Tafsir QS.Al-Baqoroh Ayat 238 - 239
Pentingnya Shalat Dalam Keadaan Apapun, Khususnya Shalat Khauf
حَٰفِظُوا۟ عَلَى
ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلْوُسْطَىٰ وَقُومُوا۟ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ (البقرة 238)
Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.
Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.
Dalam ayat ini
diterangkan keutamaan melakukan salat, dan selalu memeliharanya. Keluarga
merupakan bagian dari masyarakat dan dalam memenuhi segala kebutuhan dan
persoalan hidupnya banyak sekali menemui kesulitan yang kadang-kadang dapat
menjerumuskannya kepada hal-hal yang dilarang agama. Karena itu telah diberi
suatu cara yang baik untuk dilakukan manusia agar selalu terjamin hubungan
keduniaannya dengan ketakwaan kepada Allah dengan selalu memelihara salat.
Mulai dari bangun tidur sebelum melakukan kontak dengan manusia lainnya ia
ingat dan bermunajah lebih dahulu dengan Allah (waktu subuh). Kemudian setelah
ia berhubungan dengan masyarakat, dan mungkin sekali terjadi perbuatan yang tidak
diridai Allah maka untuk mengingatkan dan menyelamatkannya, ia dipanggil untuk
berhubungan lagi dengan Allah pada waktu tengah hari (salat zuhur). Begitulah
seterusnya selama 24 jam. Dengan demikian selalu terjalin antara kesibukan
manusia (untuk memenuhi hajat hidupnya) dengan ingat kepada Allah dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya. Hal ini mempunyai pengaruh dan membekas
dalam jiwa dan kehidupan manusia sebagaimana ditegaskan bahwa dengan salat
manusia dapat terhindar dari perbuatan jahat dan mungkar. Selain itu,
memelihara salat adalah bukti iman kepada Allah, dan menjadi syarat mutlak bagi
kehidupan seorang Muslim, menguatkan tali persaudaraan, dan dapat menjamin
hak-hak manusia. Menurut riwayat Ahmad, Rasulullah saw bersabda: Perjanjian
antara kami dengan kaum kafir adalah salat, siapa yang meninggalkannya (dengan
sengaja) maka ia telah menjadi kafir. (Riwayat Ahmad) Dalam hadis lain yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-thabrani, Rasulullah saw bersabda: Barang siapa
selalu memelihara salat maka ia akan dapat cahaya dan petunjuk serta akan dapat
keselamatan pada hari Kiamat. Sebaliknya orang yang tidak memelihara salat maka
tidak ada baginya cahaya, petunjuk dan keselamatan. Di akhirat nanti ia akan
bersama Fir'aun, Haman, dan Ubai bin Khalaf di dalam neraka. (Riwayat Ahmad dan
ath-thabrani) Ayat-ayat di atas menjelaskan bagaimana pentingnya menjaga dan
memelihara salat. Manusia yang melaksanakan perintah ini benar-benar menjadi
makhluk Allah yang bertakwa dan hidupnya akan selalu aman, berada di dalam
magfirah dan rida Allah. Adapun sebab turun ayat ini menurut riwayat dari Zaid
bin sabit, Rasulullah saw selalu melakukan salat zuhur, meskipun pada siang
hari yang panas terik yang bagi para sahabat dirasakan berat, maka turunlah
ayat ini. Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk selalu menjaga salat
lima waktu. Jika salat itu dilaksanakan, ia dapat memelihara diri dari berbuat
hal-hal yang jahat dan mungkar. Salat dapat menjadi penenang jiwa dari segala
kegelisahan yang menimpa diri. Karena itu salat merupakan tiang agama. Allah
menekankan salat wustha. Salat wusta menurut jumhur Ulama ialah salat Asar.
Allah mengajarkan pula, agar dalam melakukan salat kita berlaku khusyuk dan
tawaduk. Sebab pemusatan pikiran kepada Allah semata-mata adalah tingkat salat
yang paling baik dan salat inilah yang dapat membekas pada jiwa manusia. Karena
pentingnya melaksanakan dan memelihara salat ini seorang Muslim tidak boleh
meninggalkannya walau dalam keadaan bagaimanapun. Salat tetap tidak boleh
ditinggalkan, meskipun dalam suasana kekhawatiran terhadap jiwa, harta, atau
kedudukan. Dalam keadaan uzur, salat dapat dikerjakan menurut cara yang mungkin
dilakukan, baik dalam keadaan berjalan kaki, berkendaraan, ataupun sakit. Maka
setelah hilang uzur itu, terutama yang berupa kekhawatiran, hendaklah bersyukur
kepada Allah, karena Allah mengajarkan kepada manusia hal-hal yang tidak
diketahuinya termasuk mengenai kaifiat (cara) melakukan salat dalam masa tidak
aman/dalam keadaan perang.
Usai menjelaskan
hukum keluarga dalam beberapa ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah menjelaskan
hukum asasi antara manusia dengan Allah, yakni salat. Hal ini seakan
mengingatkan agar persoalan keluarga tidak membuat manusia lupa akan kewajiban
asasinya, yaitu salat. Karena itu, ayat ini dimulai dengan kata perintah.
Peliharalah secara sungguh-sungguh, baik secara pribadi maupun saling
mengingatkan antara satu dengan lainnya tentang semua salat, dan peliharalah
secara khusus salat wusaa;, yakni salat asar dan subuh, karena keutamaannya.
Dan laksanakanlah salat karena Allah Pemilik kemuliaan dan keagungan dengan
khusyuk, yakni dengan penuh ketaatan dan keikhlasan.
فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا
أَوْ رُكْبَانًۭا ۖ فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُم
مَّا لَمْ تَكُونُوا۟ تَعْلَمُونَ (البقرة 239)
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah
Allah (salatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang
belum kamu ketahui.
Dalam ayat ini
diterangkan keutamaan melakukan salat, dan selalu memeliharanya. Keluarga
merupakan bagian dari masyarakat dan dalam memenuhi segala kebutuhan dan
persoalan hidupnya banyak sekali menemui kesulitan yang kadang-kadang dapat
menjerumuskannya kepada hal-hal yang dilarang agama. Karena itu telah diberi
suatu cara yang baik untuk dilakukan manusia agar selalu terjamin hubungan
keduniaannya dengan ketakwaan kepada Allah dengan selalu memelihara salat.
Mulai dari bangun tidur sebelum melakukan kontak dengan manusia lainnya ia
ingat dan bermunajah lebih dahulu dengan Allah (waktu subuh). Kemudian setelah
ia berhubungan dengan masyarakat, dan mungkin sekali terjadi perbuatan yang
tidak diridai Allah maka untuk mengingatkan dan menyelamatkannya, ia dipanggil
untuk berhubungan lagi dengan Allah pada waktu tengah hari (salat zuhur).
Begitulah seterusnya selama 24 jam. Dengan demikian selalu terjalin antara
kesibukan manusia (untuk memenuhi hajat hidupnya) dengan ingat kepada Allah dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya. Hal ini mempunyai pengaruh dan membekas
dalam jiwa dan kehidupan manusia sebagaimana ditegaskan bahwa dengan salat
manusia dapat terhindar dari perbuatan jahat dan mungkar. Selain itu,
memelihara salat adalah bukti iman kepada Allah, dan menjadi syarat mutlak bagi
kehidupan seorang Muslim, menguatkan tali persaudaraan, dan dapat menjamin
hak-hak manusia. Menurut riwayat Ahmad, Rasulullah saw bersabda: Perjanjian
antara kami dengan kaum kafir adalah salat, siapa yang meninggalkannya (dengan
sengaja) maka ia telah menjadi kafir. (Riwayat Ahmad) Dalam hadis lain yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-thabrani, Rasulullah saw bersabda: Barang siapa
selalu memelihara salat maka ia akan dapat cahaya dan petunjuk serta akan dapat
keselamatan pada hari Kiamat. Sebaliknya orang yang tidak memelihara salat maka
tidak ada baginya cahaya, petunjuk dan keselamatan. Di akhirat nanti ia akan
bersama Fir'aun, Haman, dan Ubai bin Khalaf di dalam neraka. (Riwayat Ahmad dan
ath-thabrani) Ayat-ayat di atas menjelaskan bagaimana pentingnya menjaga dan
memelihara salat. Manusia yang melaksanakan perintah ini benar-benar menjadi
makhluk Allah yang bertakwa dan hidupnya akan selalu aman, berada di dalam
magfirah dan rida Allah. Adapun sebab turun ayat ini menurut riwayat dari Zaid
bin sabit, Rasulullah saw selalu melakukan salat zuhur, meskipun pada siang
hari yang panas terik yang bagi para sahabat dirasakan berat, maka turunlah
ayat ini. Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk selalu menjaga salat
lima waktu. Jika salat itu dilaksanakan, ia dapat memelihara diri dari berbuat
hal-hal yang jahat dan mungkar. Salat dapat menjadi penenang jiwa dari segala
kegelisahan yang menimpa diri. Karena itu salat merupakan tiang agama. Allah
menekankan salat wustha. Salat wusta menurut jumhur Ulama ialah salat Asar.
Allah mengajarkan pula, agar dalam melakukan salat kita berlaku khusyuk dan
tawaduk. Sebab pemusatan pikiran kepada Allah semata-mata adalah tingkat salat
yang paling baik dan salat inilah yang dapat membekas pada jiwa manusia. Karena
pentingnya melaksanakan dan memelihara salat ini seorang Muslim tidak boleh meninggalkannya
walau dalam keadaan bagaimanapun. Salat tetap tidak boleh ditinggalkan,
meskipun dalam suasana kekhawatiran terhadap jiwa, harta, atau kedudukan. Dalam
keadaan uzur, salat dapat dikerjakan menurut cara yang mungkin dilakukan, baik
dalam keadaan berjalan kaki, berkendaraan, ataupun sakit. Maka setelah hilang
uzur itu, terutama yang berupa kekhawatiran, hendaklah bersyukur kepada Allah,
karena Allah mengajarkan kepada manusia hal-hal yang tidak diketahuinya
termasuk mengenai kaifiat (cara) melakukan salat dalam masa tidak aman/dalam
keadaan perang.
Namun, jika kamu
takut ada bahaya, baik karena musuh, binatang buas, atau lainnya, maka salatlah
sambil berjalan kaki karena darurat atau ketika berada di kendaraan, baik
menghadap kiblat maupun tidak. Kemudian apabila situasinya telah kembali aman,
maka ingatlah Allah, yakni salatlah, sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu
apa yang tidak kamu ketahui, seperti cara melaksanakan salat dalam kondisi
tidak aman. Ini menunjukkan pentingnya salat. Ia harus ditegakkan dimana saja
dan kapan saja, serta dalam situasi apa pun.
وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ
فَأَقَمْتَ لَهُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌۭ مِّنْهُم مَّعَكَ
وَلْيَأْخُذُوٓا۟ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا۟ فَلْيَكُونُوا۟ مِن
وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا۟ فَلْيُصَلُّوا۟
مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا۟ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ ۗ وَدَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟
لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم
مَّيْلَةًۭ وَٰحِدَةًۭ ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًۭى مِّن
مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَن تَضَعُوٓا۟ أَسْلِحَتَكُمْ ۖ وَخُذُوا۟
حِذْرَكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَٰفِرِينَ عَذَابًۭا مُّهِينًۭا (النساء
102)
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah
mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka
hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang
senjata, kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk
menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum
bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka
bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu
lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat
sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah
kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi
orang-orang kafir itu.
Dalam
ayat ini dijelaskan cara salat khauf, yaitu bilamana Rasulullah berada dalam
barisan kaum Muslimin dan beliau hendak salat bersama pasukannya, maka lebih
dahulu beliau membagi pasukannya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama salat
bersama Rasul sedang kelompok kedua tetap ditempatnya menghadapi musuh sambil
melindungi kelompok yang sedang salat. Kelompok yang sedang salat ini
diharuskan menyandang senjata dalam salat untuk menjaga kemungkinan musuh
menyerang dan agar mereka tetap waspada. Bilamana kelompok pertama ini telah
menyelesaikan rakaat pertama hendaklah mereka pergi menggantikan kelompok
kedua, dan Nabi menanti dalam salat. Kelompok kedua ini juga harus menyandang
senjata bahkan harus lebih bersiap siaga. Nabi salat dengan kelompok kedua ini
dalam rakaat kedua. Sesudah rakaat kedua ini beliau membaca salam, kemudian
masing-masing kelompok menyelesaikan satu rakaat lagi dengan cara bergantian.
Dari Ibnu Umar r.a. beliau berkata: ?????? ???????? ????? ?????? ???? ?????????
????????? ??????? ????????? ????????? ???????????????? ???????? ??????????????
?????????? ??????????? ?????????? ????? ???????????? ?????????? ??? ???????
????????????? ???????????? ????? ????????????????? ????????? ????? ??????
?????? ?????????? ?????? ???? ????????? ????????? ???????? ????? ??????? ?????
????? ????????? ???????? ??????????? ???????? (???? ??????? ????? ?? ??? ???)
"Nabi saw mengerjakan salat khauf dengan salah satu di antara dua kelompok
satu rakaat, sedang kelompok lainnya menghadapi musuh. Kemudian kelompok
pertama pindah menempati kelompok teman-teman mereka sambil menghadapi musuh,
lalu datanglah kelompok kedua dan bersalat di belakang Nabi satu rakaat pula
kemudian Nabi membaca salam. Kemudian masing-masing kelompok menyelesaikan
salatnya satu rakaat lagi." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu
‘Umar). Ayat ini menjadi dasar salat khauf. Dalam ayat ini Allah swt
menjelaskan alasan kaum Muslimin salat menyandang senjata dalam salat khauf,
yaitu bila musuh yang berada tidak jauh dari mereka selalu mengintai saat-saat
pasukan Islam kehilangan kewaspadaan dan meninggalkan senjata dan perlengkapan
mereka, maka pada saat itulah pasukan kafir mendapat kesempatan menggempur
mereka. Kemudian Allah menerangkan bilamana pasukan itu mendapat kesusahan
karena hujan atau sakit atau kesulitan lain, maka membawa senjata dalam salat
khauf dibolehkan walaupun tidak disandang. Sesungguhnya Allah telah menyediakan
azab yang menghinakan terhadap orang-orang kafir
yaitu kekalahan yang mereka alami.
Kalau pada ayat
sebelumnya Allah memberikan kemudahan kepada kaum muslim untuk meng-qashar
salat dalam perjalanan dan karena rasa takut, maka pada ayat ini Allah
menjelaskan tata cara pelaksanaan salat itu. Dan apabila suatu ketika ada
situasi yang membahayakan keselamatan, seperti karena adanya musuh dan ketika
itu engkau, wahai Nabi Muhammad, berada di tengah-tengah mereka, para
sahabatmu, lalu engkau hendak melaksanakan salat khauf bersama-sama mereka,
maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri besertamu untuk melaksanakan
salat dan segolongan yang lain menghadapi musuh yang mungkin dapat melakukan
penyerangan terhadapmu dan yang bersamamu itu hendaklah menyandang senjata
mereka. Kemudian apabila mereka yang salat besertamu itu melakukan sujud, yakni
telah menyempurnakan satu rakaat atau telah selesai melaksanakan salat, maka
hendaklah mereka itu pindah dari belakangmu untuk menghadapi musuh dan
berjaga-jaga seperti yang telah dilakukan oleh kelompok yang sebelumnya, dan
hendaklah datang golongan yang lain, yakni golongan kedua, yang belum salat,
lalu mereka melakukan salat seperti kelompok pertama melakukannya denganmu, dan
hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Hal ini dilakukan
karena orang-orang kafir ingin dengan keinginan dan harapan yang besar agar
kalian lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu
sekaligus. Dan tidak ada dosa atas kamu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu
mendapat suatu kesusahan atau kesulitan yang disebabkan karena hujan yang
menyebabkan rusaknya senjata kamu atau karena kamu sakit yang menyebabkan kamu
tidak dapat menyandang senjatamu, dan bersiap siagalah kamu menghadapi berbagai
kemungkinan yang terjadi pada kalian akibat dari dua kondisi itu. Sungguh,
Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu, baik
di dunia maupun di akhirat.
Baca Juga : Macam-macam shalat khauf lengkap dengan penjelasannya
v Tafsir Jalalain dan
Penjelasan Lainnya
(238) {حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَات[1]} الْخَمْس بِأَدَائِهَا فِي أَوْقَاتهَا {وَالصَّلَاة الْوُسْطَى}
هِيَ الْعَصْر أَوْ الصُّبْح أَوْ الظُّهْر أَوْ غَيْرهَا أَقْوَال[2] وَأَفْرَدَهَا بِالذِّكْرِ لِفَضْلِهَا {وَقُومُوا لِلَّهِ} فِي
الصَّلَاة {قَانِتِينَ} قِيلَ مُطِيعِينَ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُلّ
قُنُوت[3] فِي
الْقُرْآن فَهُوَ طَاعَة رَوَاهُ أَحْمَد وَغَيْره وَقِيلَ سَاكِتِينَ
لِحَدِيثِ زَيْد بْن أَرْقَم كُنَّا نَتَكَلَّم فِي الصَّلَاة حَتَّى نَزَلَتْ
فَأُمِرْنَا بِالسُّكُوتِ وَنُهِينَا
عَنْ الْكَلَام رَوَاهُ الشَّيْخَانِ (البخاري و مسلم )[4]
(239) {فَإِنْ خِفْتُمْ} مِنْ عَدُوّ أَوْ سَيْل أَوْ سَبُع {فَرِجَالًا}
جَمْع رَاجِل أَيْ مُشَاة صَلَّوْا {أَوْ رُكْبَانًا} جَمْع رَاكِب أَيْ كَيْفَ
أَمْكَنَ مُسْتَقْبِلِي الْقِبْلَة أَوْ غَيْرهَا وَيُومِئ بِالرُّكُوعِ
وَالسُّجُود {فَإِذَا أَمِنْتُمْ} مِنْ الْخَوْف {فَاذْكُرُوا اللَّه} أَيْ
صَلُّوا {كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ} قَبْل تَعْلِيمه مِنْ
فَرَائِضهَا وَحُقُوقهَا وَالْكَاف بِمَعْنَى مِثْل وَمَا مَصْدَرِيَّة أَوْ
مَوْصُولَة
(النساء
102) {وإذا
كنت} يَا مُحَمَّد حَاضِرًا {فِيهِمْ} وَأَنْتُمْ تَخَافُونَ الْعَدُوّ {فَأَقَمْت
لَهُمْ الصَّلَاة} وَهَذَا جَرْي عَلَى عَادَة الْقُرْآن فِي الْخِطَاب
{فَلْتَقُمْ طَائِفَة مِنْهُمْ مَعَك} وَتَتَأَخَّر طَائِفَة {وَلْيَأْخُذُوا}
أَيْ الطَّائِفَة الَّتِي قَامَتْ مَعَك {أَسْلِحَتهمْ} مَعَهُمْ {فَإِذَا
سَجَدُوا} أَيْ صَلَّوْا {فَلْيَكُونُوا} أَيْ الطَّائِفَة الْأُخْرَى {مِنْ
وَرَائِكُمْ} يَحْرُسُونَ إلَى أَنْ تَقْضُوا الصَّلَاة وَتَذْهَب هَذِهِ
الطَّائِفَة تَحْرُس {وَلْتَأْتِ طَائِفَة أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا
مَعَك وَلْيَأْخُذُوا حِذْرهمْ وَأَسْلِحَتهمْ} مَعَهُمْ إلَى أَنْ تَقْضُوا
الصَّلَاة وَقَدْ فَعَلَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَلِك
بِبَطْنِ نَخْل رَوَاهُ الشَّيْخَانِ {ود الذين كفروا لوتغفلون} إذَا قُمْتُمْ
إلَى الصَّلَاة {عَنْ أَسْلِحَتكُمْ وَأَمْتِعَتكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ
مَيْلَة وَاحِدَة} بِأَنْ يَحْمِلُوا عَلَيْكُمْ فَيَأْخُذُوكُمْ وَهَذَا عِلَّة
الْأَمْر بِأَخْذِ السِّلَاح {وَلَا جُنَاح عَلَيْكُمْ إنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى
مِنْ مَطَر أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتكُمْ} فَلَا
تَحْمِلُوهَا وَهَذَا يُفِيد إيجَاب حَمْلهَا عِنْد عَدَم الْعُذْر وَهُوَ أَحَد
قَوْلَيْنِ لِلشَّافِعِيِّ وَالثَّانِي أَنَّهُ سُنَّة وَرَجَحَ {وَخُذُوا
حِذْركُمْ} مِنْ الْعَدُوّ أَيْ احْتَرِزُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ {إنَّ
اللَّه أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا} ذَا إهَانَة
(فَرْعٌ) فِي مَذَاهِبِ
الْعُلَمَاءِ فِي أَصْلِ صَلَاةِ الْخَوْفِ: مَذْهَبُنَا أَنَّهَا مَشْرُوعَةٌ
وَكَانَتْ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَشْرُوعَةً
لِكُلِّ أَهْلِ عَصْرِهِ مَعَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَمُنْفَرِدِينَ عَنْهُ وَاسْتَمَرَّتْ شريعتها إلَى
الْآنَ وَهِيَ مُسْتَمِرَّةٌ إلَى آخِرِ الزَّمَانِ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ
وَسَائِرُ أَصْحَابِنَا وَبِهَذَا قَالَتْ الْأُمَّةُ بِأَسْرِهَا إلَّا أَبَا
يُوسُفَ وَالْمُزَنِيَّ فَقَالَ أَبُو يُوسُفَ كَانَتْ مُخْتَصَّةً بِالنَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " وَمَنْ يُصَلِّي مَعَهُ وَذَهَبَتْ
بِوَفَاتِهِ " وَقَالَ الْمُزَنِيّ كَانَتْ ثُمَّ نُسِخَتْ فِي زَمَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
* وَاحْتُجَّ
لِأَبِي يُوسُفَ بِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى (وَإِذَا كُنْتَ فيهم فاقمت لهم
الصلاة) الْآيَةَ قَالَ وَالتَّغْيِيرُ الَّذِي يَدْخُلُهَا كَانَ يَنْجَبِرُ
بِفِعْلِهَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِلَافِ
غَيْرِهِ
* وَاحْتَجَّ
الْمُزَنِيّ بِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاتَهُ
صَلَوَاتُ يَوْمِ الْخَنْدَقِ وَلَوْ كَانَتْ صَلَاةُ الْخَوْفِ جَائِزَةً
لَفَعَلَهَا وَلَمْ يُفَوِّتْ الصَّلَاةَ
* وَاحْتَجَّ
أَصْحَابُنَا بِالْآيَةِ الْكَرِيمَةِ وَالْأَصْلُ هُوَ التَّأَسِّي بِهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْخِطَابُ مَعَهُ خِطَابٌ لِأُمَّتِهِ
وَبِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم " وصلوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي
أُصَلِّي " رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ كَمَا سَبَقَ وَهُوَ عَامٌّ وَبِإِجْمَاعِ
الصَّحَابَةِ فَقَدْ ثَبَتَتْ الْآثَارُ الصَّحِيحَةُ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنْ
الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَنَّهُمْ صَلَّوْهَا فِي مَوَاطِنَ بَعْدَ
وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجَامِعَ
بِحَضْرَةِ كِبَارٍ مِنْ الصَّحَابَةِ مِمَّنْ صَلَّاهَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي
طَالِبٍ فِي حُرُوبِهِ بِصِفِّينَ وَغَيْرِهَا وَحَضَرَهَا مِنْ الصَّحَابَةِ
خَلَائِقُ لَا يَنْحَصِرُونَ وَمِنْهُمْ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ وَأَبُو
مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ وَحُذَيْفَةُ وَسَعِيدُ
بْنُ الْعَاصِ وَغَيْرُهُمْ وَقَدْ رَوَى أَحَادِيثَهُمْ الْبَيْهَقِيُّ
وَبَعْضُهَا فِي سُنَنِ أَبِي دَاوُد وَغَيْرِهِ قَالَ الْبَيْهَقِيُّ
وَالصَّحَابَةُ الَّذِينَ رَأَوْا صَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي الْخَوْفِ لَمْ يَحْمِلْهَا أَحَدٌ مِنْهُمْ عَلَى تَخْصِيصِهَا
بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا بِزَمَنِهِ بَلْ رَوَاهَا
كُلُّ وَاحِدٍ وَهُوَ يَعْتَقِدُهَا مَشْرُوعَةً عَلَى الصِّفَةِ الَّتِي رَآهَا (وَأَمَّا
الْجَوَابُ) عَنْ احْتِجَاجِهِمْ بِالْآيَةِ فَقَدْ سبق أنها حجة لنا لان
الْخِطَابِ وَالْأَصْلُ التَّأَسِّي (وَأَمَّا
الْجَوَابُ) عَنْ انْجِبَارِ الصَّلَاةِ بِفِعْلِهَا خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ قَالَ أَصْحَابُنَا الصَّلَاةُ خَلْفَهُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضِيلَةٌ وَلَا يَجُوزُ تَرْكُ وَاجِبَاتِ الصَّلَاةِ
لِتَحْصِيلِ فَضِيلَةٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ صَلَاةُ الْخَوْفِ جَائِزَةً مُطْلَقًا
لَمَا فَعَلُوهَا (وَأَمَّا دَعْوَى) الْمُزَنِيِّ النَّسْخَ (فَجَوَابُهُ) أَنَّ
النَّسْخَ لَا يَثْبُتُ إلَّا إذَا عَلِمْنَا تَقَدُّمَ الْمَنْسُوخِ وَتَعَذُّرَ
الجمع بين النصين ولم يوجد هنا شىء مِنْ ذَلِكَ بَلْ الْمَنْقُولُ الْمَشْهُورُ
أَنَّ صَلَاةَ الْخَوْفِ نَزَلَتْ بَعْدَ الْخَنْدَقِ فَكَيْفَ يُنْسَخُ بِهِ
وَلِأَنَّ صَلَاةَ الْخَوْفِ عَلَى هَذِهِ الصِّفَةِ جَائِزَةٌ ليس وَاجِبَةً
فَلَا يَلْزَمُهُ مِنْ تَرْكِهَا النَّسْخُ وَلِأَنَّ الصَّحَابَةَ أَعْلَمُ
بِذَلِكَ فَلَوْ كَانَتْ مَنْسُوخَةً لَمَا فعلوها ولا نكروا علي فاعليها والله
أعلم (المجموع
للنووي)
قَالَ
الْعُلَمَاءُ جَاءَتْ صَلَاةُ الْخَوْفِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلِيٌّ سِتَّةَ عَشَرَ نَوْعًا وَهِيَ مُفَصَّلَةٌ فِي صَحِيحِ
مُسْلِمٍ بَعْضُهَا وَمُعْظَمُهَا فِي سُنَنِ
أَبِي دَاوُد وَاخْتَارَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ مِنْهَا ثَلَاثَةَ
أَنْوَاعٍ (أَحَدُهَا) صَلَاتُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَطْنِ نَخْلٍ (وَالثَّانِي) صَلَاتُهُ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَاتِ
الرِّقَاعِ (وَالثَّالِثُ) صَلَاتُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعُسْفَانَ
وَكُلُّهَا صَحِيحَةٌ ثَابِتَةٌ فِي الصَّحِيحَيْنِ وَلِصَلَاةِ الْخَوْفِ نَوْعٌ
رَابِعٌ جَاءَ بِهِ الْقُرْآنُ وَذَكَرَهُ الشَّافِعِيُّ وَهُوَ صَلَاةُ
شِدَّةِ الْخَوْفِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى (فَإِنْ
خِفْتُمْ فرجالا أو ركبانا) وَهَذِهِ الْأَنْوَاعُ ذَكَرَهَا الْمُصَنِّفُ فِي الْكِتَابِ
عَلَى التَّرْتِيبِ الَّذِي ذَكَرْتُهُ قَالَ أَهْلُ الْحَدِيثِ وَالسِّيَرِ
أَوَّلُ صَلَاةٍ صَلَّاهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِلْخَوْفِ صَلَاةُ ذَاتِ الرِّقَاعِ (المجموع
ج 4 ص 351-352)
صَلَاة
الْخَوْف على ثَلَاثَة أضْرب
أَحدهَا أَن
يكون الْعَدو فِي
غير جِهَة الْقبْلَة فيفرقهم الإِمَام فرْقَتَيْن فرقة تقف فِي وَجه الْعَدو
وَفرْقَة تقف خَلفه فَيصَلي بالفرقة الَّتِي خَلفه رَكْعَة ثمَّ لنَفسهَا وتمضي
إِلَى وَجه الْعَدو وتجيء الطَّائِفَة[5] الْأُخْرَى وَيُصلي بهَا رَكْعَة ثمَّ تتمّ لنَفسهَا ثمَّ يسلم بهَا
الثَّانِي أَن
يكون الْعَدو فِي
جِهَة الْقبْلَة فيصفهم الإِمَام صفّين وَيحرم بِهِ فَإِذا سجد سجد مَعَه
أحد الصفين ووقف الصَّفّ يحرسهم فَإِذا رفع سجدوا ولحقوه الثَّالِث أَن
يَكُونُوا فِي
شدَّة الْخَوْف والتحام
الْحَرْب فَيصَلي كَيفَ أمكنه رَاجِلا أَو رَاكِبًا مُسْتَقْبل الْقبْلَة
وَغير مُسْتَقْبل لَهَا
قَالَ
الشَّيْخ في كفاية الأخيار باب صلاة الخوف
الأول أَن يكون الْعَدو
فِي غير جِهَة الْقبْلَة فيفرقهم الإِمَام كَمَا قَالَ الشَّيْخ فرْقَتَيْن وَفرض
الْمَسْأَلَة أَن يكون الْعَدو فِي غير جِهَة الْقبْلَة بِحَيْثُ لَا تمكن
مشاهدتنا لَهُم فِي الصَّلَاة وَلم نَأْمَن أَن يكبسونا فِي الصَّلَاة وَأَن يكون
فِي الْمُسلمين كَثْرَة بِحَيْثُ تكون كل فرقة تقاوم الْعَدو وَحِينَئِذٍ فتذهب
فرقة إِلَى وَجه الْعَدو ويتأخر بفرقة إِلَى حَيْثُ لَا تبلغهم سِهَام الْعَدو
فيفتتح بهم الصَّلَاة وَيُصلي بهم رَكْعَة فَإِذا قَامَ إِلَى الثَّانِيَة خرج
المقتدون عَن مُتَابَعَته بنية الْمُفَارقَة فَإِن لم ينووا الْمُفَارقَة بطلت
صلَاتهم فَإِذا فارقوه أَتموا لأَنْفُسِهِمْ الرَّكْعَة الثَّانِيَة وتشهدوا
وسلموا وذهبوا إِلَى وَجه الْعَدو وَجَاءَت الطَّائِفَة الَّتِي فِي وَجه الْعَدو
فاقتدوا بِالْإِمَامِ فِي الرَّكْعَة الثَّانِيَة ويطيل الإِمَام الْقيام إِلَى
لحوقهم فَإِذا لحقوه صلى بهم الثَّانِيَة فَإِذا جلس الإِمَام للتَّشَهُّد قَامُوا
وَأَتمُّوا الثَّانِيَة وَالْإِمَام ينتظرهم فِي التَّشَهُّد فَإِذا لحقوه سلم بهم
وَهَذِه الصَّلَاة على هَذِه الْكَيْفِيَّة هِيَ الَّتِي فعلهَا رَسُول الله صلى
الله عَلَيْهِ وَسلم بِذَات الرّقاع وَذَات الرّقاع مَوضِع بِنَجْد وَسميت
الْوَقْعَة بذلك لَان الْوَقْعَة كَانَت عِنْد شَجَرَة تسمى بذلك وَقيل لأَنهم
لفوا على بواطن أَقْدَامهم الْخرق لِأَنَّهَا كَانَت قد تمزقت وَهَذَا أصح
لِأَنَّهُ ثَبت فِي الصَّحِيح وَقيل غير ذَلِك
الثَّانِي وَهُوَ أَن يكون
الْعَدو فِي جِهَة الْقبْلَة فيرتب الإِمَام النَّاس صفّين وَيحرم بِالْجمعِ
فيصلون مَعَه حَتَّى يَنْتَهِي إِلَى الِاعْتِدَال عَن رُكُوع الرَّكْعَة الأولى
فَإِذا سجد سجد مَعَه أحج الصفين إِمَّا الأول أَو الثَّانِي هَذَا هُوَ
الْمَذْهَب الصَّحِيح وَلَا يتَعَيَّن صف للحراسة فَإِذا قَامَ الإِمَام وَمن
مَعَه إِلَى الثَّانِيَة سجد الصَّفّ الآخر ولحقوه وَقَرَأَ بِالْجَمِيعِ وَركع
بِالْجَمِيعِ فَإِذا اعتدل حرس الصَّفّ الَّذِي سجد فِي الأولى وَسجد الصَّفّ
الآخر فَإِذا رفعوا رؤوسهم يسْجد الصَّفّ الحارس وَهَذِه صَلَاة رَسُول الله صلى
الله عَلَيْهِ وَسلم بعسفان كَمَا رَوَاهَا أَبُو دَاوُد وَغَيره وَإِن كَانَ فِي
رِوَايَة مُسلم أَن الصَّفّ الَّذِي يَلِيهِ هُوَ الَّذِي يسْجد أَولا وَقَامَ
الصَّفّ الآخر فِي نحر الْعَدو وَقَالَ الْأَصْحَاب ولهذه الصَّلَاة ثَلَاثَة
شُرُوط أَن يكون الْعَدو فِي جِهَة الْقبْلَة وَأَن يكون على جبل أَو مستو من
الأَرْض لَا يسترهم شَيْء عَن أبصار الْمُسلمين وَأَن يكون فِي الْمُسلمين كَثْرَة
تسْجد طَائِفَة وتحرس أُخْرَى وَاعْلَم أَنه لَو رتبهم صُفُوفا جَازَ وَكَذَا لَو
حرس بعض صف وَالله أعلم
الثَّالِث صَلَاة شدَّة
الْخَوْف فَإِذا اشْتَدَّ الْخَوْف وَلم يُمكن قسْمَة الْقَوْم لِكَثْرَة الْعَدو
وَنَحْو ذَلِك والتحم الْقِتَال فَلم يقدروا على النُّزُول حَيْثُ كَانُوا ركباناً
وَلَا على الانحراف إِن كَانُوا رجالة صلوا رجَالًا أَو ركباناً إِلَى الْقبْلَة
وَإِلَى غَيرهَا قَالَ الله تَعَالَى {فَإِن خِفْتُمْ فرجالاً أَو ركباناً} قَالَ
ابْن عمر رَضِي الله عَنهُ مستقبلي الْقبْلَة وَغير مستقبليها وَكَذَا رَوَاهُ مَالك
عَن نَافِع مولى ابْن عمر رَضِي الله عَنْهُم وَقَالَ مَا أرَاهُ إِلَّا ذكره عَن
النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ الْمَاوَرْدِيّ رَوَاهُ الشَّافِعِي
بِسَنَدِهِ عَن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ الْأَصْحَاب يصلونَ بِحَسب
الْإِمْكَان وَلَيْسَ لَهُم تَأْخِير الصَّلَاة عَن الْوَقْت وَإِذا صلوها على
هَذِه الْكَيْفِيَّة فَلَا إِعَادَة عَلَيْهِم وَلِهَذَا تَتِمَّة مرت فِي فصل
الِاسْتِقْبَال وَالله أعلم
قَالَ الشَّيْخ في كفاية
الأخيار باب (وَيجوز
ترك الِاسْتِقْبَال فِي حالتين فِي شدَّة الْخَوْف)
إِذا التحم
الْقِتَال وَلم يتمكنوا من تَركه بِحَال لقلتهم وَكَثْرَة الْعَدو أَو اشْتَدَّ
الْخَوْف وَلم يلتحم الْقِتَال وَلم يأمنوا أَن يركب الْعَدو أكتافهم وَلَو ولوا
انقسموا وصلوا بِحَسب الامكان وَلَيْسَ لَهُم التَّأْخِير عَن الْوَقْت لِلْآيَةِ
الشَّرِيفَة الدَّالَّة على إِقَامَة الصَّلَاة فِي وَقتهَا ويصلن ركباناً
وَمُشَاة مستقبلي الْقبْلَة وَغير مستقبليها لقَوْله تَعَالَى {خِفْتُمْ فرجالاً
أَو ركباناً} قَالَ ابْن عمر رَضِي الله عَنْهُمَا فِي تَفْسِيرهَا مستقبلي
الْقبْلَة وَغير مستقبليها كَذَا رَوَاهُ مَالك عَن نَافِع قَالَ نَافِع لَا
أرَاهُ قَالَ ذَلِك إِلَّا عَن رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ
الْمَاوَرْدِيّ وَقد رَوَاهُ الشَّافِعِي بِسَنَدِهِ عَنهُ عَن رَسُول الله صلى
الله عَلَيْهِ وَسلم وَلِأَن الضَّرُورَة قد تَدْعُو إِلَى الصَّلَاة على هَذِه
الْحَالة وَلَا يجب الِاسْتِقْبَال لَا فِي حَال التَّحْرِيم وَلَا فِي غَيره
وَإِن كَانَ رَاجِلا قَالَه الْبَغَوِيّ وَغَيره وَلَا إِعَادَة عَلَيْهِ وَاعْلَم
أَنه إِنَّمَا يُعْفَى عَن ترك الِاسْتِقْبَال إِذا كَانَ بِسَبَب الْعَدو فَلَو
انحرف عَن الْقبْلَة لجماح الدَّابَّة وَطَالَ الزَّمن بطلت الصَّلَاة وَلَو لم
يتَمَكَّن من اتمام الرُّكُوع وَالسُّجُود اقْتصر على الْإِيمَاء وَيجْعَل
السُّجُود أَخفض من الرُّكُوع وَيجب الِاحْتِرَاز عَن الصياح بِكُل حَال لعدم
الْحَاجة إِلَيْهِ وَلَو احْتَاجَ إِلَى الفعلات الْكَثِيرَة كالطعنات والضربات
المتوالية فعل وَلَا تبطل صلَاته على الصَّحِيح كَمَا لَو اضْطر إِلَى الْمَشْي
وَقيل تبطل وَنَصّ عَلَيْهِ الشَّافِعِي
وَقَوله (فِي
شدَّة الْخَوْف) يَشْمَل كل مَا لَيْسَ
بِمَعْصِيَة من أَنْوَاع الْقِتَال فَيجوز فِي قتال الْكفَّار وَلأَهل الْعدْل فِي
قتال الْبُغَاة وَفِي قتال قطاع الطَّرِيق وَلَا يجوز للبغاة وَلَا لقطاع
الطَّرِيق ذَلِك لعصيانهم فَلَا يُخَفف عَنْهُم وَلَو قصد شخص نفس شخص أَو حريمه
أَو نفس غَيره أَو حريمه واشتغل بِالدفع عَن ذَلِك صلى على هَذِه الْحَالة وَلَو
قصد مَاله نظر إِن كَانَ حَيَوَانا صلى كَذَلِك وَإِن لم يكن حَيَوَانا
فَقَوْلَانِ وَالْأَظْهَر الْجَوَاز ويشمل مُطلق الْخَوْف مَا لَو هرب من سيل أَو
حريق وَلم يجد معدلاً عَنهُ وَلَو كَانَ على شخص دين وَهُوَ مُعسر وعاجز عَن
بَيِّنَة الاعسار وَلَا يصدقهُ الْمُسْتَحق وَلَو ظفر بِهِ حَبسه فَلهُ أَن يُصَلِّي
هَارِبا على الْمَذْهَب وَلَو كَانَ عَلَيْهِ قصاص ويرجو الْعَفو إِذا سكن
الْغَضَب قَالَ الْأَصْحَاب لَهُ الْهَرَب وَله أَن يُصَلِّي صَلَاة شدَّة
الْخَوْف فِي هربه واستبعد الامام جَوَاز هربه بِهَذَا التوقع
وَلَو ضَاقَ
الْوَقْت على الْمحرم وَخَافَ إِن صلى مُسْتَقرًّا فَاتَ الْوُقُوف بِعَرَفَة
فَفِيهِ أوجه الَّذِي رَجحه
الرَّافِعِيّ أَن يُصَلِّي مُسْتَقرًّا وَإِن فَاتَ الْوُقُوف وَالثَّانِي يُصَلِّي صَلَاة شدَّة
الْخَوْف جمعا بَيْنَمَا وَالثَّالِث
يُؤَخر الصَّلَاة وَيحصل الْوُقُوف لِأَن قَضَاء الْحَج صَعب قَالَ النَّوَوِيّ
إِن الثَّالِث هُوَ الصَّوَاب وَمَا رَجحه الرَّافِعِيّ ضَعِيف وَالله أعلم
قَالَ (وَفِي
النَّافِلَة فِي السّفر على الرَّاحِلَة)
يجوز للْمُسَافِر
التنقل رَاكِبًا وماشياً إِلَى جِهَة مقْصده فِي السّفر الطَّوِيل والقصير على
الْمَذْهَب أما فِي الرَّاكِب فَلَمَّا ورد عَن ابْن عمر رَضِي الله عَنْهُمَا
قَالَ كَانَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم (يُصَلِّي على رَاحِلَته فِي
السّفر حَيْثُمَا تَوَجَّهت بِهِ) وَفِي رِوَايَة (يُصَلِّي على ظهر رَاحِلَته
حَيْثُ تَوَجَّهت بِهِ) وَإِذا أَرَادَ الْفَرِيضَة نزل عَن رَاحِلَته فَاسْتقْبل
وَالسَّبَب فِي ذَلِك أَن النَّاس محتاجون إِلَى الْأَسْفَار وَلَهُم أوراد وَقصد
فِي النَّافِلَة فَلَو شَرط الِاسْتِقْبَال فِي التَّنَفُّل لَأَدَّى إِلَى ترك
أورادهم أَو ترك مصَالح مَعَايشهمْ وَأما الْمَاشِي فبالقياس على الرَّاكِب
لوُجُود الْمَعْنى ثمَّ هَذَا فِي الرَّاكِب الَّذِي لَا يُمكنهُ إتْمَام
الرُّكُوع وَالسُّجُود فَإِن أمكن بِأَن كَانَ فِي مرقد كالمحارة وَنَحْوهَا لزمَه
ذَلِك لِأَنَّهُ لَا مشقة عَلَيْهِ كراكب السَّفِينَة وَأما من لَا يُمكنهُ ذَلِك فَفِي وجوب
الِاسْتِقْبَال وَقت التَّحَرُّم أوجه الصَّحِيح إِن سهل عَلَيْهِ ذَلِك بِأَن
كَانَ الزِّمَام فِي يَده وَهِي سهلة الانقياد أَو كَانَت قَائِمَة وَأمن انحرافه
عَلَيْهَا أَو تحريفها لزمَه ذَلِك وَغير السهلة بِأَن تكون مقطورة أَو صعبة
الانقياد وَاحْتج لذَلِك بِأَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاة وَالسَّلَام (كَانَ إِذا
سَافر وَأَرَادَ أَن يتَطَوَّع اسْتقْبل بناقته الْقبْلَة وَكبر وَصلى حَيْثُ وَجه
ركابه) وَالْمعْنَى فِيهِ وُقُوع أول الْعِبَادَة بِالشُّرُوطِ وَالْبَاقِي يَقع
تبعا كالنية يجب ذكرهَا فِي أول الصَّلَاة وَيَكْفِي دوامها حكما لَا ذكرا للعسر
وَإِذا شرطنا الِاسْتِقْبَال عِنْد الاحرام لم يشْتَرط عِنْد السَّلَام على
الرَّاجِح مَا فِي سَائِر الْأَركان ثمَّ مهما أمكنه الِاسْتِقْبَال فِي الصَّلَاة
وَجب بِأَن وقفت الدَّابَّة لحَاجَة سَوَاء فِي ذَلِك وَقت التَّحَرُّم أَو غَيره
فاعرفه
وَاعْلَم أَن صوب
مقصد الْمُسَافِر هُوَ قبلته فَلَو انحرف عَنهُ بطلت صلَاته لِأَنَّهُ لَا حَاجَة
لَهُ فِي ذَلِك وَإِن انحرف نَاسِيا وَعَاد عَن قرب لم تبطل صلَاته وَكَذَا لَو
غلط فِي الطَّرِيق وَلَو انحرف بجماح الدَّابَّة وَطَالَ الزَّمَان بطلت صلَاته
على الصَّحِيح كَمَا لَو أماله شخص عَن صوب مقْصده وَإِن قصر لم تبطل صلَاته
لعُمُوم الجماح وَإِذا لم تبطل فِي صُورَة النسْيَان فَإِن طَال الزَّمَان سد
للسَّهْو وَإِلَّا فَلَا
وَاعْلَم
أَنه لَا يجب على الرَّاكِب وضع جَبهته على عرف الدَّابَّة وَلَا على السرج
وإلاكاف بل ينحني للرُّكُوع وَالسُّجُود وَيكون السُّجُود أَخفض ليحصل
التَّمْيِيز بَينهمَا وَهُوَ وَاجِب عِنْد التَّمَكُّن نعم الرَّاكِب فِي مرقد
وَنَحْوه مِمَّا يسهل فِيهِ الِاسْتِقْبَال وَكَذَا إتْمَام الْأَركان فَيجب
عَلَيْهِ الِاسْتِقْبَال فِي جَمِيع الصَّلَاة وَكَذَا اتمام الْأَركان لقدرته
هَذَا فِي الرَّاكِب أما الْمَاشِي فَفِيهِ أَقْوَال أظهرها أَنه يرْكَع وَيسْجد
على الأَرْض وَله التَّشَهُّد مَاشِيا لطوله كالقيام وَيشْتَرط أَن يكون مَا يلاقي
بطن الْمُصَلِّي على الرَّاحِلَة طَاهِرا فَلَو وطِئت الدَّابَّة النَّجَاسَة لم
يضر وَكَذَا لَو أَوْطَأَهَا على الْأَصَح وَلَو وطىء الْمَاشِي نَجَاسَة عمدا
بطلت صلَاته نعم لَا يُكَلف التحفظ وَالِاحْتِيَاط فِي الْمَشْي للْمَشَقَّة
وَاعْلَم أَنه يشْتَرط فِي جَوَاز التَّنَفُّل رَاكِبًا وماشياً دوَام السّفر
وَالسير فَلَو وصل الْمنزل فِي خلال الصَّلَاة اشْترط اتمامها إِلَى الْقبْلَة
مُتَمَكنًا وَينزل إِن كَانَ رَاكِبًا وَكَذَا لَو وصل مَكَان اقامته وَجب
عَلَيْهِ النُّزُول واتمام الصَّلَاة مُسْتَقْبلا بِأول دُخُول الْبُنيان وَحكم
نِيَّة الاقامة كَحكم من وصل منزل اقامته وَالله أعلم
(فرع) يشْتَرط فِي حق الرَّاكِب والماشي
الِاحْتِرَاز عَن الْأَفْعَال الَّتِي لَا يحْتَاج إِلَيْهَا فَلَو ركض
الدَّابَّة لحَاجَة فَلَا بَأْس وَلَو أجراها بِلَا عذر أَو مَاشِيا فَقعدَ بِلَا
عذر بطلت على الرَّاجِح وَالله أعلم
(فرع) رَاكب
التعاسيف وَهُوَ الهائم الَّذِي لَيْسَ لَهُ مقْعد معِين بل يسْتَقْبل الْقبْلَة
مرّة ويستدبرها أُخْرَى لَيْسَ لَهُ ترك الِاسْتِقْبَال فِي شَيْء من نافلته
(فرع) رَاكب
السَّفِينَة لَا يجوز لَهُ التَّنَفُّل فِيهَا إِلَى غير الْقبْلَة لتمكنه من
ذَلِك نَص عَلَيْهِ الشَّافِعِي كالراكب فِي المحفة وَهل يسْتَثْنى الملاح ويتنفل
حَيْثُ توجه لِحَاجَتِهِ إِلَى ذَلِك رجح الرَّافِعِيّ عدم استثنائه صرح بذلك فِي
الشَّرْح الصَّغِير وَقَالَ لَا فرق بَينه وَبَين غَيره وَرجح النَّوَوِيّ
بِأَنَّهُ يسْتَثْنى قَالَ وَلَا بُد من استثنائه لِحَاجَتِهِ لأمر السَّفِينَة
وَالله أعلم
فلينظر تفصيل صلاة الخوف في كتاب الأم للشافعي والمجموع ج 4 ص 347-376 و روضة الطالبين وعمدة المفتين ونهاية المحتاج وتحفة المحتاج ومغني المحتاج و كفاية الأخيار ج 1 ص 160-162 والمغني لابن قدامة وفقه السنة ج1 ص 235-238 والفقه الاسلامي وادلته والموسوعة القثهية الكويتية وموسوعة الفقه الاسلامي الأوقاف المصرية وموسوعة الفقه الاسلامي للتويجري واحاديثها – فتح الباري شرح صحيح البخاري و شرح صحيح مسلم للنووي وعون المعبود شرح سنن أبي داود وبذل المجهود في حل سنن أبي داود والسنن الكبرى للبيهقي و سبل السلام ونيل الاوطار )
Referensi
v
Shalat
Khauf, Dilakukan di Medan Perang, Begini Caranya! - Pecihitam.org
v
Tata
Cara Shalat Khauf Beserta Macam-Macamnya Lengkap - Abu Syuja
v
Mengenal
Sholat Khauf, Amalan yang Dikerjakan ketika Rasa Takut Melanda (detik.com)
v
Meski Dalam
Keadaan Perang Sekalipun, Umat Islam Tetap Wajib Sholat, Tapi Begini Caranya..
- YouTube
v
Empat Kafiat
(Cara) Solat Khauf - YouTube
v
2 Sholat Khauf
MODUL USFAN - YouTube
v
Simulasi Solat
Khauf - YouTube
v
Bab Sholat Khauf
| Kitab Taqrib | Buya Yahya | 8 Maret 2021 - YouTube
v
Fathul Qorib Part
79. Tata Cara Sholat Khauf - KH. Suherman Mukhtar, MA - YouTube
v
Tata Cara &
Praktek Shalat Khauf (Perang) - Ustadz Iskandar Dinata, Lc - YouTube
v
Tata Cara &
Praktek Shalat Khauf - Ustadz Utsman Abu Hanaan - YouTube
v
Sholat Khauf Dan
Tata Caranya (sholat dalam keadaan perang) Ustad Anwar Musyaddat - YouTube
v
Tata Cara Shalat
Khauf - YouTube
v
Contoh Praktek
Sholat Khouf Lengkap - YouTube
v
Shalat Khauf |
Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA. - YouTube
v
Ustadz Delisman
Ibrahim, Lc - FIQH IBADAH "Tata cara Shalat Khauf" - YouTube
v
praktek sholat
khouf (sholat di waktu perang) - YouTube
v
Tata cara shalat
khauf #Pp_Zainul_Hasanain_Genggong - YouTube
[1] قوله: {حَافِظُواْ
عَلَى الصَّلَوَاتِ} أتى بهذه الآية من خلال ما يتعلق بالأزواج والأولاد تنبيهاً
على أنه لا ينبغي من العبد أن يشتغل عن حقوق سيده بأمر الأزواج والأولاد، قال
تعالى:{ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ
أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلْخَٰسِرُونَ}[المنافقون: 9] (حاشية
الصاوي)
[2] قوله: {والصَّلَاةِ
الْوُسْطَى} فعل مؤنث الأوسط بمعنى الأفضل والأخير لا بمعنى المتوسطة بين
شيئين، فإنه ليس فيه مزيد مزية وهو من عطف الخاص على العام، والنكتة مزيد فضلها
على غيرها كليلة القدر فهي أفضل الليالي. قوله: (هي
العصر) أي لأنه وقت نزول ملائكة الليل وصعود ملائكة النهار، وبه قال
الشافعي. قوله: (أو الصبح) أي لما ذكر ولما في الحديث " بورك لأمتي في بكورها "
ولأنها تأتي الناس وهم نيام، وبه قال مالك.قوله: (أو
الظهر) أي لأنها أول صلاة ظهرت في الإسلام، وقوله: (أو غيرها) قيل هي المغرب لأنها وتر
صلاة النهار، وقيل العشاء لأنها تأتي الناس وهم كسالى، وقيل هي الصلاة على النبي،
وقيل هي صلاة الجمعة، وقيل الجنازة، وقيل صلاة العيد وحكمة إخفائها ليحافظ الإنسان
على ذلك كله، كما أخفى ليلة القدر في سائر الليالي ليقوم الإنسان جميع الليالي
وساعة الإجابة في يوم الجمعة والرجل الصالح في الخلق، واختار ابن العربي وابن جمرة
أن الصلاة الوسطى هي مجموع العصر والصبح مستدلين بأدلة كثيرة تشهد بفضل هذين
الوقتين. (حاشية
الصاوي) وَقَدِ اخْتَلَفَ السَّلَفُ فِي
الْمُرَادِ بِالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَجَمَعَ الدِّمْيَاطِيُّ فِي ذَلِكَ جُزْءًا مَشْهُورًا سَمَّاهُ كَشْفُ
الْغِطَا عَنِ الصَّلَاةِ الْوُسْطَى فَبَلَغَ تِسْعَةَ عَشَرَ قَوْلًا (فتح الباري)
[3] تفسير القنوت :
v
كل حرف في القرآن يذكر فيه القنوت فهو الطاعة) إنما
صرفه إلى الطاعة لأنها أكشف الأشياء وأشهرها عند الناس فالعامة إنما تعرف الطاعة
والمعصية فكل ما أمر الله به فهو طاعة وما نهى عنه فهو معصية والطاعة عند الخواص
بذل النفس فيما أمر ونهى والمعصية إباؤها وامتناعها والقنوت الركوع فكل شيء استقر
ولم يتحرك فهو راكد فالقنوت مقابلة الشيء بالشيء راكد عليه والقنوت مقابلة القلب
عظمة من وقف بين يديه فإذا قابله بقلبه فقد بذل له نفسه فقد أطاعه (فيض
القدير ومسند
احمد في تخريجه تفصيل واسع)
v
ص15 - كتاب القنوت في
الوتر - المسألة الأولى تعريف القنوت - المكتبة الشاملة (shamela.ws)
v
أمن هو قانت آناء الليل (islamweb.net)
[4] قَوْلُهُ
تعالى وقوموا لله قانتين قِيلَ مَعْنَاهُ مُطِيعِينَ وَقِيلَ سَاكِتِينَ قَوْلُهُ
أُمِرْنَا بِالسُّكُوتِ وَنُهِينَا عَنِ الْكَلَامِ فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى تَحْرِيمِ
جَمِيعِ أَنْوَاعِ كَلَامِ الْآدَمِيِّينَ وَأَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ
الْكَلَامَ فِيهَا عَامِدًا عَالِمًا بِتَحْرِيمِهِ بِغَيْرِ مَصْلَحَتِهَا
وَبِغَيْرِ إِنْقَاذِهَا وَشِبْهَهُ مُبْطِلٌ لِلصَّلَاةِ وَأَمَّا الْكَلَامُ
لِمَصْلَحَتِهَا فَقَالَ الشَّافِعِيُّ وَمَالِكٌ وَأَبُو حَنِيفَةَ وَأَحْمَدُ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَالْجُمْهُورُ يُبْطِلُ الصَّلَاةَ وَجَوَّزَهُ
الْأَوْزَاعِيُّ وَبَعْضُ أَصْحَابِ مَالِكٍ وَطَائِفَةٌ قَلِيلَةٌ وَكَلَامُ
النَّاسِي لَا يُبْطِلُهَا عِنْدَنَا وَعِنْدَ الْجُمْهُورِ مَا لَمْ يُطِلْ
وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَالْكُوفِيُّونَ يُبْطِلُ وَقَدْ
تَقَدَّمَ بَيَانُهُ (شرح
صحيح مسلم)
[5] وَالطَّائِفَةُ تُطْلَقُ عَلَى الْكَثِيرِ وَالْقَلِيلِ حَتَّى عَلَى الْوَاحِدِ فَلَوْ كَانُوا ثَلَاثَةً وَوَقَعَ لَهُمْ الْخَوْفُ جَازَ لِأَحَدِهِمْ أَنْ يُصَلِّيَ بِوَاحِدٍ وَيَحْرُسَ وَاحِدٌ ثُمَّ يُصَلِّيَ الْآخَرُ وَهُوَ أَقَلُّ مَا يُتَصَوَّرُ فِي صَلَاةِ الْخَوْفِ جَمَاعَةٌ عَلَى الْقَوْلِ بِأَقَلِّ الْجَمَاعَةِ مُطْلَقًا لَكِنْ قَالَ الشَّافِعِيُّ أَكْرَهُ أَنْ تَكُونَ كُلُّ طَائِفَةٍ أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةٍ لِأَنَّهُ أَعَادَ عَلَيْهِمْ ضَمِيرَ الْجَمْعِ بِقَوْلِهِ أَسْلِحَتَهُمْ ذَكَرَهُ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ وَاسْتَدَلَّ بِهِ عَلَى عِظَمِ أَمْرِ الْجَمَاعَةِ بَلْ عَلَى تَرْجِيحِ الْقَوْلِ بِوُجُوبِهَا لِارْتِكَابِ أُمُورٍ كَثِيرَةٍ لَا تُغْتَفَرُ فِي غَيْرِهَا وَلَوْ صَلَّى كُلُّ امْرِئٍ مُنْفَرِدًا لَمْ يَقَعْ الِاحْتِيَاجُ إِلَى مُعْظَمِ ذَلِكَ (فتح الباري – المكتبة الشاملة)