Tafsir QS.Al-Baqoroh Ayat 272 - 274
Kebolehan Berinfak Kepada Non Muslim, sifat – sifat orang fakir yang
berhak menerima infak dan waktu atau dalam keadaan bagaimana infak itu dilakukan
A.
Permasalahan Tentang
Infak
1. Apa
yang dimaksud dengan infak ? (jawaban, Lihat pada link
“ الإنفاق”)
2. Kepada
siapa atau urusan apa saja uang atau benda tersebut boleh, Sunnah bahkan Wajib diinfakkan
? ( permasalahan ini dijelaskan pada Q.S
Al-baqoroh ayat 215 & Q.S.
Al-Baqoroh 261,
262,
264,
dll)
3. Apa
saja niat yang wajib dimunculkan pada saat berinfak ?) (إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
4. Sikap
apa saja yang tidak boleh dilakukan setelah berinfak ? (
Jawaban Q.S. Al-Baqoroh 261,
262,
264)
5. Perbuatan
apa yang lebih baik daripada sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan perasaan si penerima ? ( jawaban pada Q.S.
Al-Baqoroh 263)
6. Dari Mana Dan Bagaimana Keadaan Harta Yang
Akan Diinfakkan ? ( Jawaban QS.Al-Baqoroh
Ayat 267)
7. Apa saja Infak Wajib dan Infak Sunnah ? (Infak Wajib Bisa Berupa
“Nafakah Wajib” dan “Zakat”,
sedangkan Infak Sunnah Bisa Berupa “Sedekah
Sunnah”)
8. Apa Predikat / sebutan bagi orang yang tidak
melaksanakan infak wajib (seperti zakat), tidak melaksanakan nadzar yang baik atau
tidak tidak menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT (seperti menggunakan
hartanya untuk maksiat kepada Allah) ?. (Jawaban QS.
Al- Baqoroh Ayat 270).
9. Dalam berinfak, bolehkah secara terang- terangan atau sembunyi –
sembunyi ? (Jawaban QS.
Al- Baqoroh Ayat 271).
10. Bolehkah berinfak kepada Non Muslim ? (Jawabannya QS.
Al-Baqoroh 272)
11. Seperti apakah sifat – sifat orang fakir yang berhak menerima infak
/ shadaqoh? (Jawabannya QS.
Al- Baqoroh 273)
12. Pada waktu atau dalam keadaan bagaimana infak itu dilakukan ? (Jawabannya
QS.
Al- Baqoroh 274)
B. Pembahasan
۞ لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَىٰهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن
يَشَآءُ ۗ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍۢ فَلِأَنفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُونَ
إِلَّا ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ ٱللَّهِ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍۢ يُوَفَّ
إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (البقرة 272)
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan
tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan
Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan
sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik
yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang
kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).
Tafsir Wajiz
Jangan kaitkan bantuan
sedekah dengan hidayah Tuhan. Kita hanya diminta membantu dengan bersedekah.
Dahulu para Sahabat pernah enggan berinfak kepada sanak kerabat mereka yang
musyrik. Ayat ini, menurut Ibnu Abbas, turun untuk merespons sikap mereka, dan
memerintahkan mereka bersedekah, selain yang wajib, kepada setiap yang
membutuhkan bantuan terlepas dari apa agama dan keyakinannya. Bukanlah
kewajibanmu, wahai Nabi Muhammad, apalagi orang selain engkau, menjadikan
mereka, yakni orang-orang kafir dan sesat, mendapat petunjuk yang membuat
mereka melaksanakan tuntunan Allah secara benar. Engkau hanyalah sekadar
penyampai risalah secara lisan dan dengan keteladanan melalui cara-cara yang
terbaik, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, atau keluarkan, maka kebaikannya
akan kembali untuk dirimu sendiri selama kamu berusaha keras dan melakukannya
secara ikhlas untuk mendapatkan keridaan-Nya. Dan janganlah kamu berinfak
mengeluarkan harta melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang
kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi balasan secara penuh bahkan akan
dilipatgandakan balasannya dan kamu tidak akan dizalimi atau dirugikan, bahkan
diuntungkan, sebab seperti dinyatakan dalam Surah an-Nahl/16: 96, harta yang
ada pada seseorang akan habis dan punah, sedangkan yang disedekahkan untuk
mencari keridaan Allah akan kekal ganjarannya hingga hari kiamat.
Tafsir Tahlili
Petunjuk (hidayah, taufik)
adalah semata-mata urusan Allah, bukan urusan Rasul dan bukan pula urusan
umatnya. Kita tidak boleh menahan sedekah kepada orang yang bukan Islam hanya
dengan alasan perbedaan agama semata. Namun bersedekah kepada sesama Muslim
tentu lebih utama, selagi di kalangan Muslim masih terdapat orang fakir miskin
yang memerlukan pertolongan. Sedekah mempunyai dan mengandung faedah timbal
balik. Orang yang menerima sedekah dapat tertolong dari kesukaran, sedang orang
yang memberikannya mendapat pahala di sisi Allah, dan dihargai oleh orang-orang
sekitarnya, asal ia memberikan sedekah itu dengan cara yang baik dan ikhlas
karena Allah semata. Selanjutnya disebutkan, bahwa apa saja harta benda yang
baik yang dinafkahkan seseorang dengan ikhlas, niscaya Allah akan membalasnya
dengan pahala yang cukup dan dia tidak akan dirugikan sedikit pun, karena
orang-orang yang suka berinfak dengan ikhlas tentu disayangi dan dihormati oleh
masyarakat, terutama oleh fakir miskin; dan pahalanya tidak akan dikurangi di
sisi Allah.
لِلْفُقَرَآءِ
ٱلَّذِينَ أُحْصِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًۭا فِى
ٱلْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ ٱلْجَاهِلُ أَغْنِيَآءَ مِنَ ٱلتَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم
بِسِيمَٰهُمْ لَا يَسْـَٔلُونَ ٱلنَّاسَ إِلْحَافًۭا ۗ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ
خَيْرٍۢ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ (البقرة 273)
(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang
terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka
bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri
dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak
meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
Tafsir Wajiz
Setelah menjelaskan anjuran
untuk berinfak kepada siapa pun yang membutuhkan, ayat ini menjelaskan tengtang
siapa yang diprioritaskan untuk mendapat bantuan. Apa yang kamu infakkan adalah
untuk orang-orang fakir yakni yang membutuhkan bantuan karena sudah tua, sakit
atau terancam, tertutama yang terhalang usahanya karena disibukkan dengan
berjihad di jalan Allah, atau mereka terluka atau cedera medan perang, sehingga
mereka tidak dapat berusaha untuk memenuhi kehidupan hidup di bumi. Mereka
adalah orang-orang yang terhormat dan selalu menjaga kehormatan diri, sehingga
orang lain yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya
karena mereka menjaga diri dari meminta-minta. Engkau hai Muhammad dan siapa
saja yang memiliki ketajaman pandangan; (farasah) mengenal mereka; dari
ciri-cirinya, yaitu mereka terlihat khusuk, ikhlas, rendah hati, dan sederhana
sehingga ketakwannya itu melahirkan kewibawaan di hati dan mata orang yang
memandang. Sekiranya mereka terpaksa harus meminta, mereka tidak meminta secara
paksa kepada orang lain melainkan dengan cara yang sangat halus yang tidak
dapat dipahami kecuali oleh orang yang memiliki ketajaman pandangan. Mereka
adalag orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan, sehingga apa pun harta yang
baik yang kamu infakkan, sedikit atau banyak, secara terang-terangan atau
tersembunyi, sungguh, Allah Maha Mengetahui dan akan memberinya balasan yang
setimpal.
Tafsir Tahlili
Ciri-ciri dan hal ihwal
orang-orang yang lebih berhak menerima sedekah, yaitu: 1.Mereka yang dengan
ikhlas telah mengabdikan diri pada tugas dalam rangka jihad fi sabilillah,
sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pekerjaan lain sebagai
sumber rezeki. Misalnya kaum muhajirin, yang pada permulaan Islam ada yang
termasuk fakir miskin, karena telah meninggalkan harta benda mereka di Mekah,
untuk dapat berhijrah ke Medinah, demi mempertahankan dan mengembangkan Agama
Islam. Mereka sering bertempur di medan perang, menangkis kezaliman orang-orang
kafir sehingga tidak punya waktu luang untuk mencari nafkah. 2.Fakir miskin
yang tidak mampu berusaha, baik dengan berdagang maupun dengan pekerjaan
lainnya, karena mereka sudah lemah, atau sudah lanjut usia, atau karena
sebab-sebab lain. 3.Fakir miskin yang dikira oleh orang lain sebagai orang
berkecukupan, karena mereka itu sabar dan menahan diri dari meminta-minta. 4.
Mereka yang bertugas untuk menghafal Al-Qur'an, mempelajari ajaran agama serta
memelihara sunah Nabi dengan cara hidup sederhana. Fakir miskin dapat diketahui
dari tanda-tanda yang tampak pada diri mereka. Mereka sama sekali tidak mau
minta-minta, atau kalau mereka meminta, tidak dengan mendesak atau memaksa.
Dalam hubungan ini Rasulullah saw bersabda: Yang dinamakan "orang
miskin" bukanlah orang yang keliling (untuk minta-minta) pada orang-orang,
yang tidak memperoleh sesuap atau dua suap nasi, dan sebiji atau dua biji
kurma. Tetapi orang miskin yang sejati adalah orang yang tidak mendapatkan
kecukupan untuk dirinya dan tidak diketahui keadaannya sehingga ia diberi
sedekah, ia juga tidak pergi untuk meminta-minta kepada orang-orang. (Muttafaq
'Alaih) Di dalam agama Islam, mengemis atau meminta-minta hukumnya haram,
kecuali dalam keadaan darurat. Rasulullah bersabda: Dari Qabishah bin
al-Mukhariq r.a. dia berkata, "Saya mempunyai tanggungan untuk umat.
Kemudian saya mengahadap Rasulullah saw untuk minta dana dari beliau untuk
membayar tanggungan itu. Beliau menjawab, "Tunggulah nanti apabila datang
dana zakat, saya akan perintahkan agar kamu diberi dari dana itu". Nabi
kemudian berkata, "Hai Qabishah, meminta-minta itu tidak halal kecuali
bagi salah satu dari tiga orang. Pertama, orang yang mempunyai tanggungan untuk
umat, ia halal meminta-minta sampai ia dapat melunasi tanggungannya, kemudian
ia berhenti tidak meminta-minta lagi. Kedua, orang yang ditimpa bencana yang
menghancurkan hartanya. Ia boleh meminta-minta sampai dapat menegak-kan
kehidupannya. Dan ketiga, orang yang ditimpa kefakiran sampai ada tiga orang
yang berakal berkata bahwa orang itu benar-benar ditimpa kefakiran. Dia halal
meminta-minta sampai dapat menegakkan kehidupan-nya. Meminta-minta di luar itu,
hai Qabishah adalah perbuatan haram yang dimakan oleh pelakunya dengan cara
haram." (Riwayat Muslim) Dalam hubungan infak, yaitu zakat dan sedekah,
perlu ditegaskan di sini hal-hal sebagai berikut: 1.Agama Islam telah
menganjurkan kepada orang yang berharta agar mereka bersedekah kepada fakir
miskin. Apabila bersedekah, hendaklah diberikan barang yang baik, berupa
makanan, pakaian dan sebagainya, dan tidak boleh disertai dengan kata-kata yang
menyakitkan hati. Artinya, fakir miskin itu harus diperlakukan sebaik mungkin.
2.Anjuran berinfak bukan berarti bahwa Islam memperbanyak fakir miskin dan
memberikan dorongan kepada mereka untuk mengemis dan selalu mengharapkan
sedekah orang lain sebagai sumber rezeki mereka. Sebab, walaupun di satu pihak
agama Islam mewajibkan zakat dan menganjurkan sedekah kepada orang-orang kaya
untuk fakir miskin, namun di lain pihak, Islam menganjurkan kepada fakir miskin
untuk berusaha melepaskan diri dari kemiskinan, sehingga hidup mereka tidak
tergantung kepada sedekah dan pemberian orang lain. Dalam hubungan ini terdapat
ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Rasulullah yang meng-anjurkan untuk giat
bekerja, menghilangkan sifat malas dan lalai, serta memuji orang-orang yang
dapat mencari rezeki dengan usaha dan jerih payahnya sendiri. Allah berfirman:
¦ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. ¦ (ar-Ra'd/13: 11). Yang dimaksudkan
dengan "apa yang terdapat pada diri mereka" itu antara lain ialah
sifat-sifat yang jelek yang merupakan penyebab timbulnya kemiskinan. Misalnya,
sifat malas, lalai, tidak jujur, tidak mau menuntut ilmu untuk memiliki
kecakapan bekerja, dan sebagainya. Apabila mereka mengubah sifat-sifat tersebut
dengan sifat-sifat yang baik, yaitu rajin bekerja, maka Allah akan memberikan
jalan kepadanya untuk memperbaiki kehidupannya. Dalam ayat lain, Allah
berfirman: "Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di
bumi; carilah karunia Allah ¦." (al-Jumu'ah/62:10). Rasulullah saw memuji
orang yang memperoleh rezeki dari hasil jerih payah dan keringatnya sendiri. Beliau
bersabda: "Makanan yang terbaik untuk dimakan seseorang ialah dari hasil
kerjanya sendiri".(Riwayat al-Bukhari) Untuk mengangkat harga diri dan
menjauhkan dari meminta-minta atau mengharapkan pemberian orang lain, maka
Rasulullah saw bersabda: "Tangan yang di atas (tangan yang memberi), lebih
baik dari tangan yang di bawah (tangan yang menerima sedekah atau pemberian
orang lain)." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) Demikianlah, Islam
menghendaki orang-orang yang mempunyai harta suka membantu fakir-miskin.Sebaliknya,
Islam menuntun fakir miskin agar berusaha keras untuk melepaskan diri dari
kemiskinan itu.
ٱلَّذِينَ
يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ سِرًّۭا وَعَلَانِيَةًۭ فَلَهُمْ
أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (البقرة 274)
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di
malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.
Tafsir Wajiz
Orang-orang yang
menginfakkan hartanya dalam berbagai situasi dan kondisi, di malam dan siang
hari, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, banyak atau
sedikit, mereka akan mendapat pahala di sisi Tuhannya selama mereka
mengeluarkannya secara ikhlas dan dengan cara-cara yang baik. Tidak ada
kekhawatiran atas mereka bahwa nanti mereka akan mendapat siksa, sebab mereka
aman dari siksa karena amal saleh yang mereka persembahkan, dan mereka tidak
pula bersedih hati, risau dan gelisah, sebab hati mereka selalu dalam keadaan
tenang.
Tafsir Tahlili
Ayat ini merupakan ayat yang terakhir dalam rangkaian ayat yang membicarakan masalah infak dalam surah al-Baqarah. Dalam ayat ini, Allah menegaskan keuntungan yang akan didapat orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, baik pada siang hari maupun pada waktu malam, yang diberikan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Mereka pasti akan memperoleh pahala di sisi Tuhan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Karena di dunia mereka dikasihi oleh masyarakat, terutama oleh fakir miskin dan siapa saja yang pernah menerima sedekah darinya, sedang di akhirat kelak mereka akan menerima pahala yang berlipat ganda dari sisi Allah. Mereka pun tidak merasa sedih atas harta yang dinafkahkannya, karena mereka yakin akan memperoleh ganti yang lebih besar dari Allah, baik berupa tambahan rezeki dan kelapangan hidup di dunia, maupun berupa rida Allah dan karunia-Nya.
ü
Tafsir Jalalain, dll serta Penjelasannya
(272) وَلَمَّا مَنَعَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
التَّصَدُّق عَلَى الْمُشْرِكِينَ لِيُسْلِمُوا نَزَلَ {لَيْسَ عَلَيْك هُدَاهُمْ[1]} أَيْ النَّاس إلَى الدُّخُول فِي
الْإِسْلَام إنَّمَا عَلَيْك الْبَلَاغ {وَلَكِنَّ اللَّه يَهْدِي مَنْ يَشَاء[2]} هِدَايَته إلَى الدُّخُول فِيهِ {وَمَا
تُنْفِقُوا مِنْ خَيْر} مَال {فَلِأَنْفُسِكُمْ} لِأَنَّ ثَوَابه لَهَا[3] {وَمَا تُنْفِقُونَ إلَّا ابْتِغَاء وَجْه
اللَّه[4]} أَيْ ثَوَابه لَا غَيْره مِنْ أَعْرَاض
الدُّنْيَا[5] خَبَر بِمَعْنَى النَّهْي[6] {وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْر يُوَفَّ
إلَيْكُمْ} جَزَاؤُهُ {وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ} تُنْقِصُونَ مِنْهُ شَيْئًا
وَالْجُمْلَتَانِ تَأْكِيد لِلْأُولَى[7] (الجلالين) (273) {لِلْفُقَرَاءِ[8]} خَبَر مُبْتَدَأ مَحْذُوف أَيْ
الصَّدَقَات {الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيل اللَّه[9]} أَيْ حَبَسُوا أَنْفُسهمْ عَلَى الْجِهَاد
نَزَلَتْ فِي أَهْل الصُّفَّة[10] وَهُمْ أَرْبَعمِائَة[11] مِنْ الْمُهَاجِرِينَ[12] أُرْصِدُوا لِتَعَلُّمِ الْقُرْآن[13] وَالْخُرُوج مَعَ السَّرَايَا {لَا
يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا} سَفَرًا {فِي الْأَرْض[14]} لِلتِّجَارَةِ وَالْمَعَاش لِشُغْلِهِمْ
عَنْهُ بِالْجِهَادِ[15] {يَحْسِبهُمْ الْجَاهِل} بِحَالِهِمْ
{أَغْنِيَاء مِنْ التَّعَفُّف[16]} أَيْ لِتَعَفُّفِهِمْ عَنْ السُّؤَال
وَتَرْكه {تَعْرِفهُمْ} يَا مُخَاطَب {بِسِيمَاهُمْ[17]} عَلَامَتهمْ مِنْ التَّوَاضُع وَأَثَر
الْجَهْد {لَا يَسْأَلُونَ النَّاس} شَيْئًا فَيُلْحِفُونَ {إلْحَافًا[18]} أَيْ لَا سُؤَال لَهُمْ أَصْلًا فَلَا
يَقَع مِنْهُمْ إلْحَاف وَهُوَ الْإِلْحَاح {وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْر فَإِنَّ
اللَّه به عليم} فمجاز عليه (الجلالين) (274) {الذين ينفقون أموالهم[19] بالليل والنهار سرا وعلانية[20] فلهم أجرهم عند ربهم ولا خوف عليهم ولا هم
يحزنون} (الجلالين)
[1] أي لم يكلفك يا محمد ربك يخلق الهدى فيهم، بل كلفك بتبليغ شرعه، ويسمى هدى
أيضاً، قال تعالى: {وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ} [الرعد: 7] بمعنى مبلغ ودال لهم على
طريق الحق، فتحصل أن الهدى يطلق بمعنى الدلالة وهو مكلف به الأنبياء والعلماء،
وبمعنى إيصال الخير للقلب، وهو لم يكلف به أحد، قال تعالى: {إِنَّكَ لاَ تَهْدِي
مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَآءُ} [القصص: 56] ومن هنا قول العارف: من نظر للخلق بعين الحقيقة عذرهم، ومن نظر
لهم بعين الشريعة مقتهم، فعذرهم بالنظر لخلق الله الضلال والهدى في قلوبهم،
فالخالق للضلال والهدى والأفعال جميعها هو الله وحده، فمن نظر لذلك لم يستقبح فعل
أحد لأنه فعل الله في الحقيقة قال العارف:
إذا ما رأيت الله في الكل فاعلا…رأيت جميع الكائنات ملاحا ... وإن لم تر إلا
مظاهر صنعه…حجبت فصيرت الحسان قباحا - ومقتهم بالنظر
للتكليف الظاهري فالعبد مجبور في قالب مختار (حاشية الصاوي المالكي) قال القرطبي
ما ملخصه: قوله- تعالى-: لَيْسَ
عَلَيْكَ هُداهُمْ
هذا الكلام متصل بذكر الصدقات، فكأنه بين فيه جواز الصدقة على المشركين. روى سعيد بن جبير مرسلا عن النبي صلّى الله
عليه وسلّم في سبب نزول هذه الآية أن المسلمين كانوا يتصدقون على فقراء أهل الذمة،
فلما كثر فقراء المسلمين قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم لا تتصدقوا إلا على
أهل دينكم» . فنزلت هذه الآية مبيحة للصدقة على من ليس من دين الإسلام. وروى عن ابن عباس أنه قال: كان ناس من الأنصار لهم
قرابات من بنى قريظة والنضير كانوا لا يتصدقون عليهم رغبة منهم في أن يسلموا إذا
احتاجوا فنزلت الآية بسبب أولئك. ثم قال: قال علماؤنا:
هذه الصدقة التي أبيحت لهم حسب ما تضمنته هذه الآثار هي صدقة التطوع، وأما
المفروضة فلا يجزئ دفعها لكافر، لقوله صلّى الله عليه وسلّم: «أمرت أن آخذ الصدقة
من أغنيائكم وأردها في فقرائكم» «1» .والمعنى: ليس عليك يا محمد هداية من خالفك في دينك. ولكن الله-
تعالى- يهدى من يشاء هدايته إلى نور الإيمان وطريق الحق. وما دام الأمر كذلك فعليك
وعلى أتباعك أن تعاملوا غيركم بما يوجبه عليكم إيمانكم من سماحة في الخلق، وعطف
على المحتاجين حتى ولو كانوا من المخالفين لكم في الدين. وعلى هذا المعنى الذي
يؤيده سبب النزول يكون الضمير في قوله: هُداهُمْ يعود على غير المسلمين. ومن المفسرين من يرى أن الضمير في قوله: هُداهُمْ يعود
إلى المسلمين المخاطبين في الآيات السابقة، فيكون المعنى: لا يجب عليك أيها الرسول
الكريم أن تجعل المسلمين جميعا مهديين إلى الإتيان بما أمروا به ومنتهين عما نهوا
عنه من ترك المن والأذى والرياء في صدقتهم، ولكن الله وحده هو الذي يهدى من يشاء
هدايته إلى الاستجابة لتوجيهات هذا الدين الحنيف. قال
الآلوسى: وعلى هذا
الرأى تكون الجملة معترضة جيء بها على طريق تلوين الخطاب وتوجيهه إلى سيد
المخاطبين صلّى الله عليه وسلّم مع الالتفات إلى الغيبة فيما بين الخطابات
المتعلقة بأولئك المكلفين مبالغة في حملهم على الامتثال.. ثم قال: «والذي يستدعيه
سبب النزول رجوع ضمير هُداهُمْ إلى الكفار، وحينئذ لا التفات، وإنما هناك تلوين
الخطاب فقط....» «1- تفسير الآلوسى ج 3 ص 45 بتصرف
وتلخيص.» (التفسير
الوسيط للقرآن الكريم)
هَذَا هُوَ الْحُكْمُ الرَّابِعُ مِنْ
أَحْكَامِ الْإِنْفَاقِ، وَهُوَ بَيَانُ أَنَّ الَّذِي يَجُوزُ الْإِنْفَاقُ
عَلَيْهِ مَنْ هُوَ ثُمَّ فِي الْآيَةِ مَسَائِلُ: الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: فِي بَيَانِ سَبَبِ النُّزُولِ وُجُوهٌ أَحَدُهَا:
أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ حِينَ جَاءَتْ نُتَيْلَةُ أُمُّ أَسْمَاءَ بِنْتِ
أَبِي بَكْرٍ إِلَيْهَا تَسْأَلُهَا، وَكَذَلِكَ جَدَّتُهَا وَهُمَا
مُشْرِكَتَانِ، أَتَيَا أَسْمَاءَ يَسْأَلَانِهَا شَيْئًا فَقَالَتْ لَا
أُعْطِيكُمَا حَتَّى أَسْتَأْمِرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَإِنَّكُمَا لَسْتُمَا عَلَى دِينِي، فَاسْتَأْمَرَتْهُ فِي ذَلِكَ
فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ، فَأَمَرَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَتَصَدَّقَ عَلَيْهِمَا. وَالرِّوَايَةُ الثَّانِيَةُ: كَانَ أُنَاسٌ مِنَ الْأَنْصَارِ
لَهُمْ قَرَابَةٌ مِنْ قُرَيْظَةَ وَالنَّضِيرِ وَكَانُوا لَا يَتَصَدَّقُونَ
عَلَيْهِمْ، وَيَقُولُونَ مَا لَمْ تُسْلِمُوا لَا نُعْطِيكُمْ شَيْئًا فَنَزَلَتْ
هَذِهِ الْآيَةُ. وَالرِّوَايَةُ الثَّالِثَةُ:
أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَتَصَدَّقُ عَلَى
الْمُشْرِكِينَ، حَتَّى نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فَتَصَدَّقَ عَلَيْهِمْ
وَالْمَعْنَى عَلَى جَمِيعِ الرِّوَايَاتِ: لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَى مَنْ خَالَفَكَ
حَتَّى تَمْنَعَهُمُ الصَّدَقَةَ لِأَجْلِ أَنْ يَدْخُلُوا فِي الْإِسْلَامِ،
فَتَصَدَّقْ عَلَيْهِمْ لِوَجْهِ اللَّهِ، وَلَا تُوقِفْ ذَلِكَ عَلَى
إِسْلَامِهِمْ، وَنَظِيرُهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: لَا يَنْهاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ
لَمْ يُقاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ [الْمُمْتَحَنَةِ: 8]
فَرَخَّصَ فِي صِلَةِ هَذَا الضَّرْبِ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ شَدِيدَ الْحِرْصِ عَلَى إِيمَانِهِمْ كَمَا قَالَ تَعَالَى:
فَلَعَلَّكَ باخِعٌ نَفْسَكَ عَلى آثارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهذَا
الْحَدِيثِ أَسَفاً [الْكَهْفِ: 6] لَعَلَّكَ باخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا
مُؤْمِنِينَ [الشُّعَرَاءِ: 3] وَقَالَ: أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى
يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ [يُونُسَ: 99] وَقَالَ: لَقَدْ جاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ [التَّوْبَةِ:
128] فَأَعْلَمَهُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَّهُ بَعَثَهُ بَشِيرًا وَنَذِيرًا،
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا وَمُبَيِّنًا
لِلدَّلَائِلِ، فَأَمَّا كَوْنُهُمْ مُهْتَدِينَ فَلَيْسَ ذَلِكَ مِنْكَ وَلَا
بِكَ، فالهدى هاهنا بِمَعْنَى الِاهْتِدَاءِ، فَسَوَاءٌ اهْتَدَوْا أَوْ لَمْ
يَهْتَدُوا فَلَا تَقْطَعْ مَعُونَتَكَ وَبِرَّكَ وَصَدَقَتَكَ عَنْهُمْ، وَفِيهِ وَجْهٌ آخَرُ: لَيْسَ عَلَيْكَ أَنْ
تُلْجِئَهُمْ إِلَى الِاهْتِدَاءِ بِوَاسِطَةِ أَنْ تُوقِفَ صَدَقَتَكَ عَنْهُمْ
عَلَى إِيمَانِهِمْ، فَإِنَّ مِثْلَ هَذَا الْإِيمَانِ لَا يَنْتَفِعُونَ بِهِ،
بَلِ الْإِيمَانُ الْمَطْلُوبُ مِنْهُمُ الْإِيمَانُ عَلَى سَبِيلِ التَّطَوُّعِ
وَالِاخْتِيَارِ.الْمَسْأَلَةُ
الثَّالِثَةُ: ظَاهِرُ
قَوْلِهِ لَيْسَ عَلَيْكَ هُداهُمْ خِطَابٌ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَكِنَّ الْمُرَادَ بِهِ هُوَ وَأُمَّتُهُ، أَلَا تَرَاهُ
قَالَ: إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقاتِ [الْبَقَرَةِ: 271] وَهَذَا خِطَابٌ عَامٌّ،
ثُمَّ قَالَ: لَيْسَ عَلَيْكَ هُداهُمْ وَهُوَ فِي الظَّاهِرِ خَاصٌّ، ثُمَّ قَالَ
بَعْدَهُ وَما تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ وَهَذَا عَامٌّ فَيُفْهَمُ
مِنْ عُمُومِ مَا قَبْلَ الْآيَةِ وَعُمُومُ مَا بَعْدَهَا عُمُومُهَا أَيْضًا.(مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))
[2] فَقَدِ احْتَجَّ بِهِ الْأَصْحَابُ عَلَى أَنَّ هِدَايَةَ اللَّهِ تَعَالَى غَيْرُ
عَامَّةٍ، بَلْ هِيَ مَخْصُوصَةٌ بِالْمُؤْمِنِينَ قَالُوا: لِأَنَّ قَوْلَهُ
وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ إِثْبَاتٌ لِلْهِدَايَةِ الَّتِي نَفَاهَا
بِقَوْلِهِ لَيْسَ عَلَيْكَ هُداهُمْ لَكِنَّ الْمَنْفِيَّ بِقَوْلِهِ لَيْسَ
عَلَيْكَ هُداهُمْ هُوَ حُصُولُ الِاهْتِدَاءِ عَلَى سَبِيلِ الِاخْتِيَارِ،
فَكَانَ قَوْلُهُ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ عِبَارَةً عَنْ حُصُولِ
الِاهْتِدَاءِ عَلَى سَبِيلِ الِاخْتِيَارِ وَهَذَا يَقْتَضِي أَنْ يَكُونَ
الِاهْتِدَاءُ الْحَاصِلُ بِالِاخْتِيَارِ وَاقِعًا بِتَقْدِيرِ اللَّهِ تَعَالَى
وَتَخْلِيقِهِ وَتَكْوِينِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْمَطْلُوبُ. قَالَتِ الْمُعْتَزِلَةُ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ
يحتمل وجوهاً أحدها: أَنَّهُ
يَهْدِي بِالْإِثَابَةِ وَالْمُجَازَاةِ مَنْ يَشَاءُ مِمَّنِ اسْتَحَقَّ ذَلِكَ وَثَانِيهَا: يَهْدِي بِالْأَلْطَافِ
وَزِيَادَاتِ الْهُدَى من يشاءوا ثالثها:
وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي بِالْإِكْرَاهِ مَنْ يَشَاءُ عَلَى مَعْنَى أَنَّهُ
قَادِرٌ عَلَى ذَلِكَ وَإِنْ لَمْ يَفْعَلْهُ وَرَابِعُهَا:
أَنَّهُ يَهْدِي بِالِاسْمِ وَالْحُكْمِ مَنْ يَشَاءُ، فَمَنِ اهْتَدَى اسْتَحَقَّ
أَنْ يُمْدَحَ بِذَلِكَ. أَجَابَ الْأَصْحَابُ عَنْ هَذِهِ الْوُجُوهِ بِأَسْرِهَا أَنَّ
الْمُثْبَتَ فِي قَوْلِهِ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ هُوَ الْمَنْفِيُّ
أَوَّلًا بِقَوْلِهِ لَيْسَ عَلَيْكَ هُداهُمْ لَكِنَّ الْمُرَادَ بِذَلِكَ
الْمَنْفِيِّ بِقَوْلِهِ أَوَّلًا: لَيْسَ عَلَيْكَ هُداهُمْ هُوَ الِاهْتِدَاءُ
عَلَى سَبِيلِ الِاخْتِيَارِ، فَالْمُثْبَتُ بِقَوْلِهِ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي
مَنْ يَشاءُ يَجِبُ أَنْ يَكُونَ هُوَ الِاهْتِدَاءَ عَلَى سَبِيلِ الِاخْتِيَارِ،
وَعَلَى هَذَا التَّقْدِيرِ يُسْقِطُ كُلَّ الْوُجُوهِ. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))
[3] أي فلا يضيع الثواب سواء تصدق على مؤمن أو مشرك. (حاشية الصاوي المالكي)
[4] وَفِيهِ مَسَائِلُ: الْمَسْأَلَةُ
الْأُولَى: فِي هَذِهِ
الْآيَةِ وُجُوهٌ الْأَوَّلُ أَنْ يَكُونَ الْمَعْنَى: وَلَسْتُمْ فِي صَدَقَتِكُمْ
عَلَى أَقَارِبِكُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ تَقْصِدُونَ إِلَّا وَجْهَ اللَّهِ،
فَقَدْ عَلِمَ اللَّهُ هَذَا مِنْ قُلُوبِكُمْ، فَأَنْفِقُوا عَلَيْهِمْ إِذَا
كُنْتُمْ إِنَّمَا تَبْتَغُونَ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ فِي صِلَةِ رَحِمٍ وَسَدِّ
خَلَّةِ مُضْطَرٍّ وَلَيْسَ عَلَيْكُمُ اهْتِدَاؤُهُمْ حَتَّى يَمْنَعَكُمْ ذَلِكَ
مِنَ الْإِنْفَاقِ عَلَيْهِمْ الثَّانِي:
أَنَّ هَذَا وَإِنْ كَانَ ظَاهِرُهُ خَبَرًا إِلَّا أَنَّ مَعْنَاهُ نَهْيٌ، أَيْ
وَلَا تُنْفِقُوا إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ، وَوَرَدَ الْخَبَرُ بِمَعْنَى
الْأَمْرِ وَالنَّهْيِ كَثِيرًا قَالَ تعالى: الْوالِداتُ يُرْضِعْنَ
أَوْلادَهُنَّ [الْبَقَرَةِ: 233] وَالْمُطَلَّقاتُ يَتَرَبَّصْنَ [الْبَقَرَةِ:
228] الثَّالِثُ: أَنَّ قَوْلَهُ وَما
تُنْفِقُونَ أَيْ وَلَا تَكُونُوا مُنْفِقِينَ مُسْتَحِقِّينَ لِهَذَا الِاسْمِ
الَّذِي يُفِيدُ الْمَدْحَ حَتَّى تَبْتَغُوا بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ. الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: ذُكِرَ فِي الْوَجْهِ فِي قَوْلِهِ إِلَّا
ابْتِغاءَ وَجْهِ اللَّهِ قَوْلَانِ أَحَدُهُمَا: أَنَّكَ إِذَا قُلْتَ:
فَعَلْتُهُ لِوَجْهِ زَيْدٍ فَهُوَ أَشْرَفُ فِي الذِّكْرِ مِنْ قَوْلِكَ:
فَعَلْتُهُ لَهُ لِأَنَّ وَجْهَ الشَّيْءِ أَشْرَفُ مَا فِيهِ، ثُمَّ كَثُرَ حَتَّى
صَارَ يُعَبَّرُ عَنِ الشَّرَفِ بِهَذَا اللَّفْظِ وَالثَّانِي:
أَنَّكَ إِذَا قُلْتَ: فَعَلْتُ هَذَا الْفِعْلَ لَهُ فَهَهُنَا يُحْتَمَلُ أَنْ
يُقَالَ: فَعَلْتَهُ لَهُ وَلِغَيْرِهِ أَيْضًا، أَمَّا إِذَا قُلْتَ فَعَلْتُ
هَذَا الْفِعْلَ لِوَجْهِهِ، فَهَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّكَ فَعَلْتَ الْفِعْلَ
لَهُ فَقَطْ وَلَيْسَ لِغَيْرِهِ فِيهِ شَرِكَةٌ. الْمَسْأَلَةُ الثَّالِثَةُ: أَجْمَعُوا عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ
صَرْفُ الزَّكَاةِ إِلَى غَيْرِ الْمُسْلِمِ، فَتَكُونُ هَذِهِ الْآيَةُ
مُخْتَصَّةً بِصَدَقَةِ التَّطَوُّعِ، وَجَوَّزَ
أَبُو حَنِيفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ صَرْفَ صَدَقَةِ الْفِطْرِ إِلَى
أَهْلِ الذِّمَّةِ، وَأَبَاهُ غَيْرُهُ، وَعَنْ بَعْضِ الْعُلَمَاءِ: لَوْ كَانَ شَرَّ
خَلْقِ اللَّهِ لَكَانَ لَكَ ثَوَابُ نَفَقَتِكَ. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))
[5] أي فلا تجعلوا نفقاتكم عليه إلا لوجه الله لا لشيء آخر لأن من كان مقصده
وجه الله فلا يخيب أبداً كانت النفقة على مسلم أو كافر، بل ورد أن الله غفر لإنسان
بسبب سقيه كلباً يلهث عطشاً. (حاشية الصاوي المالكي)
[6] راجع للجملة الثانية أي فهي خبرية لفظاً إنشائية معنى، والمعنى لا تجعلوا إنفاقكم إلا خالصاً لوجه الله لا لغرض آخر لا
دنيوي ولا أخروي، وهذا هو المقام الأعلى، أو لا تقصدوا إلا وجه الله بمعنى ثوابه،
وهذا أدنى منه، وارتكبه المفسر وإن كانت الآية محتملة لهما بالنظر لأخلاق العامة، والمعنى في هذه الجملة أن تكون خبرية لفظاً ومعنى وتكون قيداً
فيما قبلها فالمعنى: {وَمَا تُنْفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَلأَنْفُسِكُمْ} إن قصدتم
بها وجه الله. (حاشية
الصاوي المالكي)
[7] قال الجمل. وهاتان الجملتان أى قوله- تعالى- وَما تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وقوله: وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ تأكيد للجملة
الشرطية الأولى وهي قوله: وَما تُنْفِقُوا مِنْ
خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ. وقوله: وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ جملة من مبتدأ
وخبر في محل نصب على الحال من الضمير في إِلَيْكُمْ فالعامل فيها يُوَفَّ وهي تشبه
الحال المؤكدة لأن معناها مفهوم من قوله: يُوَفَّ إِلَيْكُمْ لأنهم إذا وفوا
حقوقهم لم يظلموا. ويجوز أن تكون مستأنفة لا محل لها من الإعراب أخبرهم فيه هذا، والذي يتدبر هذه الآية الكريمة يراها من أجمع
الآيات التي وردت في الحض على بذل المال في وجوه الخير، فقد كرر فيها فعل
تُنْفِقُونَ ثلاث مرات لمزيد الاهتمام بمدلوله، وجيء به مرتين بصيغة الشرط عند قصد
بيان الملازمة بين الإنفاق والثواب، وجاءت كل جملة منها مستقلة ببعض الأحكام لكي
يسهل حفظها وتأملها فتجرى على الألسنة مجرى الأمثال وتتناقلها الأمم والأجيال. (التفسير الوسيط للقرآن الكريم)
[8] اعْلَمْ أَنَّهُ تَعَالَى لَمَّا بَيَّنَ فِي الْآيَةِ الْأُولَى أَنَّهُ
يَجُوزُ صَرْفُ الصَّدَقَةِ إِلَى أَيِّ فَقِيرٍ كَانَ، بَيَّنَ فِي هَذِهِ
الْآيَةِ أَنَّ الَّذِي يَكُونُ أَشَدَّ النَّاسِ اسْتِحْقَاقًا بِصَرْفِ
الصَّدَقَةِ إِلَيْهِ مَنْ هُوَ؟ فَقَالَ: لِلْفُقَراءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَفِي الْآيَةِ مَسَائِلُ: الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: اللَّامُ فِي قَوْلِهِ لِلْفُقَراءِ
مُتَعَلِّقٌ بِمَاذَا فِيهِ وُجُوهٌ الْأَوَّلُ: لَمَّا تَقَدَّمَتِ الْآيَاتُ
الْكَثِيرَةُ فِي الْحَثِّ عَلَى الْإِنْفَاقِ، قَالَ بَعْدَهَا لِلْفُقَراءِ أَيْ
ذَلِكَ الْإِنْفَاقُ الْمَحْثُوثُ عَلَيْهِ لِلْفُقَرَاءِ، وَهَذَا كَمَا إِذَا
تَقَدَّمَ ذِكْرُ رَجُلٍ فَتَقُولُ: عَاقِلٌ لَبِيبٌ، وَالْمَعْنَى أَنَّ ذَلِكَ
الَّذِي مَرَّ وَصْفُهُ عَاقِلٌ لَبِيبٌ، وَكَذَلِكَ النَّاسُ يَكْتُبُونَ عَلَى الْكِيسِ
الَّذِي يَجْعَلُونَ فِيهِ الذَّهَبَ وَالدَّرَاهِمَ: أَلْفَانِ وَمِائَتَانِ أَيْ
ذَلِكَ الَّذِي فِي الْكِيسِ أَلْفَانِ وَمِائَتَانِ هَذَا أَحْسَنُ الْوُجُوهِ الثَّانِي:
أَنَّ تَقْدِيرَ الْآيَةِ اعْمَدُوا لِلْفُقَرَاءِ وَاجْعَلُوا مَا تنفقون للقراء الثالث: يجوز أن يكون خبر المبتدأ محذوف وَالتَّقْدِيرُ
وَصَدَقَاتُكُمْ لِلْفُقَرَاءِ. الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: نَزَلَتْ فِي فُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ، وَكَانُوا
نَحْوَ أَرْبَعِمِائَةٍ، وَهُمْ أَصْحَابُ الصُّفَّةِ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ مَسْكَنٌ
وَلَا عَشَائِرُ بِالْمَدِينَةِ، وَكَانُوا مُلَازِمِينَ الْمَسْجِدَ،
وَيَتَعَلَّمُونَ الْقُرْآنَ، وَيَصُومُونَ وَيَخْرُجُونَ فِي كُلِّ غَزْوَةٍ،عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ: وَقَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمًا عَلَى أَصْحَابِ الصُّفَّةِ فَرَأَى فَقْرَهُمْ وَجَدَّهُمْ فَطَيَّبَ
قُلُوبَهُمْ، فَقَالَ: (أَبْشِرُوا يَا أَصْحَابَ الصُّفَّةِ فَمَنْ لَقِيَنِي
مِنْ أُمَّتِي عَلَى النَّعْتِ الَّذِي أَنْتُمْ عَلَيْهِ رَاضِيًا بِمَا فِيهِ
فَإِنَّهُ مِنْ رِفَاقِي) (مفاتيح
الغيب (المتوفى: 606هـ))
أى الذين هم في حاجة إلى العون والمساعدة لفقرهم واحتياجهم إلى ضرورات الحياة.
وقوله: لِلْفُقَراءِ متعلق بمحذوف يفهم من
الكلام السابق والتقدير: اجعلوا نفقتكم وصدقتكم للفقراء لأن الكلام السابق موضوعه
للإنفاق في سبيل الله، وما يتعلق بذلك من آداب وفوائد. والجملة استئناف بيانى، فكأنهم
لما أمروا بالصدقات سألوا لمن هي؟ فأجيبوا بأنها لهؤلاء الذين ذكرت الآية صفاتهم.
ومن فوائد الحذف هنا للمتعلق: تعليم المؤمنين الأدب في عطائهم للفقراء بأن لا
يصرحوا لهم بأن ما يعطونه إياهم هو صدقة حتى لا يشعروهم بالمذلة والضعف، وأيضا ففي
هذا الحذف لون من الإيجاز البليغ الذي قل فيه اللفظ مع الوفاء بحق المعنى. قال القرطبي:
والمراد بهؤلاء الفقراء، فقراء المهاجرين من قريش وغيرهم ثم تتناول الآية كل من
دخل تحت صفتهم غابر الدهر. وإنما خص فقراء المهاجرين بالذكر، لأنه لم يكن هناك
سواهم، وهم أهل الصفة» «1-
الصفة- بضم الصاد وتشديد الفاء- اسم لموضع بناه النبي صلّى الله عليه وسلّم في
المسجد النبوي بالمدينة ليأوى إليه فقراء المهاجرين الذين تركوا أموالهم بمكة
وهاجروا إلى المدينة لإعلاء كلمة الله.» وكانوا نحوا من أربعمائة رجل، وذلك أنهم كانوا يأتون
فقراء وما لهم أهل ولا مال فبنيت لهم صفة في المسجد النبوي بالمدينة فقيل لهم:
«أهل الصفة» «2- تفسير القرطبي ج 3 ص 339.»(التفسير الوسيط للقرآن الكريم)
[9] وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَصَفَ هَؤُلَاءِ الْفُقَرَاءَ بِصِفَاتٍ
خَمْسٍ: الصِّفَةُ
الْأُولَى: قَوْلُهُ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
[الْبَقَرَةِ: 273] فَنَقُولُ: الْإِحْصَارُ
فِي اللُّغَةِ أَنْ يَعْرِضَ لِلرَّجُلِ مَا يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ
سَفَرِهِ، مِنْ مَرَضٍ أَوْ كِبَرٍ أَوْ عَدُوٍّ أَوْ ذَهَابِ نَفَقَةٍ، أَوْ مَا
يَجْرِي مَجْرَى هَذِهِ الْأَشْيَاءِ، يُقَالُ: أُحْصِرَ الرَّجُلُ فَهُوَ
مُحْصَرٌ، وَمَضَى الْكَلَامُ فِي مَعْنَى الْإِحْصَارِ عند قوله فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ بما يعني عَنِ الْإِعَادَةِ، أَمَّا
التَّفْسِيرُ فَقَدْ فُسِّرَتْ هَذِهِ الْآيَةُ بِجَمِيعِ الْأَعْدَادِ
الْمُمْكِنَةِ فِي مَعْنَى الْإِحْصَارِ فَالْأَوَّلُ: أَنَّ الْمَعْنَى: أَنَّهُمْ حَصَرُوا
أَنْفُسَهُمْ وَوَقَفُوهَا عَلَى الْجِهَادِ، وَأَنَّ قَوْلَهُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ مُخْتَصٌّ بِالْجِهَادِ فِي عُرْفِ الْقُرْآنِ، وَلِأَنَّ الْجِهَادَ
كَانَ وَاجِبًا فِي ذَلِكَ الزَّمَانِ، وَكَانَ تَشْتَدُّ الْحَاجَةُ إِلَى مَنْ
يَحْبِسُ نَفْسَهُ لِلْمُجَاهَدَةِ مَعَ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَيَكُونُ مُسْتَعِدًّا لِذَلِكَ، مَتَى مَسَّتِ الْحَاجَةُ، فَبَيَّنَ
تَعَالَى فِي هَؤُلَاءِ الْفُقَرَاءِ أَنَّهُمْ بِهَذِهِ الصِّفَةِ، وَمَنْ هَذَا
حَالُهُ يَكُونُ وَضْعُ الصَّدَقَةِ فِيهِمْ يُفِيدُ
وُجُوهًا مِنَ الْخَيْرِ أَحَدُهَا: إِزَالَةُ عَيْلَتِهِمْ
وَالثَّانِي: تَقْوِيَةُ قَلْبِهِمْ لِمَا
انْتَصَبُوا إِلَيْهِ وَثَالِثُهَا:
تَقْوِيَةُ الْإِسْلَامِ بِتَقْوِيَةِ الْمُجَاهِدِينَ وَرَابِعُهَا: أَنَّهُمْ كَانُوا مُحْتَاجِينَ جِدًّا مَعَ أَنَّهُمْ
كَانُوا لَا يُظْهِرُونَ حَاجَتَهُمْ، عَلَى مَا قَالَ تَعَالَى: لَا
يَسْتَطِيعُونَ ضَرْباً فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجاهِلُ أَغْنِياءَ مِنَ
التَّعَفُّفِ. وَالْقَوْلُ الثَّانِي: وَهُوَ قَوْلُ قَتَادَةَ وَابْنِ زَيْدٍ:
مَنَعُوا أَنْفُسَهُمْ مِنَ التَّصَرُّفَاتِ فِي التِّجَارَةِ لِلْمَعَاشِ خَوْفَ
الْعَدُوِّ مِنَ الْكُفَّارِ لِأَنَّ الْكُفَّارَ كَانُوا مُجْتَمِعِينَ حَوْلَ
الْمَدِينَةِ، وَكَانُوا مَتَى وَجَدُوهُمْ قَتَلُوهُمْ. وَالْقَوْلُ
الثَّالِثُ:
وَهُوَ قَوْلُ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ وَاخْتِيَارُ الْكِسَائِيِّ: أَنَّ
هَؤُلَاءِ الْقَوْمَ أَصَابَتْهُمْ جِرَاحَاتٌ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَصَارُوا زَمْنَى، فَأَحْصَرَهُمُ الْمَرَضُ
وَالزَّمَانَةُ عَنِ الضَّرْبِ فِي الْأَرْضِ. وَالْقَوْلُ الرَّابِعُ: قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ هَؤُلَاءِ قَوْمٌ
مِنَ الْمُهَاجِرِينَ حَبَسَهُمُ الْفَقْرُ عَنِ الْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَعَذَرَهُمُ اللَّهُ. وَالْقَوْلُ الْخَامِسُ: هَؤُلَاءِ قَوْمٌ كَانُوا مُشْتَغِلِينَ
بِذِكْرِ اللَّهِ وَطَاعَتِهِ وَعُبُودِيَّتِهِ، وَكَانَتْ شِدَّةُ
اسْتِغْرَاقِهِمْ فِي تِلْكَ الطَّاعَةِ أَحْصَرَتْهُمْ عَنِ الِاشْتِغَالِ
بِسَائِرِ الْمُهِمَّاتِ.(مفاتيح
الغيب (المتوفى: 606هـ))
وعبر في الجملة الكريمة «بأحصروا» بالبناء للمجهول، للإشعار بأن فقرهم لم يكن بسبب
تكاسلهم وإهمالهم في مباشرة الأسباب، وإنما كان لأسباب خارجة عن إرادتهم. وقوله:
فِي سَبِيلِ اللَّهِ تكريم وتشريف لهم، أى أن ما نزل بهم من فقر واحتياج كان بسبب
إيثارهم إعلاء كلمة الله على أى شيء آخر، ففي سبيل الله هاجروا، وفي سبيل الله
تركوا أموالهم فصاروا فقراء، وفي سبيل الله وقفوا أنفسهم على الجهاد، وفي سبيل
الله أصابهم ما أصابهم وهم يطلبون أداء ما كلفهم- سبحانه- بأدائه.(التفسير الوسيط للقرآن الكريم)
[10] أي وهي محل في مؤخر المسجد النبوي، والعبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب،
فالمراد كل من كان متصفاً بأوصافهم فالصدقات تعطى له. (حاشية الصاوي المالكي)
[11] أي ورئيسهم عبد الرحمن بن صخر المكنى بأبي هريرة (حاشية الصاوي المالكي)
[12] أي الذين هاجروا مع رسول الله من مكة وما حولها وتركوا
أموالهم وديارهم، ولم يكن لهم بالمدينة مساكن ولا عشائر، وكانوا غير متزوجين،
وكانوا يستغرقون أوقاتهم في الاشتغال بالقرآن والسنة والعبادة ليلاً والجهاد
نهاراً، وكانوا يقفون أول صف في الصلاة الجهاد (حاشية الصاوي المالكي)
[13] أي والصلاة خلف النبي وقيام الليل. (حاشية الصاوي المالكي)
[14] الصِّفَةُ الثَّانِيَةُ لِهَؤُلَاءِ الْفُقَرَاءِ: قَوْلُهُ
تَعَالَى: لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْباً فِي الْأَرْضِ يُقَالُ ضَرَبْتُ فِي
الْأَرْضِ ضَرْبًا إِذَا سِرْتَ فِيهَا، ثُمَّ عَدَمُ الِاسْتِطَاعَةِ إِمَّا أَنْ
يَكُونَ لِأَنَّ اشْتِغَالَهُمْ بِصَلَاحِ الدِّينِ وَبِأَمْرِ الْجِهَادِ،
يَمْنَعُهُمْ مِنَ الِاشْتِغَالِ بِالْكَسْبِ وَالتِّجَارَةِ، وَإِمَّا لِأَنَّ
خَوْفَهُمْ مِنَ الْأَعْدَاءِ يَمْنَعُهُمْ مِنَ السَّفَرِ، وَإِمَّا لِأَنَّ
مَرَضَهُمْ وَعَجْزَهُمْ يَمْنَعُهُمْ مِنْهُ، وَعَلَى جَمِيعِ الْوُجُوهِ فَلَا
شَكَّ فِي شِدَّةِ احْتِيَاجِهِمْ إِلَى مَنْ يَكُونُ مُعِينًا لَهُمْ عَلَى
مُهِمَّاتِهِمْ. (مفاتيح
الغيب (المتوفى: 606هـ))
[15] أي في طاعة الله، إما بالغزو أو بتعلمهم القرآن، وغير ذلك من أنواع
الطاعات. (حاشية
الصاوي المالكي)
[16] الصِّفَةُ الثَّالِثَةُ لَهُمْ: قَوْلُهُ تَعَالَى: يَحْسَبُهُمُ
الْجاهِلُ أَغْنِياءَ مِنَ التَّعَفُّفِ وَفِيهِ مَسَائِلُ: الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: قَرَأَ عَاصِمٌ وَابْنُ عَامِرٍ
وَحَمْزَةُ يَحْسَبُهُمُ بِفَتْحِ السِّينِ وَالْبَاقُونَ بِكَسْرِهَا وَهُمَا
اللَّتَانِ بِمَعْنَى وَاحِدٍ، وَقُرِئَ فِي الْقُرْآنِ مَا كَانَ مِنَ
الْحُسْبَانِ بِاللُّغَتَيْنِ جَمِيعًا الْفَتْحِ وَالْكَسْرِ وَالْفَتْحُ عِنْدَ
أَهْلِ اللُّغَةِ أَقْيَسُ، لِأَنَّ الْمَاضِيَ إِذَا كَانَ عَلَى فَعِلَ، نَحْوُ
حَسِبَ كَانَ الْمُضَارِعُ عَلَى يَفْعَلُ، مِثْلُ فَرِقَ يَفْرَقُ وَشَرِبَ
يَشْرَبُ، وَشَذَّ حَسِبَ يَحْسِبُ فَجَاءَ عَلَى يَفْعِلُ مَعَ كَلِمَاتٍ أُخَرَ،
وَالْكَسْرُ حَسَنٌ لِمَجِيءِ السَّمْعِ بِهِ وَإِنْ كَانَ شَاذًّا عَنِ
الْقِيَاسِ. الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: الْحُسْبَانُ هُوَ الظَّنُّ، وَقَوْلُهُ
الْجاهِلُ لَمْ يُرِدْ بِهِ الْجَهْلَ الَّذِي هُوَ ضِدُّ الْعَقْلِ، وَإِنَّمَا
أَرَادَ الْجَهْلَ الَّذِي هُوَ ضِدُّ الِاخْتِبَارِ، يَقُولُ: يَحْسَبُهُمْ مَنْ
لَمْ يَخْتَبِرْ أَمْرَهُمْ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ، وَهُوَ تَفَعُّلٌ مِنَ
الْعِفَّةِ وَمَعْنَى الْعِفَّةِ فِي اللُّغَةِ تَرْكُ الشَّيْءِ وَالْكَفُّ
عَنْهُ وَأَرَادَ مِنَ التَّعَفُّفِ عَنِ السُّؤَالِ فَتَرَكَهُ لِلْعِلْمِ،
وَإِنَّمَا يَحْسَبُهُمْ أَغْنِيَاءَ لِإِظْهَارِهِمُ التَّجَمُّلَ وَتَرْكِهِمُ
الْمَسْأَلَةَ. (مفاتيح
الغيب (المتوفى: 606هـ))
والتعفف: ترك الشيء والتنزه عن طلبه، بقهر
النفس والتغلب عليها. يقال عف عن الشيء يعف إذا كف عنه. والحسبان بمعنى الظن. أى يظنهم الجاهل بحالهم، أو الذي لا فراسة عنده،
يظنهم أغنياء من أجل تجملهم وتعففهم عن السؤال، أما صاحب الفراسة الصادقة والبصيرة النافذة فإنه يرحمهم ويعطف عليهم لأنه
يعرف ما لا يعرفه غيره. ومِنَ في قوله: مِنَ التَّعَفُّفِ للتعليل، أو لابتداء الغاية
لأن التعفف مبدأ هذا الحسبان. (التفسير الوسيط للقرآن الكريم)
[17] الصِّفَةُ الرَّابِعَةُ لِهَؤُلَاءِ الْفُقَرَاءِ: قَوْلُهُ
تَعَالَى: تَعْرِفُهُمْ
بِسِيماهُمْ السِّيمَا
وَالسِّيمِيَا الْعَلَامَةُ الَّتِي يُعْرَفُ بِهَا الشَّيْءُ، وَأَصْلُهَا مِنَ
السِّمَةِ الَّتِي هِيَ الْعَلَامَةُ، قُلِبَتِ الْوَاوُ إِلَى مَوْضِعِ الْعَيْنِ
قَالَ الْوَاحِدِيُّ: وزنه يكون فعلا،
كَمَا قَالُوا: لَهُ جَاهٌ عِنْدَ النَّاسِ أَيْ وَجْهٌ، وَقَالَ قَوْمٌ:
السِّيمَا الِارْتِفَاعُ لِأَنَّهَا عَلَامَةٌ وُضِعَتْ لِلظُّهُورِ، قَالَ مُجَاهِدٌ سِيمَاهُمْ التَّخَشُّعُ
وَالتَّوَاضُعُ، قَالَ الرَّبِيعُ
وَالسُّدِّيُّ: أَثَرُ الْجَهْدِ مِنَ الْفَقْرِ وَالْحَاجَةِ وَقَالَ الضَّحَّاكُ صُفْرَةُ أَلْوَانِهِمْ
مِنَ الْجُوعِ وَقَالَ ابْنُ زَيْدٍ
رَثَاثَةُ ثِيَابِهِمْ وَالْجُوعُ خَفِيٌ وَعِنْدِي
أَنَّ كُلَّ ذَلِكَ فِيهِ نَظَرٌ لِأَنَّ كُلَّ مَا ذَكَرُوهُ عَلَامَاتٌ
دَالَّةٌ عَلَى حُصُولِ الْفَقْرِ وَذَلِكَ يُنَاقِضُهُ قَوْلُهُ يَحْسَبُهُمُ
الْجاهِلُ أَغْنِياءَ مِنَ التَّعَفُّفِ بَلِ الْمُرَادُ شَيْءٌ آخَرُ هُوَ أَنَّ
لِعِبَادِ اللَّهِ الْمُخْلِصِينَ هَيْبَةً وَوَقْعًا فِي قُلُوبِ الْخَلْقِ،
كُلُّ مَنْ رَآهُمْ تَأَثَّرَ مِنْهُمْ وَتَوَاضَعَ لَهُمْ وَذَلِكَ إِدْرَاكَاتٌ
رُوحَانِيَّةٌ، لَا عِلَّاتٌ جُسْمَانِيَّةٌ، أَلَا تَرَى أَنَّ الْأَسَدَ إِذَا
مَرَّ هَابَتْهُ سَائِرُ السِّبَاعِ بِطِبَاعِهَا لَا بِالتَّجْرِبَةِ، لِأَنَّ
الظَّاهِرَ أَنَّ تِلْكَ التَّجْرِبَةَ مَا وَقَعَتْ، وَالْبَازِيُّ إِذَا طَارَ
تَهْرُبُ مِنْهُ الطُّيُورُ الضَّعِيفَةُ، وَكُلُّ ذَلِكَ إِدْرَاكَاتٌ
رُوحَانِيَّةٌ لَا جسمانية، فكذا هاهنا، وَمِنْ هَذَا الْبَابِ آثَارُ الْخُشُوعِ
فِي الصَّلَاةِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: سِيماهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ
السُّجُودِ [الْفَتْحِ: 29] وَأَيْضًا ظُهُورُ آثَارِ الْفِكْرِ، رُوِيَ أَنَّهُمْ
كَانُوا يَقُومُونَ اللَّيْلَ لِلتَّهَجُّدِ وَيَحْتَطِبُونَ بِالنَّهَارِ
لِلتَّعَفُّفِ (مفاتيح
الغيب (المتوفى: 606هـ))
[18] الصِّفَةُ الْخَامِسَةُ لِهَؤُلَاءِ الْفُقَرَاءِ: قَوْلُهُ تعالى:
لا يَسْئَلُونَ النَّاسَ إِلْحافاً عَنِ
ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَفِيفَ
الْمُتَعَفِّفَ، وَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ السَّائِلَ الْمُلْحِفَ الَّذِي
إِنْ أُعْطِيَ كَثِيرًا أَفْرَطَ فِي الْمَدْحِ، وَإِنْ أُعْطِيَ قَلِيلًا
أَفْرَطَ فِي الذَّمِّ،وَعَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَفْتَحُ أَحَدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ
إِلَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ
اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ تَعَالَى، لَأَنْ يَأْخُذَ
أَحَدُكُمْ حَبْلًا يَحْتَطِبُ فَيَبِيعُهُ بِمُدٍّ مِنْ تَمْرٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ
أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ».وَاعْلَمْ أَنَّ
هَذِهِ الْآيَةَ مُشْكِلَةٌ، وَذَكَرُوا فِي تَأْوِيلِهَا وُجُوهًا الْأَوَّلُ:
أَنَّ الْإِلْحَافَ هُوَ الْإِلْحَاحُ وَالْمَعْنَى أَنَّهُمْ سَأَلُوا
بِتَلَطُّفٍ وَلَمْ يُلِحُّوا، وَهُوَ اخْتِيَارُ صَاحِبِ «الْكَشَّافِ» وَهُوَ
ضَعِيفٌ، لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَصَفَهُمْ بِالتَّعَفُّفِ عَنِ السُّؤَالِ
قَبْلَ ذَلِكَ فَقَالَ: يَحْسَبُهُمُ الْجاهِلُ أَغْنِياءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
وَذَلِكَ يُنَافِي صُدُورَ السُّؤَالِ عَنْهُمْ وَالثَّانِي:
وَهُوَ الَّذِي خَطَرَ بِبَالِي عِنْدَ كِتَابَةِ هَذَا الْمَوْضُوعِ: أَنَّهُ
لَيْسَ الْمَقْصُودُ مِنْ قَوْلِهِ لا يَسْئَلُونَ النَّاسَ إِلْحافاً وَصْفَهُمْ
بِأَنَّهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا، وَذَلِكَ لِأَنَّهُ تَعَالَى
وَصَفَهُمْ قَبْلَ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ يَتَعَفَّفُونَ عَنِ السُّؤَالِ، وَإِذَا
عُلِمَ أَنَّهُمْ لَا يَسْأَلُونَ الْبَتَّةَ فَقَدْ عُلِمَ أَيْضًا أَنَّهُمْ لَا
يَسْأَلُونَ إِلْحَافًا، بَلِ الْمُرَادُ التَّنْبِيهُ عَلَى سُوءِ طَرِيقَةِ مَنْ
يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا، وَمِثَالُهُ إِذَا حَضَرَ عِنْدَكَ رَجُلَانِ
أَحَدَهُمَا عَاقِلٌ وَقُورٌ ثَابِتٌ، وَالْآخَرُ طَيَّاشٌ مِهْذَارٌ سَفِيهٌ،
فَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَمْدَحَ أَحَدَهُمَا وَتُعَرِّضَ بِذَمِّ الْآخَرِ قُلْتَ
فُلَانٌ رَجُلٌ عَاقِلٌ وَقُورٌ قَلِيلُ الْكَلَامِ، لَا يَخُوضُ فِي
التُّرَّهَاتِ، وَلَا يَشْرَعُ فِي السَّفَاهَاتِ، وَلَمْ يَكُنْ غَرَضُكَ مِنْ
قَوْلِكَ، لَا يَخُوضُ فِي التُّرَّهَاتِ وَالسَّفَاهَاتِ وَصْفَهُ بِذَلِكَ،
لِأَنَّ مَا تَقَدَّمَ مِنَ الْأَوْصَافِ الْحَسَنَةِ يُغْنِي عَنْ ذَلِكَ، بَلْ
غَرَضُكَ التَّنْبِيهُ عَلَى مَذَمَّةِ الثَّانِي وَكَذَا هاهنا قوله لا
يَسْئَلُونَ النَّاسَ إِلْحافاً بَعْدَ قَوْلِهِ يَحْسَبُهُمُ الْجاهِلُ
أَغْنِياءَ مِنَ التَّعَفُّفِ الْغَرَضُ مِنْهُ التَّنْبِيهُ عَلَى مَنْ يَسْأَلُ
النَّاسَ إِلْحَافًا وَبَيَانُ مُبَايَنَةِ أَحَدِ الْجِنْسَيْنِ عَنِ الْآخَرِ
فِي اسْتِيجَابِ الْمَدْحِ وَالتَّعْظِيمِ. الْوَجْهُ
الثَّالِثُ: أَنَّ السَّائِلَ الْمُلْحِفَ الْمُلِحَّ هُوَ الَّذِي يستخرج
المال بكثرة تلطفه، فقوله لا يَسْئَلُونَ النَّاسَ بِالرِّفْقِ وَالتَّلَطُّفِ،
وَإِذَا لَمْ يُوجَدِ السُّؤَالُ عَلَى هَذَا الْوَجْهِ فَبِأَنْ لَا يُوجَدَ
عَلَى وَجْهِ الْعُنْفِ أَوْلَى فَإِذَا امْتَنَعَ الْقِسْمَانِ فَقَدِ امْتَنَعَ
حُصُولُ السُّؤَالِ، فَعَلَى هَذَا يَكُونُ قَوْلُهُ لَا يَسْئَلُونَ النَّاسَ
إِلْحافاً كَالْمُوجِبِ لِعَدَمِ صُدُورِ السُّؤَالِ مِنْهُمْ أَصْلًا. وَالْوَجْهُ الرَّابِعُ: هُوَ الَّذِي خَطَرَ
بِبَالِي أَيْضًا فِي هَذَا الْوَقْتِ، وَهُوَ أَنَّهُ تَعَالَى بَيَّنَ فِيمَا
تَقَدَّمَ شِدَّةَ حَاجَةِ هَؤُلَاءِ الْفُقَرَاءِ، وَمَنِ اشْتَدَّتْ حَاجَتُهُ
فَإِنَّهُ لَا يُمْكِنُهُ تَرْكُ السُّؤَالِ إِلَّا بِإِلْحَاحٍ شَدِيدٍ مِنْهُ
عَلَى نَفْسِهِ، فَكَانُوا لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ وإنما أمكنهم ترك السؤال عند
ما أَلَحُّوا عَلَى النَّفْسِ وَمَنَعُوهَا بِالتَّكْلِيفِ الشَّدِيدِ عَنْ ذَلِكَ
السُّؤَالِ، وَمِنْهُ قَوْلُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى
عَنْهُ: وَلِي نَفْسٌ أَقُولُ لَهَا إِذَا مَا ... تُنَازِعُنِي لَعَلِّي أَوْ عَسَانِي الْوَجْهُ
الْخَامِسُ: أَنَّ كُلَّ مَنْ سَأَلَ فَلَا بُدَّ وَأَنْ يُلِحَّ فِي بَعْضِ
الْأَوْقَاتِ، لِأَنَّهُ إِذَا سَأَلَ فَقَدْ أَرَاقَ مَاءَ وَجْهِهِ، وَيَحْمِلُ
الذِّلَّةَ فِي إِظْهَارِ ذَلِكَ السُّؤَالِ، فَيَقُولُ: لَمَّا تَحَمَّلْتُ
هَذِهِ الْمَشَاقَّ فَلَا أَرْجِعُ بِغَيْرِ مَقْصُودٍ، فَهَذَا الْخَاطِرُ
يَحْمِلُهُ عَلَى الْإِلْحَافِ وَالْإِلْحَاحِ، فَثَبَتَ أَنَّ كُلَّ مَنْ سَأَلَ
فَلَا بُدَّ وَأَنْ يُقْدِمَ عَلَى الْإِلْحَاحِ فِي بَعْضِ الْأَوْقَاتِ، فَكَانَ
نَفْيُ الْإِلْحَاحِ عَنْهُمْ مُطْلَقًا مُوجِبًا لِنَفْيِ السُّؤَالِ عَنْهُمْ
مُطْلَقًا. الْوَجْهُ السَّادِسُ: وَهُوَ
أَيْضًا خَطَرَ بِبَالِي فِي هَذَا الْوَقْتِ، وَهُوَ أَنَّ مَنْ أَظْهَرَ مِنْ
نَفْسِهِ آثَارَ الْفَقْرِ وَالذِّلَّةِ وَالْمَسْكَنَةِ، ثُمَّ سَكَتَ عَنِ
السُّؤَالِ، فَكَأَنَّهُ أَتَى بِالسُّؤَالِ الْمُلِحِّ الْمُلْحِفِ، لِأَنَّ
ظُهُورَ أَمَارَاتِ الْحَاجَةِ تَدُلُّ عَلَى الْحَاجَةِ وَسُكُوتُهُ يَدُلُّ
عَلَى أَنَّهُ لَيْسَ عِنْدَهُ مَا يَدْفَعُ بِهِ تِلْكَ الْحَاجَةَ وَمَتَى
تَصَوَّرَ الْإِنْسَانُ مِنْ غَيْرِ ذَلِكَ رَقَّ قَلْبُهُ جِدًّا، وَصَارَ
حَامِلًا لَهُ عَلَى أَنْ يَدْفَعَ إِلَيْهِ شَيْئًا، فَكَانَ إِظْهَارُ هَذِهِ
الْحَالَةِ هُوَ السؤال على سبيل الإلحاف، فقوله
لا يَسْئَلُونَ النَّاسَ إِلْحافاً مَعْنَاهُ أَنَّهُمْ سَكَتُوا عَنِ
السُّؤَالِ لَكِنَّهُمْ لَا يَضُمُّونَ إِلَى ذَلِكَ السُّكُوتِ مِنْ رَثَاثَةِ
الْحَالِ وَإِظْهَارِ الِانْكِسَارِ مَا يَقُومُ مَقَامَ السُّؤَالِ عَلَى سَبِيلِ
الْإِلْحَافِ بَلْ يُزَيِّنُونَ أَنْفُسَهُمْ عِنْدَ النَّاسِ وَيَتَجَمَّلُونَ
بِهَذَا الْخُلُقِ وَيَجْعَلُونَ فَقْرَهُمْ وَحَاجَتَهُمْ بِحَيْثُ لَا يَطَّلِعُ
عَلَيْهِ إِلَّا الْخَالِقُ، فَهَذَا الْوَجْهُ أَيْضًا مُنَاسِبٌ مَعْقُولٌ
وَهَذِهِ الْآيَةُ مِنَ الْمُشْكِلَاتِ وَلِلنَّاسِ فِيهَا كَلِمَاتٌ كَثِيرَةٌ،
وَقَدْ لَاحَتْ هَذِهِ الْوُجُوهُ الثَّلَاثَةُ بِتَوْفِيقِ اللَّهِ تَعَالَى
وَقْتَ كُتِبَ تَفْسِيرُ هَذِهِ الْآيَةِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمُرَادِهِ. وَاعْلَمْ أَنَّهُ تَعَالَى ذَكَرَ صِفَاتِ
هَؤُلَاءِ الْفُقَرَاءِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَهُ وَما تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ
فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ [البقرة: 273] وَهُوَ نَظِيرُ مَا ذَكَرَ قَبْلَ
هَذِهِ الْآيَةِ مِنْ قَوْلِهِ وَما تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ
وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ [البقرة: 272] وَلَيْسَ هَذَا مِنْ بَابِ التَّكْرَارِ
وَفِيهِ وَجْهَانِ أَحَدُهُمَا:
أَنَّهُ تَعَالَى لَمَّا قَالَ: وَما تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ
وَكَانَ مِنَ الْمَعْلُومِ أَنَّ تَوْفِيَةَ الْأَجْرِ مِنْ غَيْرِ بَخْسٍ
وَنُقْصَانٍ لَا يُمْكِنُ إِلَّا عِنْدَ الْعِلْمِ بِمِقْدَارِ الْعَمَلِ
وَكَيْفِيَّةِ جِهَاتِهِ الْمُؤَثِّرَةِ فِي اسْتِحْقَاقِ الثَّوَابِ لَا جَرَمَ
قَرَّرَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ كَوْنَهُ تَعَالَى عَالِمًا بِمَقَادِيرِ
الْأَعْمَالِ وَكَيْفِيَّاتِهَا. وَالْوَجْهُ
الثَّانِي: وَهُوَ أَنَّهُ تَعَالَى لَمَّا رَغِبَ فِي التَّصَدُّقِ عَلَى
الْمُسْلِمِ وَالذِّمِّيِّ، قَالَ: وَما تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ
إِلَيْكُمْ بَيَّنَ أَنَّ أَجْرَهُ وَاصِلٌ لَا مَحَالَةَ، ثُمَّ لَمَّا رَغَّبَ
فِي هَذِهِ الْآيَةِ فِي التَّصَدُّقِ عَلَى الْفُقَرَاءِ الْمَوْصُوفِينَ
بِهَذِهِ الْأَوْصَافِ الْكَامِلَةِ، وَكَانَ هَذَا الْإِنْفَاقُ أَعْظَمَ وُجُوهِ
الْإِنْفَاقَاتِ، لَا جَرَمَ أَرْدَفَهُ بِمَا يَدُلُّ عَلَى عَظَمَةِ ثَوَابِهِ (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))
[19] قيل نزلت في أبي بكر حيث تصدق بأربعين ألف دينار، عشرة آلاف بالليل ومثلها
بالنهار، ومثلها سراً ومثلها علانية، وقيل في علي كان مع أربعة دراهم لم يملك
غيرها، فتصدق بدرهم ليلاً وبآخر نهاراً وبآخر سراً وبآخر علانية، ولكن العبرة
بعموم اللفظ لا بخصوص السبب، فالمراد بيان أجر المنفق على هذا الوجه، فلا خصوصية
لأبي بكر بذلك ولا لعلي (حاشية
الصاوي المالكي)
[20] فِي الْآيَةِ مَسَائِلُ: الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: فِي كَيْفِيَّةِ النَّظْمِ أَقْوَالٌ الْأَوَّلُ: لَمَّا بَيَّنَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ الْمُتَقَدِّمَةِ أَنَّ أَكْمَلَ مَنْ تُصْرَفُ إِلَيْهِ النَّفَقَةُ مَنْ هُوَ بَيَّنَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ أَنَّ أَكْمَلَ وُجُوهِ الْإِنْفَاقِ كَيْفَ هُوَ، فَقَالَ: الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهارِ سِرًّا وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ وَالثَّانِي: أَنَّهُ تَعَالَى ذَكَرَ هَذِهِ الْآيَةَ لِتَأْكِيدِ مَا تَقَدَّمَ مِنْ قَوْلِهِ إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقاتِ فَنِعِمَّا هِيَ [الْبَقَرَةِ: 271] وَالثَّالِثُ: أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ آخِرُ الْآيَاتِ الْمَذْكُورَةِ فِي أَحْكَامِ الْإِنْفَاقِ، فَلَا جَرَمَ أَرْشَدَ الْخَلْقَ إِلَى أَكْمَلِ وُجُوهِ الْإِنْفَاقَاتِ. الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: فِي سَبَبِ النُّزُولِ وُجُوهٌ الْأَوَّلُ: لَمَّا نَزَلَ قَوْلُهُ تَعَالَى: لِلْفُقَراءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بعت عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ إِلَى أَصْحَابِ الصُّفَّةِ بِدَنَانِيرَ، وَبَعَثَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِوَسْقٍ مِنْ تَمْرٍ لَيْلًا، فَكَانَ أَحَبُّ الصَّدَقَتَيْنِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى صَدَقَتَهُ، فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فَصَدَقَةُ اللَّيْلِ كَانَتْ أَكْمَلَ وَالثَّانِي: قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: إِنَّ عَلِيًّا عَلَيْهِ السَّلَامُ مَا كَانَ يَمْلِكُ غَيْرَ أَرْبَعَةِ دَرَاهِمَ، فَتَصَدَّقَ بِدِرْهَمٍ لَيْلًا، وَبِدِرْهَمٍ نَهَارًا، وَبِدِرْهَمٍ سِرًّا، وَبِدِرْهَمٍ عَلَانِيَةً، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا حَمَلَكَ عَلَى هَذَا؟ فَقَالَ: أَنْ أَسْتَوْجِبَ مَا وَعَدَنِي رَبِّي، فَقَالَ: لَكَ ذَلِكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ وَالثَّالِثُ: قَالَ صَاحِبُ «الْكَشَّافِ» : نَزَلَتْ فِي أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حِينَ تَصَدَّقَ بِأَرْبَعِينَ أَلْفَ دِينَارٍ: عَشَرَةٌ بِاللَّيْلِ، وَعَشَرَةٌ بِالنَّهَارِ، وَعَشَرَةٌ فِي السِّرِّ، وَعَشَرَةٌ فِي الْعَلَانِيَةِ وَالرَّابِعُ: نَزَلَتْ فِي عَلَفِ الْخَيْلِ وَارْتِبَاطِهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ إِذَا مَرَّ بِفَرَسٍ سَمِينٍ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ والْخَامِسُ: أَنَّ الْآيَةَ عَامَّةٌ فِي الَّذِينَ يَعُمُّونَ الْأَوْقَاتِ وَالْأَحْوَالَ بِالصَّدَقَةِ تُحَرِّضُهُمْ عَلَى الْخَيْرِ، فَكُلَّمَا نَزَلَتْ بِهِمْ حَاجَةُ مُحْتَاجٍ عَجَّلُوا قَضَاءَهَا وَلَمْ يُؤَخِّرُوهَا وَلَمْ يُعَلِّقُوهَا بِوَقْتٍ وَلَا حَالٍ، وَهَذَا هُوَ أَحْسَنُ الْوُجُوهِ، لِأَنَّ هَذَا آخِرُ الْآيَاتِ الْمَذْكُورَةِ فِي بَيَانِ حُكْمِ الْإِنْفَاقَاتِ فَلَا جَرَمَ ذَكَرَ فِيهَا أَكْمَلَ وُجُوهِ الْإِنْفَاقَاتِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ. الْمَسْأَلَةُ الثَّالِثَةُ: قَالَ الزَّجَّاجُ الَّذِينَ رُفِعَ بِالِابْتِدَاءِ وَجَازَ أَنْ تَكُونَ الْفَاءُ مِنْ قَوْلِهِ فَلَهُمْ جَوَابَ الَّذِينَ لِأَنَّهَا تَأْتِي بِمَعْنَى الشَّرْطِ وَالْجَزَاءِ، فَكَانَ التَّقْدِيرُ: مَنْ أَنْفَقَ فَلَا يَضِيعُ أَجْرُهُ، وَتَقْدِيرُهُ أَنَّهُ لَوْ قَالَ: الَّذِي أَكْرَمَنِي لَهُ دِرْهَمٌ لَمْ يُفِدْ أَنَّ الدِّرْهَمَ بِسَبَبِ الْإِكْرَامِ، أَمَّا لَوْ قَالَ: الَّذِي أَكْرَمَنِي فَلَهُ دِرْهَمٌ يُفِيدُ أَنَّ الدِّرْهَمَ بِسَبَبِ الْإِكْرَامِ، فَهَهُنَا الْفَاءُ دَلَّتْ عَلَى أَنَّ حُصُولَ الْأَجْرِ إِنَّمَا كَانَ بِسَبَبِ الْإِنْفَاقِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ. الْمَسْأَلَةُ الرَّابِعَةُ: فِي الْآيَةِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ أَفْضَلُ مِنْ صَدَقَةِ الْعَلَانِيَةِ، وَذَلِكَ لِأَنَّهُ قَدَّمَ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ، وَالسِّرَّ عَلَى الْعَلَانِيَةِ فِي الذِّكْرِ. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))