Fikih Rekreasi: Bekal Masyarakat Muslim Berlibur ke Luar
Kota
Rekreasi
dalam kamus besar Indobesia diartikan sebagai penyegaran kembali badan dan
pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan
piknik.
Rekreasi biasanya dilakukan saat libur
akhir pekan atau libur nasional seperti pergantian tahun baru. Masyarakat dunia
lazim melakukan rekreasi, bertamasya, berlibur dan berwisata ke luar kota, luar
negeri mendatangi tempat-tempat hiburan bersama keluarga, kerabat ataupun teman
kantor.
Memang pada dasarnya menyukai dan
mendatangi tempat-tempat yang indah termasuk kebutuhan yang biasa dimiliki
semua orang.
Hukum asal rekresasi (tanazzuh) adalah
boleh. Bahkan bisa menjadi kegiatan terpuji dan menuai pahala jika diniatkan
untuk ibadah.
Dalam istilah arab melakukan perjalanan
dari satu tempat ketempat yang lain disebut dengan as-siyāhah (parawisata).
Melakukan perjalanan adalakanya bertujuan rekreasi (tanazzuh), menikmati
pemandangan alam (taladzudz), dan menghayati keindahan ciptaan Allah SWT.
Pengertian rekreasi (tanazzuh), sebagaimana
disebutkan dalam kitab Hasyiyah Jamal ‘Ala al-Minhaj juz 1, halaman 596 adalah
melakukan perjalanan bertujuan menyegarkan jiwa untuk menghilangkan kepenatan
urusan dunia. Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami menjelaskan:
أَنَّ
التَّنَزُّهَ غَرَضٌ صَحِيحٌ يُقْصَدُ فِي الْعَادَةِ لِلتَّدَاوِي وَنَحْوِهِ
كَإِزَالَةِ الْعُفُونَاتِ النَّفْسِيَّةِ وَاعْتِدَالِ الْمِزَاجِ وَغَيْرِ
ذَلِكَ
“Sesungguhnya rekreasi adalah tujuan yang
sah dan dibolehkan secara lumrahnya untuk pengobatan diri, seperti
menghilangkan kesumpekan, meningkatkan semangat dan lain sebagainya.”
(Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra_, juz 1, halaman 326-327).
Masyarakat Muslim yang sedang atau hendak
melakukan rekreasi, penting diingatkan ulang, agar tetap memperhatikan
kewajiban sholatnya. Dalam syariat Islam seseorang yang sedang dalam perjalanan
jauh dengan jarak tempuh mencapai 82 km, dan bukan perjalanan yang maksiat
(dilarang), maka dia mendapatkan kemurahan dan kemudahan (rukhshoh) dalam
mengerjakan sholatnya.
Kemurahan dan kemudahan dalam mengerjakan
shalat dimaksud adalah dapat menggabung dua shalat dalam satu waktu, shalat
dzuhur digabung dengan ashar atau maghrib digabung dengan isya. Untuk shalat
shubuh tidak bisa digabung.
Bisa juga dengan cara meringkas sekaligus
menggabung dengan shalat yang lain, shalat Dzuhur, Ashar, Isya' masing-masing
menjadi dua rakaat. Untuk Maghrib dan Shubuh tidak bisa diringkas.
Pada saat meringkas (qashar) shalat boleh
juga sekaligus menggabung dengan sholat yang lain (jamak-qasar), Dzuhur
digabung dengan ashar masing-masing menjadi dua rakaat, baik dilakuan diwaktu
sholat Dzuhur (jamak takdim) atau diwaktunya shalat Ashar (jama' takhir).
Untuk penggabungan shalat Maghrib dengan
Isya caranya shalat maghribnya tiga rakaat Isyanya boleh empat rakaat atau juga
boleh Isyanya diringkas menjadi dua rakaat. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَلَيْسَ
عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ الصَّلٰوةِ ۖ
"Apabila kamu bepergian di bumi, maka
tidak dosa bagimu untuk mengqasar shalat." (QS An-Nisa' [4]:101).
Hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang jama' dan qashar shalat
disebutkan, antara lain:
عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ قَالَ قُلْتُ
لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنْ
الصَّلاَةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمْ الَّذِينَ كَفَرُوا فَقَدْ أَمِنَ
النَّاسُ فَقَالَ عَجِبْتُ مِمَّا عَجِبْتَ مِنْهُ فَسَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللهُ
بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ.
Artinya: “Diriwayatkan dari Ya’la Ibn
Umayyah, ia berkata: Saya bertanya kepada ‘Umar Ibnul Khaththab tentang (firman
Allah): “Laisa ‘alaikum junahun an taqshuru minashalah in khiftum an
yaftinakumu-lladzina kafaru”. Padahal sesungguhnya orang-orang dalam keadaan
aman. Kemudian Umar berkata, “Saya juga heran sebagaimana anda heran terhadap
hal itu. Kemudian saya menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW.” Beliau
bersabda, “Itu adalah pemberian Allah yang diberikan kepada kamu sekalian, maka
terimalah pemberian-Nya.” (HR Muslim).
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ بِالْمَدِينَةِ أَرْبَعًا وَصَلَّى
الْعَصْرَ بِذِي الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ.
Artinya: “Diriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah
SAW shalat Dzuhur di Madinah empat rakaat dan shalat ashar di Dzul Hulaifah dua
rakaat.” (HR Muslim).
عَنْ مُعَاذٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ فَكَانَ يُصَلِّي
الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا.
Artinya: “Diriwayatkan dari Mu’adz ra ia
berkata: Kami pergi bersama Nabi SAW dalam Perang Tabuk, beliau melaksanakan
shalat Dzuhur dan Ashar secara jama‘, demikian juga antara Maghrib dan Isya
dilakukan secara jama‘. (HR Muslim).
Dalam Mazhab Syafiiyah perjalanan yang
betujuan rekreasi kesuatu daerah sudah memenuhi unsur untuk melaksananan shalat
jama' dan qashar. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam al-Fatāwā al-Kubrā
juz 1 halaman 326-327 dan `I'ānah ath-Thālibīn, juz 2 halaman 101.
Sedangkan bepergian dengan tujuan hanya
melihat satu daerah para ulama memiliki perbedaan pendapat. Menurut pendapat
yang lebih sahih (qaul al-ashah), tujuan tersebut tidak memenui syarat untuk
melaksanakan shalat jama' dan qashar sebagaimana yang ada didalam dua kitab di
atas.
Sedangkan menurut Imam Ibrahim al-Bajuri
dalam Hāsyiyah al-Bājūrī-nya, perjalanan yang bertujuan untuk bertamasya
(rekreasi) dan sekedar melihat satu kawasan, maka dua tujuan terebut tidak
termasuk perjalanan yang memperbolehkan shalat jama’ dan qashar. Penjelasan
tersebut dapat dirujuk pada kitab Hāsyiyah al-Bājūrī juz 1 halaman 210.
Dalam Madzhab Hanbali sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Mughnī oleh
Imam Ibnu Qudamah juga terjadi perbedaan pendapat sebagai berikut:
فَصْلٌ : وَفِي
سَفَرِ التَّنَزُّهِ وَالتَّفَرُّجِ رِوَايَتَانِ : إحْدَاهُمَا ، تُبِيحُ
التَّرَخُّصَ وَهَذَا ظَاهِرُ كَلَامِ الْخِرَقِيِّ لِأَنَّهُ سَفَرٌ مُبَاحٌ ،
فَدَخَلَ فِي عُمُومِ النُّصُوصِ الْمَذْكُورَةِ ، وَقِيَاسًا عَلَى سَفَرِ التِّجَارَةِ
وَالثَّانِيَةُ : لَا يَتَرَخَّصُ فِيهِ
"Pasal. Tentang pembahasan perjalanan
dengan tujuan tamasya dan plesir terdapat dua pendapat. Pertama, mendapatkan
keringanan (boleh menjama/meringkas shalat).
Pendapat ini diambil dari pernyataan lahiriyah
Imam al-Khiraqy, karena tujuan tamasya dan plesir termasuk perjalanan yang
diperbolehkan, maka tercakup dalam dalil keumuman nash dan dianalogkan dengan
perjalanan niaga. Kedua, tidak mendapatkan keringanan (tidak boleh
menjama/meringkas shalat.” (Al-Mughni li Ibn Qudamah juz 3 halaman 117).
Kemudian, jika ada dua
jalan, dan memilih jalan yang lebih panjang karena sebab-sebab yang memudahkan
dalam perjalanan rekreasi seperti lebih lancar, mudah dan aman, maka Imam an
Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarhul
Muhadzdzab memberikan komentar terkait ini:
وَإِنْ بَلَغَ أَحَدُ
طَرِيقَيْهِ مَسَافَةَ الْقَصْرِ وَنَقَصَ الآخر عنها فان سلك الابعد لغرض من
الطَّرِيقِ أَوْ سُهُولَتِهِ أَوْ كَثْرَةِ الْمَاءِ أَوْ الْمَرْعَى أَوْ
زِيَارَةٍ أَوْ عِيَادَةٍ أَوْ بَيْعِ مَتَاعٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ
الْمَقَاصِدِ الْمَطْلُوبَةِ دِينًا أَوْ دُنْيَا فَلَهُ التَّرَخُّصُ بِالْقَصْرِ
وَغَيْرِهِ مِنْ رُخَصِ السَّفَرِ بِلَا خِلَافٍ وَلَوْ قَصَدَ التَّنَزُّهَ
فَهُوَ غَرَضٌ مَقْصُودٌ فَيَتَرَخَّصُ
Artinya: Jika ada dua jalan, yang satu mencapai jarak boleh qashar dan satunya
tidak, lalu jarak yang lebih jauh ditempuh karena jalannya lebih lancar, mudah
dalam perbekalan, atau tujuan ziarah, mengunjungi atau menjenguk orang, serta
tujuan lainnya baik dalam hal agama atau dunia, maka ia boleh meng-qashar
shalat dan melakukan keringanan ibadah lainnya dalam perjalanan. Termasuk jika
bermaksud hanya untuk rekreasi, maka ia juga termasuk tujuan yang jelas, maka ia
juga mendapatkan rukhshah.
Maka, dari keterangan redaksi di atas bisa disimpulkan bahwa rekreasi atau
berwisata merupakan perbuatan yang baik meski tujuannya duniawi, sehingga orang
yang melakukannya diperolehkan untuk menjamak dan mengqashar shalatnya.
Alhasil, dalam rangka ihtiyath (hati-hati),
meski perjalanan rekreasi atau pariwasata boleh hukumnya menggabung (jama') dan
meringkas (qashar) shalat hendaknya dapat dipastikan perjalanan itu bukan
perjalanan yang maksiat (dilarang), niatkan acara rekreasi untuk ibadah,
menghayati ciptaan Allah SWT, menguatkan silaturahim dengan saudara atau
kerabat dan niat baik lainnya. Wallāhu `A'lam bish shawāb.
Sumber
:
ü MUI
- Majelis Ulama Indonesia - MUI - Majelis Ulama Indonesia
ü Hukum
Mengqashar Shalat karena Rekreasi saat Lebaran Idul Fitri | NU Online Lampung
Referensi
Tentang Hukum Rekreasi dan Menjamak Shalat
ü دار الإفتاء
- حكم الترخص برخص السفر في سفر النـزهة (aliftaa.jo)
ü هل يمنع
خروج المرأة للترفيه أو التنزه (islamweb.net)
ü حكم السفر
إلى الخارج للتََّنزُّه والتَّمَتُّع (binbaz.org.sa)
ü لا حرج في
خروج المرأة للتنزه مع مراعاة الآداب الشرعية (islamweb.net)
ü خروج المرأة
للترفيه وشراء الحاجات - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü حكم السفر
للسياحة والصيد في بلاد الكفار - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü حكم خروج
المرأة من بيتها لغير ضرورة (binbaz.org.sa)
ü حكم خروج
المرأة من بيتها لغير ضرورة أو حاجة (للتنزه والتفسح) (alukah.net)
ü حكم خروج
الفتيات في رحلات خاصة بهنَّ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü يخرج بعض
الإخوة إلى البرية من أجل التنزه ولا... - ابن عثيمين (al-fatawa.com)
ü حكم السفر
إلى الخارج للتََّنزُّه والتَّمَتُّع (binbaz.org.sa)
ü حكم السفر
للسياحة
(islamweb.net)
ü حكم السفر
خارج الدول الإسلامية (binbaz.org.sa)
ü السفر إلى
البلاد التي تنتشر فيه المنكرات - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü السفر
للسياحة والنزهة والطاعة من مصنفات العلامة ابن عثيمين (midad.com)
ü شروط جواز
سفر المسلم للدراسة في بلاد الكفر (islamweb.net)
ü أحكام السفر
للخارج - ملتقى الخطباء (khutabaa.com)
ü ما حكم
السفر إلى بلاد المسلمين للتنزه .؟ - الالباني (al-fatawa.com)
ü حكم السفر
إلى بلاد غير المسلمين - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار الإفتاء
(dar-alifta.org)
ü جمع العصر مع الجمعة | الدليل
الفقهي
(fikhguide.com)
ü هل يجوز
للمسافر أن يجمع بين صلاتي الجمعة والعصر؟ (binbaz.org.sa)
ü حكم جمع
الجمعة والعصر (islamweb.net)
ü حكم جمع
صلاة الجمعة والعصر للمسافر (binbaz.org.sa)
ü لا يصح جمع
صلاة العصر مع الجمعة - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü جمع الجمعة
والعصر للمسافر (islamweb.net)
ü مشروعية
الجمع بين الجمعة والعصر جمع تقديم، هل هو قول الجمهور؟ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü حكم الجمع
بين الجمعة والعصر جمع تقديم (alukah.net)
ü المطلق: يجوز جمع صلاة الجمعة
مع العصر.. لهذا السبب (sabq.org)
ü جمع العصر مع الجمعة | الدليل
الفقهي
(fikhguide.com)
ü دار الإفتاء
- حكم جمع العصر مع صلاة الجمعة بسبب الحظر (aliftaa.jo)
ü ما حكم جمع
صلاة الجمعة مع العصر - موضوع (mawdoo3.com)
ü ما حكم جمع الجمعة مع العصر؟ (saaid.org)
ü جمع الجمعة
مع العصر للمسافر|فتاوى العبادات - فتاوى الصلاة|بوابة الافتاء اليمنية (fatwagate.com)
ü الجمع بين
صلاة الجمعة والعصر (naasan.net)
ü طريقة الجمع
والقصر للمسافر - موضوع (mawdoo3.com)
ü الجمع بين
الجمعة والعصر - فقه المسلم (islamonline.net)
ü جمع الجمعة
مع العصر | موقع فضيلة الشيخ مشهور بن حسن آل سلمان (meshhoor.com)
ü هل تجمع
صلاة الجمعة مع صلاة العصر - منتديات الإمام الآجري (ajurry.com)
ü جمع الظهر
والعصر قبل أذان العصر بنص ساعة؟ - وليد بن راشد السعيدان - طريق الإسلام (islamway.net)
ü حكم الجمع بين الجمعة والعصر (saaid.org)
ü الإفتاء توضح حكم جمع صلاة
العصر قصرًا مع الجمعة للمسافر (cairo24.com)
ü Hukum Menjamak Shalat Jumat
dan Shalat Ashar (nu.or.id)
ü Musafir Menjamak Shalat Jumat
dan Ashar, Bolehkah? | Tebuireng Online
ü Tata Cara Shalat Jamak dan
Qashar dalam Perjalanan | NU Online Lampung
ü Menjama’ Shalat Jum’at Dengan
Ashar | Almanhaj
ü Berikut Ketentuan Lengkap
Ibadah Shalat Jumat (nu.or.id)
ü Panduan Lengkap Shalat Jamak
saat Perjalanan Jauh (nu.or.id)
ü BISAKAH SALAT JUM’AT DIJAMAK
DENGAN ASAR? - Gerakan Dakwah Pencerahan (muhammadiyahponorogo.or.id)