرطبي ما ملخصه: قوله- تعالى-: وَما خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
قيل: إن هذا خاص فيمن سبق في علم الله أنه يعبده. فجاء بلفظ العموم ومعناه
الخصوص.. فالآية في المؤمنين منهم. وقال على رضى الله عنه-: أى: وما خلقت الجن والإنس إلا لآمرهم
بعبادتي قال- تعالى- وَما أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ حُنَفاءَ. وقيل: إِلَّا لِيَعْبُدُونِ أى: إلا ليقروا لي بالعبادة طوعا
أو كرها «1» ويبدو
لنا أن أرجح هذه الأقوال هو ما أشرنا إليه أولا، من أن معنى الآية الكريمة، أن الله- تعالى- قد خلق
الثقلين لعبادته وطاعته، ولكن منهم من أطاعه- سبحانه-، ومنهم من عصاه. لاستحواذ
الشيطان عليه. قال الإمام ابن كثير بعد أن ذكر جملة من الأقوال: ومعنى الآية أنه-
تعالى- خلق العباد ليعبدوه وحده لا شريك له، فمن أطاعه جازاه أتم الجزاء، ومن عصاه
عذبه أشد العذاب. وفي الحديث القدسي: قال الله- عز وجل- «يا ابن آدم، تفرغ لعبادتي
أملأ صدرك غنى، وأسد فقرك، وإلا تفعل ملأت صدرك شغلا، ولم أسد فقرك ... » وفي بعض الكتب الإلهية. يقول الله- تعالى- «يا ابن
آدم، خلقتك لعبادتي فلا تلعب، وتكفلت برزقك فلا تتعب، فاطلبنى تجدني. فإن وجدتني
وجدت كل شيء، وإن فتك فاتك كل شيء، وأنا أحب إليك من كل شيء» «2 (التفسير الوسيط للقرآن الكريم ) قوله: {إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ} أي لا
لطلب الدنيا والانهماك فيها.قوله: (ولا ينافي ذلك) أي الحصر المذكور، وهو
جواب عن سؤال مقدر حاصله: أن الله تعالى حصر الجن والإنس في العبادة، فمقتضاه أنه
لا يخرج أحد عنها، مع أنه شوهد كثير من الخلف كفر وترك العبادة، فأجاب المفسر، بأن
اللام للغاية والعاقبة لا للعلة الباعثة، لأن الله لا يبعثه شيء على شيء، وقوله:
(فإنك قد لا تكسب به) اعترض بأن هذا مسلم في أفعال المخلوقين، لجهلهم بعواقب
الأمور، وأما في حق الله تعالى، فلا يصح النخلف في فعله، بل مقتضاه أنه عالم بأنهم
سيعبدونه ولا بد، ولا يمكن تخلفه في البعض، فالجواب الصحيح أن يقال: إن الله تعالى
خلق الخلق، وجعلهم مهيئين صالحين للعبادة، بأن ركب فيهم عقلاً وحواس، وجعلهم
قابلين للعبادة والطاعة، وبعد ذلك اختار لعبادته وطاعته من أحب منهم، فلا يلزم من
الصلاحية للعبادة وقوعها منهم بالفعل، وقيل: معنى ليعبدون لآمرهم وأكلفهم بعبادتي،
لا ليهتموا بالرزق وينهمكوا في خدمة الدنيا، وهذا على حد {وَمَآ أُمِرُواْ إِلاَّ
لِيَعْبُدُواْ اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ} [البينة: 5] وقيل: معناه إلا
ليوحدون فالمؤمن يوحده طوعاً، والكافر يوحده كرهاً، وقيل: إنه عام أريد به الخصوص،
والمعنى {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ} بدليل القراءة
الشاذة: وما خلقت الجن والإنس من المؤمنين. (حاشية الصاوي (المتوفى: 1241 هـ))
[2] العبادة: هو فعل
المكلف على خلاف هوى نفسه تعظيمًا لربه. العبودية: الوفاء بالعهود، وحفظ الحدود، والرضا
بالموجود، والصبر على المفقود. (كتاب التعريفات- الجرجاني (المتوفى: 816هـ)) قال أبو
جعفر: وتأويل قوله (إيَّاكَ
نعبُدُ):لك
اللهم نَخشعُ ونَذِلُّ ونستكينُ، إقرارًا لك يا رَبنا بالرُّبوبية لا لغيرك. 171 - كما حدثنا
أبو كريب، قال: حدثنا عثمان بن سعيد، قال: حدثنا بشر بن عُمَارة، قال: حدثنا أبو
رَوق، عن الضحاك، عن عبد الله بن عباس، قال: قال جبريلُ لمحمد صلى الله عليه وسلم:
قل يا محمد: (إِيَّاكَ نَعْبُدُ) ، إياكَ نُوحِّد ونخاف ونرجو يا ربَّنا لا غيرك
(3) .(جامع البيان في تأويل القرآن (المتوفى:
310هـ)) وقوله: {نَعْبُدُ} فيه
ثلاثة تأويلات: أحدها: أن العبادة
الخضوع , ولا يستحقها إلا الله تعالى , لأنها أعلى مراتب الخضوع , فلا يستحقها إلا
المنعم بأعظم النعم , كالحياة والعقل والسمع والبصر. والثاني: أن العبادة الطاعة. والثالث:
أنها التقرب بالطاعة. والأول أظهرها , لأن النصارى عبدت عيسى عليه السلام , ولم
تطعه بالعبادة , والنبي صلى الله عليه وسلم مطاع , وليس بمعبودٍ بالطاعة.(تفسير الماوردي (المتوفى: 450هـ)) قَوْلُهُ: نَعْبُدُ أَيْ: نُوَحِّدُكَ
وَنُطِيعُكَ خَاضِعِينَ، وَالْعِبَادَةُ الطَّاعَةُ مَعَ التَّذَلُّلِ
وَالْخُضُوعِ وَسُمِّيَ الْعَبْدُ عَبْدًا لِذِلَّتِهِ وَانْقِيَادِهِ يُقَالُ:
طَرِيقٌ مُعَبَّدٌ أَيْ: مُذَلَّلٌ،(تفسير البغوي (المتوفى : 510هـ)) والعبادة
أقصى غاية الخضوع والتذلل. ومنه ثوب ذو عبدة إذا كان في غاية الصفاقة وقوّة
النسج، ولذلك لم تستعمل إلا في الخضوع للَّه تعالى، لأنه مولى أعظم النعم فكان
حقيقاً بأقصى غاية الخضوع (الكشاف
(المتوفى: 538هـ))
من قوله إِيَّاكَ نَعْبُدُ فإن
ما يعبد به تعالى لا يكون إلا على ما يحبه ويرضاه. وعبادته: هي شكره وحبه
وخشيته، فطري ومعقول للعقول السليمة. لكن طريق التعبد وما يعبد به لا سبيل إلى
معرفته إلا برسله. وفي هذا بيان أن إرسال الرسل أمر مستقر في العقول، يستحيل تعطيل
العالم عنه، كما يستحيل تعطيله عن الصانع. فمن أنكر الرسول فقد أنكر المرسل. ولم
يؤمن به، ولهذا جعل سبحانه الكفر برسله كفرا به.(تفسير القرآن الكريم (ابن القيم) (المتوفى: 751هـ)) الْعِبَادَةُ
فِي اللُّغَةِ مِنَ الذِّلَّةِ، يُقَالُ: طَرِيقٌ مُعَبّد، وَبَعِيرٌ مُعَبّد،
أَيْ: مُذَلَّلٌ، وَفِي الشَّرْعِ: عِبَارَةٌ عَمَّا يَجْمَعُ كَمَالَ
الْمَحَبَّةِ وَالْخُضُوعِ وَالْخَوْفِ.(تفسير القرآن العظيم (المتوفى: 774هـ)) والعبادةُ
أقصى غايةِ التذلل والخضوع ومنه طريقٌ معبّدٌ أي مذَلَّل والعبوديةُ أدنى منها
وقيل العبادةُ فعلُ ما يرضَى بهِ الله والعبوديةُ الرضى بما فعلَ الله تعالَى (تفسير أبي السعود (المتوفى: 982هـ)) قال الطبريّ: أي
لك اللهم نخشع ونذلّ ونستكين. إقرارا لك بالربوبية لا لغيرك- قال- والعبودية
عند جميع العرب أصلها الذلة، وأنها تسمّي الطريق المذلل الذي قد وطئته الأقدام،
وذلّلته السابلة «معبّدا» ومنه قيل للبعير المذلل بالركوب في الحوائج «معبّد» ومنه
سمي العبد «عبدا» لذلّته لمولاه انتهى. وفيه
إعلام بما صدع به الإسلام من تحرير الأنفس لله تعالى وتخليصها لعبادته
وحده. أعني: أن لا يشرك شيئا ما معه، لا في محبته كمحبته، ولا في خوفه، ولا في
رجائه، ولا في التوكل عليه، ولا في العمل له، ولا في النذر له، ولا في الخضوع له،
ولا في التذلل والتعظيم والسجود والتقرب، فإن كل ذلك إنما يستحقه فاطر الأرض
والسموات وحده. وذلك أن لفظ العبادة يتضمن كمال الذّل بكمال الحب. فلا بد أن يكون
العابد محبّا للإله المعبود كمال الحب، ولا بد أن يكون ذليلا له كمال الذل، وهما
لا يصلحان إلا لله وحده. فهو الإله المستحق للعبادة، الذي لا يستحقها إلّا هو، وهي
كمال الحب والذل والإجلال والتوكل والدعاء بما لا يقدر عليه إلّا هو، تعالى. وقد
أشار لذلك تقديم المفعول، فإن فيه تنبيها على ما يجب للعبد من تخصيصه ربّه
بالعبادة، وإسلامه وجهه لله وحده، لا كما كان عليه المشركون الذين ظهر النبي صلى
الله عليه وسلّم عليهم، فقد كانوا متفرقين في عبادتهم، متشاكسين في وجهتهم: منهم
من يعبد الشمس والقمر، ومنهم من يعبد الملائكة، ومنهم من يعبد الأصنام، ومنهم من
يعبد الأحبار والرهبان، ومنهم من يعبد الأشجار والأحجار ... إلى غير ذلك، كما بينه القرآن الكريم في قوله تعالى:
وَمِنْ آياتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا
لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ [فصلت: 37] الآية. وفي قوله تعالى: وَيَوْمَ
يَحْشُرُهُمْ جَمِيعاً ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلائِكَةِ أَهؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كانُوا
يَعْبُدُونَ قالُوا سُبْحانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كانُوا
يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ [سبأ: 40- 41] . وفي قوله
تعالى: وَإِذْ قالَ اللَّهُ يا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ
اتَّخِذُونِي وَأُمِّي إِلهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قالَ سُبْحانَكَ [المائدة: 116]
الآية. وقوله تعالى: وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ
وَالنَّبِيِّينَ أَرْباباً [آل عمران: 80] الآية. وفي قوله تعالى: أَفَرَأَيْتُمُ
اللَّاتَ وَالْعُزَّى وَمَناةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرى [النجم: 19- 20] وحديث «1»
أبي واقد الليثيّ قال: خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلّم إلى حنين ونحن
حدثاء عهد بكفر، وللمشركين سدرة يعكفون عندها، وينوطون بها أسلحتهم يقال لها «ذات
أنواط» فمررنا بسدرة فقلنا: يا رسول الله، اجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط.
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلّم: «الله أكبر، إنها السنن، قلتم- والذي نفسي
بيده- كما قالت بنو إسرائيل لموسى: اجْعَلْ لَنا إِلهاً كَما لَهُمْ آلِهَةٌ قالَ
إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ- إلى قوله: وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعالَمِينَ
[الأعراف: 138- 140] رواه الترمذيّ وصححه. وأما عبادتهم للأحبار والرهبان ففي قوله
تعالى: اتَّخَذُوا أَحْبارَهُمْ وَرُهْبانَهُمْ أَرْباباً مِنْ دُونِ اللَّهِ
[التوبة: 31] فروى الإمام أحمد والترمذي «2» عن عديّ بن حاتم أنه سمع النبي صلى
الله عليه وسلّم يقرأ هذه الآية اتَّخَذُوا أَحْبارَهُمْ وَرُهْبانَهُمْ أَرْباباً
مِنْ دُونِ اللَّهِ الآية، فقلت له: إنا لسنا نعبدهم، قال: «أليس يحرّمون ما أحلّ
الله فتحرّمون، ويحلّون ما حرّم الله فتحلّونه؟» فقلت: بلى قال: «فتلك عبادتهم» فالعبادة
أنواع وأصناف، ولا يتم الإيمان إلّا بتوحيدها كلها لله سبحانه. وقد بينت السنة
أن الدعاء هو العبادة. أي ركنها المهم الأعظم. وأصله من التنزيل الكريم قوله
تعالى: وَقالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبادَتِي [غافر: 60] ، فسماه عبادة. وفي الخبر: «الشرك في
هذه الأمة أخفى من دبيب النمل» «1» قال شمس الدين بن القيم: ولهذا كان العبد
مأمورا في كل صلاة أن يقول: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ والشيطان
يأمر بالشرك، والنفس تطيعه في ذلك، فلا تزال النفس تلتفت إلى غير الله، إما خوفا
منه، أو رجاء له، فلا يزال العبد مفتقرا إلى تخليص توحيده من شوائب الشرك، ولذا
أخبر سبحانه عن المشركين أنهم ما قدروه حق قدره في ثلاثة مواضع من كتابه، وكيف
يقدره حق قدره من جعل له عدلا وندا يحبه، ويخافه، ويرجوه، يذل ويخضع له، ويهرب من
سخطه، ويؤثر مرضاته، والمؤثر لا يرضى بإيثاره انتهى. (فائدة) قال
بعض السلف: الفاتحة سرّ القرآن، وسرّها هذه الكلمة إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ: فالأول تبرّؤ من الشرك، والثاني تبرّؤ من الحول والقوة،
والتفويض إلى الله عزّ وجلّ. وهذا المعنى في غير آية من القرآن كما قال تعالى:
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ [هود: 123] ، قُلْ هُوَ الرَّحْمنُ آمَنَّا بِهِ
وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنا [الملك: 29] ، رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا إِلهَ
إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا [المزمل: 9](محاسن التأويل (المتوفى: 1332هـ)) قوله:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ} {إِيَّاكَ} مفعول مقدم لـ {نَعْبُدُ} قدم لإفادة الحصر
والاختصاص، و {وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} معطوف علي {إِيَّاكَ نَعْبُدُ} أي لا
نعبد إلا إياك، ولا نستعين إلا بك، لأنك الحقيق بتلك الصفات العظام، والمعنى: يا
من هذا شأنه نخصك بالعبادة والاستعانة، فهذا ترقٍّ من البرهان إلى العيان، والغيبة
إلى الحضور، فهو تعليم من الله تعالى لعباده كيفية الترقي، فإن العبد إذا ذكر
الحقيق بالحمد، وهو رب الأرباب، عن قلب حاضر، يجد ذلك العبد من نفسه محركاً
للإقبال عليه، وكلما أجرى على قلبه ولسانه صفة من تلك الصفات العظام، قوي ذلك
المحرك، إلى أن يؤول ذلك الأمر لخاتمة تلك الصفات، فحينئذ يوجب ذلك المحرك لتناهيه
في القوة، إقبال ذلك العبد على ربه وخالقه المتصف بتلك الصفات، فانتقل من الغيبة
لخطابه والتلذذ بمناجاته، فأول الكلام مبني على ما هو مبادي حال العارف من الذكر
والفكر والتأمل في أسمائه العظام، والنظر في آلائه والاستدلال بصنعه على عظيم شأنه
وباهر سلطانه، ثم بعد ذلك أتى بمنتهاه، وهو الخطاب والحضور المشعر بكونه في حضرة
الشهود، وإلى هذا المعنى أشار بعض العارفين بقوله: تلك آثارنا تدل علينا…فانظروا بعدنا إلى الآثار ...وهو مقام الإحسان
المشار له بقوله صلى الله عليه وسلم: " الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه
" واعلم أن {إِيَّاكَ} واجب الانفصال، واختلف فيه هل من قبيل الأسم الظاهر؟
وبه قال الزجاج أو هو ضمير؟ وعليه الجمهور، واختلف القائلون بأنه ضمير على أربعة
أقوال، أحدها: أنه كله ضمير. الثاني أن إياه وحده ضمير وما بعده اسم مضاف إليه
يفسر ما يراد به من تكلم وغيبة وخطاب. الثالث: أن إيا وحده ضمير، وما بعده حروف
تفسير ما يراد منه وهو المشهور. الرابع: إن إيا عماد، وما بعده ضمير، والضمير
المستكن في {نَعْبُدُ} و {نَسْتَعِينُ} للقارئ ومن معه من الحفظة وحاضري صلاة
الجماعة، أو له والسائر الموحدين، أدرج عبادته في عباداتهم، وخلط حاجته بحاجاتهم،
لعل عبادته تقبل ببركة عباداتهم، وحاجته يجاب إليها ببركة حاجاتهم، ومن هنا شرعت
الجماعة في الصلوات، قال تعالى: {وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى} [المائدة:
2] وقال صلى الله عليه وسلم: " يد الله مع الجماعة ".(حاشية الصاوي (المتوفى: 1241 هـ)) العبادة
خضوع ينشأ عن استشعار القلب بعظمة المعبود اعتقادا بأن له سلطانا لا يدرك
العقل حقيقته لأنه أعلى من أن يحيط به فكره، أو يرقى إليه إدراكه. فمن يتذلل لملك
لا يقال إنه عبده، لأن سبب التذلل معروف، وهو إما الخوف من جوره وظلمه، وإما رجاء
كرمه وجوده. وللعبادة صور وأشكال تختلف باختلاف الأديان والأزمان، وكلها شرعت
لتنبيه الإنسان إلى ذلك السلطان الأعلى، والملكوت الأسمى، ولتقويم المعوجّ من
الأخلاق وتهذيب النفوس، فإن لم تحدث هذا الأثر لم تكن هى العبادة التي شرعها
الدين. هاك الصلاة تجد أن الله أمرنا بإقامتها والإتيان بها كاملة وجعل من آثارها
أنها تنهى عن الفواحش ما ظهر منها وما بطن، كما قال: (إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهى عَنِ
الْفَحْشاءِ وَالْمُنْكَرِ) فإن لم يكن لها هذا الأثر فى النفوس كانت صورا من
الحركات والعبارات خالية من روح العبادة وسرها، فاقدة جلالها وكمالها، وقد توعد
الله فاعلها بالويل والثبور ذفقال: (فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ
صَلاتِهِمْ ساهُونَ) فهم وإن سماهم مصلين لأنهم أتوا بصورة الصلاة، وصفهم بالسهو
عن حقيقتها ولبّها، وهو توجه القلب إلى الله والإخبات إليه وهو المشعر بعظمته، وقد
جاء فى الحديث: من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر لم يزدد من الله إلا بعدا.
وأنها تلفّ كما يلفّ الثوب البالي ويضرب بها وجهه.(تفسير المراغي (المتوفى: 1371هـ))
[3] قوله:
{وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} كرر الضمير للدلالة على تخصيصه تعالى بكل من العبادة
والاستعانة والتلذذ بالمناجاة والخطاب، وقدم العبادة على الاستعانة لأنها وصلة
لطلب الحاجة، فإذا أفرد العبد ربه بالعبادة أعانه، وحذف المعمول من كل ليؤذن
بالعموم، فيتناول كل معبود به، وكل مستعان عليه، وأصل {نَسْتَعِينُ} نستعون،
استثقلت الكسرة على الواو، فنقلت إلى الساكن قبلها، فسكنت الواو بعد النقل، وانكسر
ما قبلها فقبلت ياء، والقراء السبعية بفتح النون، وقرئ شذوذاً {نَسْتَعِينُ} بكسر
حرف المضارعة، وهي لغة مطردة في حرف المضارعة، بشرط أن لا يكون ما بعد حرف
المضارعة مضموماً، فإن ضم كتقوم امتنع كسر حرف المضارعة، لثقل الانتقال من الكسر
إلى الضم، وبشرط أن يكون المضارع من ماض مكسور العين نحو علم، أو في أوله همزة وصل
نحو استعان، أو تاء مطاوعة نحو تعلم. قوله: (من
توحيد) الخ، بيان للعبادة، وهو إشارة إلى العبادات الأصلية الاعتقادية، وقوله: (وغيره) إشارة إلى العبادات العملية،
من صلاة وصوم وزكاة ونحو ذلك. قوله: (وبطلب
المعونة) بالياء عطف على (بالعبادة) ولا يجوز أن يكون بالنون عطفاً على (نخصك)
لخروجه عن إفادة التخصيص. قوله: (وغيرها)
أي من مهمات الدنيا والآخرة. (حاشية الصاوي)
[4] وَقَالَتِ الْمُعْتَزِلَةُ:
مَنِ
اعْتَقَدَ تَنْزِيهَ اللَّهِ تَعَالَى عَنِ الْقَبَائِحِ سَهُلَ عَلَيْهِ
تَحَمُّلُ الْمَشَاقِّ، فَإِنَّهُ يَعْلَمُ أَنَّهُ عَدْلٌ مُنَزَّهٌ عَنْ
إِنْزَالِ الْمَشَاقِّ بِهِ مِنْ غَيْرِ غَرَضٍ وَلَا فَائِدَةٍ فَحِينَئِذٍ
يَطِيبُ قَلْبُهُ، وَقَالَ أَهْلُ
السُّنَّةِ: إِذَا نَزَلَ بِالْعَبْدِ بَعْضُ الْمَكَارِهِ فَزِعَ إِلَى
الطَّاعَاتِ كَأَنَّهُ يَقُولُ: تَجِبُ عَلَيَّ عِبَادَتُكَ سَوَاءً أَعْطَيْتَنِي
الْخَيْرَاتِ أَوْ أَلْقَيْتَنِي فِي الْمَكْرُوهَاتِ، وَقَوْلُهُ: وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا: يُرِيدُ الْمَوْتَ وَسُمِّيَ الْمَوْتُ بِالْيَقِينِ لِأَنَّهُ أَمْرٌ
مُتَيَقِّنٌ. فَإِنْ قِيلَ: فَأَيُّ فَائِدَةٍ لِهَذَا التَّوْقِيتِ مَعَ أَنَّ
كُلَّ أَحَدٍ يَعْلَمُ أَنَّهُ إِذَا مَاتَ سَقَطَتْ عَنْهُ الْعِبَادَاتُ؟ قُلْنَا:
الْمُرَادُ مِنْهُ: وَاعْبُدْ رَبَّكَ فِي زَمَانِ حَيَاتِكَ وَلَا تَخْلُ
لَحْظَةٌ مِنْ لَحَظَاتِ الْحَيَاةِ عَنْ هَذِهِ الْعِبَادَةِ، وَاللَّهُ
أَعْلَمُ.(مفاتيح
الغيب فخر الدين الرازي (المتوفى: 606هـ))
[5] وجملة
«لعلكم تتقون» تعليل للأمر بالعبادة، ولذلك فصلت.و «لعل» حرف موضوع ليدل على
الترجي، وهو توقع حصول الشيء عند ما يحصل
سيبه وتنتفى موانعه. والشيء المتوقع حصوله في الآية هو التقوى وسببه العبادة، إذ
بالعبادة يستعد الإنسان لأن يبلغ درجة التقوى وهي الفوز بالهدى والفلاح، والترجي
قد يكون من جهة المتكلم وهو الشائع وقد تستعمل لعل في الكلام على أن يكون الترجي
مصروفا للمخاطب، فيكون المترجى هو المخاطب لا المتكلم، وعلى هذا الوجه يحمل الترجي
في هذه الآية، لاستحالة توقع حصول الشيء من عالم الغيب والشهادة، لأن توقع الإنسان
لحصول الشيء هو أن يكون مترددا بين الوقوع وعدمه مع رجحان الوقوع، وعليه فيكون
المعنى: اعبدوا ربكم راجين أن تكونوا من المتقين، الذين بلغوا الغاية في الهدى
والفلاح. (التفسير
الوسيط للقرآن الكريم)
وقوله
تعالى: {لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} يحتمل أن المعنى: أنكم إذا عبدتم الله وحده
اتقيتم بذلك سخطه وعذابه، لأنكم أتيتم بالسبب الدافع لذلك، ويحتمل أن يكون المعنى:
أنكم إذا عبدتم الله، صرتم من المتقين الموصوفين بالتقوى، وكلا المعنيين صحيح،
وهما متلازمان، فمن أتى بالعبادة كاملة، كان من المتقين، ومن كان من المتقين، حصلت
له النجاة من عذاب الله وسخطه. (تيسير الكريم الرحمن في تفسير كلام المنان - السعدي (المتوفى: 1376هـ))
[6] ويعني بقوله:"ما
تعبدون من بعدي" - أي شيء تعبدون،"من بعدي"؟ أي من بعد وفاتي؟
قالوا:"نعبد إلهك"، يعني به: قال بنوه له: نعبد معبودك الذي تعبده،
ومعبود آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق،"إلها واحدا" أي: نخلص له
العبادة، ونوحد له الربوبية، فلا نشرك به شيئا، ولا نتخذ دونه ربا. (جامع البيان في تأويل القرآن (المتوفى: 310هـ)) قوله:
{مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي} أتى بما دون من امتحاناً لهم لأنه في زمنه كثرت
عبادة غير الله، وإنما امتحنهم لتظهر سرائرهم.(حاشية الصاوي) الْآيَةُ دَالَّةٌ عَلَى أَنَّ شَفَقَةَ
الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ عَلَى أَوْلَادِهِمْ كَانَتْ فِي بَابِ
الدِّينِ وَهِمَّتَهُمْ مَصْرُوفَةٌ إِلَيْهِ دُونَ غَيْرِهِ. أَمَّا
قَوْلُهُ: مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي فَفِيهِ مسألتان: المسألة
الأولى: لفظة «مَا» لِغَيْرِ الْعُقَلَاءِ فَكَيْفَ أَطْلَقَهُ فِي
الْمَعْبُودِ الْحَقِّ؟ وَجَوَابُهُ
مِنْ وَجْهَيْنِ: الْأَوَّلُ:
أَنَّ «مَا» عَامٌّ فِي كُلِّ شَيْءٍ وَالْمَعْنَى أَيُّ شَيْءٍ تَعْبُدُونَ. وَالثَّانِي: قَوْلُهُ: مَا
تَعْبُدُونَ كَقَوْلِكَ عِنْدَ طَلَبِ الْحَدِّ وَالرَّسْمِ: مَا الْإِنْسَانُ؟ الْمَسْأَلَةُ
الثَّانِيَةُ: قَوْلُهُ: مِنْ بَعْدِي أَمَّا قَوْلُهُ: قالُوا نَعْبُدُ إِلهَكَ
وَإِلهَ آبائِكَ إِبْراهِيمَ وَإِسْماعِيلَ وَإِسْحاقَ فَفِيهِ مَسَائِلُ: الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: هَذِهِ الْآيَةُ تَمَسَّكَ
بِهَا فَرِيقَانِ مِنْ أَهْلِ الْجَهْلِ. الْأَوَّلُ:
الْمُقَلِّدَةُ قَالُوا: إِنَّ أَبْنَاءَ يَعْقُوبَ اكْتَفَوْا بِالتَّقْلِيدِ،
وَهُوَ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَا أَنْكَرَهُ عَلَيْهِمْ فَدَلَّ عَلَى أَنَّ
التَّقْلِيدَ كَافٍ. الثَّانِي:
التَّعْلِيمِيَّةُ. قَالُوا: لَا طَرِيقَ إِلَى مَعْرِفَةِ اللَّهِ إِلَّا
بِتَعْلِيمِ الرَّسُولِ وَالْإِمَامِ وَالدَّلِيلُ عَلَيْهِ هَذِهِ الْآيَةُ،
فَإِنَّهُمْ لَمْ يَقُولُوا: نَعْبُدُ الْإِلَهَ الَّذِي دَلَّ عَلَيْهِ
الْعَقْلُ، بَلْ قالوا: نعبد الإله الذي أنت تعبده وآباءك يَعْبُدُونَهُ وَهَذَا
يَدُلُّ عَلَى أَنَّ طَرِيقَ الْمَعْرِفَةِ هُوَ التَّعَلُّمُ. وَالْجَوَابُ:
كَمَا أَنَّهُ لَيْسَ فِي الْآيَةِ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّهُمْ عَرَفُوا الْإِلَهَ
بِالدَّلِيلِ الْعَقْلِيِّ، فَلَيْسَ فِيهَا أَيْضًا دَلَالَةً عَلَى أَنَّهُمْ
مَا أَقَرُّوا بِالْإِلَهِ إِلَّا عَلَى طَرِيقَةِ التَّقْلِيدِ وَالتَّعْلِيمِ،
ثُمَّ إِنَّ الْقَوْلَ بِالتَّقْلِيدِ وَالتَّعْلِيمِ لَمَّا بَطَلَ بِالدَّلِيلِ
عَلِمْنَا أَنَّ إِيمَانَ الْقَوْمِ مَا كَانَ عَلَى هَذِهِ الطَّرِيقَةِ بَلْ
كَانَ حَاصِلًا عَلَى سَبِيلِ الِاسْتِدْلَالِ، أَقْصَى مَا فِي الْبَابِ أَنْ
يُقَالَ: فَلِمَ لَمْ يَذْكُرُوا طَرِيقَةَ الِاسْتِدْلَالِ. وَالْجَوَابُ عَنْهُ مِنْ وُجُوهٍ،
أَوَّلُهَا: أَنَّ ذَلِكَ
أَخْصَرُ فِي الْقَوْلِ مِنْ شَرْحِ صِفَاتِ اللَّهِ تَعَالَى بِتَوْحِيدِهِ
وَعِلْمِهِ وَقُدْرَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَثَانِيهَا:
أَنَّهُ أَقْرَبُ إِلَى سُكُونِ نَفْسِ يَعْقُوبَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فكأنهم قالوا:
لسنا نجزي إِلَّا عَلَى مِثْلِ طَرِيقَتِكَ فَلَا خِلَافَ مِنَّا عَلَيْكَ فِيمَا
نَعْبُدُهُ وَنُخْلِصُ الْعِبَادَةَ لَهُ. وَثَالِثُهَا:
لَعَلَّ هَذَا إِشَارَةٌ إِلَى ذِكْرِ الدَّلِيلِ عَلَى وُجُودِ الصَّانِعِ عَلَى
مَا ذَكَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى في أول هذه السورة في قوله: يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ [البقرة: 21]
وهاهنا مرادهم بقولهم: نَعْبُدُ إِلهَكَ وَإِلهَ آبائِكَ أَيْ: نَعْبُدُ الْإِلَهَ
الَّذِي دَلَّ عَلَيْهِ وُجُودُكَ وَوُجُودُ آبَائِكَ وَعَلَى هَذَا الطَّرِيقِ
يَكُونُ ذَلِكَ إِشَارَةً إِلَى الِاسْتِدْلَالِ لَا إِلَى التَّقْلِيدِ. الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: قَالَ الْقَفَّالُ: وَفِي
بَعْضِ التَّفَاسِيرِ أَنَّ يَعْقُوبَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّا دَخَلَ مِصْرَ
رَأَى أَهْلَهَا يَعْبُدُونَ النِّيرَانَ وَالْأَوْثَانَ فَخَافَ عَلَى بَنِيهِ
بَعْدَ وَفَاتِهِ، فَقَالَ لَهُمْ هَذَا الْقَوْلَ تَحْرِيضًا لَهُمْ عَلَى
التَّمَسُّكِ بِعِبَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى. وَحَكَى
الْقَاضِي عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ
يَعْقُوبَ عَلَيْهِ السَّلَامُ جَمَعَهُمْ إِلَيْهِ عِنْدَ الْوَفَاةِ، وَهُمْ
كَانُوا يَعْبُدُونَ الْأَوْثَانَ وَالنِّيرَانَ، فَقَالَ: يَا بَنِيَّ مَا
تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي؟ قَالُوا: نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ ثُمَّ قَالَ الْقَاضِي: هَذَا بَعِيدٌ
لِوَجْهَيْنِ. الْأَوَّلُ:
أَنَّهُمْ بَادَرُوا إِلَى الِاعْتِرَافِ بِالتَّوْحِيدِ مُبَادَرَةَ مَنْ
تَقَدَّمَ مِنْهُ العلم واليقين. والثاني:
أَنَّهُ تَعَالَى ذَكَرَ فِي الْكِتَابِ حَالَ الْأَسْبَاطِ مِنْ أَوْلَادِ
يَعْقُوبَ وَأَنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا صَالِحِينَ وَذَلِكَ لَا يَلِيقُ
بِحَالِهِمْ.(مفاتيح
الغيب (المتوفى: 606هـ))
[7] قوله: {وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ} الخ، لما ذكر أحوال المنافقين والكفار وما
آل إليه أمرهم، ذكر هنا أوصاف المؤمنين الكاملين، ووصفهم بأوصاف ثمانية، بها تنال
المراتب العالية، وإضافتهم اليه تعالى للتشريف، وإلا فكل المخلوقات عباد لله،
ويقال إضافتهم له من حيث كونه رحماناً، لكونهم مظهر الرحمة وستختص بهم في الآخرة.(حاشية الصاوي)
[8] قوله: (غير المعترض فيه) أي وهو قوله: {وَمَن يَفْعَلْ
ذلِكَ يَلْقَ أَثَاماً} إلى قوله: {مَتاباً} وهو ثلاث آيات. وحاصل ما ذكره من
الأوصاف، أن بعضها متعلق بالخلق، وبعضها متعلق بالخالق. (حاشية الصاوي)
[9] قوله: {قَالُواْ سَلاَماً} أي مع القدرة على الانتقام، فالمراد الإغضاء عن
السفهاء وترك مقابلتهم في الكلام، وهذا الخلق من أعظم الأخلاق لما في الحديث:"
كاد
الحليم أن يكون نبياً".وفي الحديث:" يبلغ
الحليم بحلمه ما لا يبلغه الصائم القائم ". والآثار في ذلك كثيرة. (حاشية الصاوي)
[10] قوله: {وَالَّذِينَ يِبِيتُونَ} شروع في ذكر معاملتهم
للخالق أثر معاملتهم للخلق، وخص البيتوتة بالذكر، لأن العبادة بالليل أبعد عن
الرياء، وفي الحديث:"لا زال جبريل يوصيني بقيام الليل حتى علمت أن أمتي لا
ينامون" وأخر الليل مراعاة للفواصل. (حاشية الصاوي)
[11] قوله: {وَالَّذِينَ يَقُولُونَ} الخ، أي فهم
مع حسن المعاملة للخالق وللخلق، ليس عندهم غرور ولا أمن من مكر الله، بل هم خائفون
من عذابه، وجلون من هيبته. (حاشية الصاوي)
[12] قوله:{وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَاماً} هو بمعنى قوله تعالى:{وَلاَ
تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ}[الإسراء:
29] الآية. (حاشية
الصاوي)
[13] قوله: {إِلاَّ بِالْحَقِّ} أي لا يقتلون النفس المحرمة بسبب من الأسباب إلا
بسبب الحق، بأن تكون مستحقة للقتل، كالمرتد والزاني المحصن والقاتل. قوله: {إِلاَّ
بِالْحَقِّ} أي لا يقتلون النفس المحرمة بسبب من الأسباب إلا بسبب الحق، بأن تكون
مستحقة للقتل، كالمرتد والزاني المحصن والقاتل. (حاشية الصاوي)
[14] قوله: (أي واحداً من الثلاثة) في بعض النسخ أي ما ذكر، وهو المناسب لقوله:
{يُضَاعَفْ} لأن المشرك إذا ارتكب المعاصي مع الشرك تضاعف له العقوبة. (حاشية الصاوي)
[15] قوله: {يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ} أي يمحو ما سبق منهم من المعاصي
بسبب التوبة، ويثبت مكانها الطاعات أو نيتها، وفي القرطبي: ولا يبعد في كلام الله
تعالى إذا صحت توبة العبد، أن يصنع مكان كل سيئة حسنة. (حاشية الصاوي)
[16] قوله: {وَمَن تَابَ} أي عن المعاصي بتركها والندم عليها. قوله: {وَعَمِلَ
صَالِحاً} أي فعل الطاعات ولو بالنية، كمن فجأه الموت عقب التوبة. (حاشية الصاوي)
[17] أي لا يحضرونه أو لا يشهدون به. (حاشية الصاوي)
[18] الخ، أشار بذلك إلى أن النفي مسلط على القيد فقط وهو
قوله: {صُمّاً وَعُمْيَاناً} والمعنى إذا قرئ عليهم القرآن، ذكروا آخرتهم ومعادهم
ولم يتغافلوا، حتى يكونوا بمنزلة من لا يسمع ولا يبصر(حاشية الصاوي)
[19] قوله: {وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَاماً} أي اجعلنا هداة يقتدى بنا في مواسم الخيرات والطاعات، بأن تصفي بواطننا
من غيرك، حتى يكون حالنا سبباً في هداية الخلق، ولذا قيل: حال رجل في ألف رجل،
أنفع من وعظ ألف رجل في رجل ولفظ إمام يستوي فيه الجمع وغيره، فالمطابقة حاصلة. (حاشية الصاوي)
[20] اسم الإشارة عائد على المتصفين بالأوصاف الثمانية. (حاشية الصاوي)
[21] قوله: {تَحِيَّةً وَسَلاَماً} جمع بينهما لأن المراد بالتحية الإكرام بالهدايا والتحف، وبالسلام سلامه تعالى عليهم بالقول، أو سلام الملائكة، أو سلام بعض على بعض. قوله: (الملائكة) أي أو من الله أو من بعضهم لبعض، والمعنى تحييهم الملائكة ويدعون لهم بطول الحياة والسلامة من الآفات، فتحصل أن قوله: {تَحِيَّةً وَسَلاَماً} قيل هما بمعنى واحد، وجمع بينهما لاختلاف لفظمها، وقيل متخالفان، فالتحية الإكرام بالهدايا والتحف، والسلام الدعاء، إما من الملائكة، أو من الله، أو من بعضهم لبعض. (حاشية الصاوي)