HIDUP ADALAH UJIAN

SELAMAT DATANG DI BLOG " KHAIRUL IKSAN "- Phone : +6281359198799- e-mail : khairul.iksan123@gmail.com

Selasa, 11 Juni 2024

Fikih Rekreasi: Bekal Masyarakat Muslim Berlibur ke Luar Kota

 



Fikih Rekreasi: Bekal Masyarakat Muslim Berlibur ke Luar Kota

Rekreasi dalam kamus besar Indobesia diartikan sebagai penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik.

Rekreasi biasanya dilakukan saat libur akhir pekan atau libur nasional seperti pergantian tahun baru. Masyarakat dunia lazim melakukan rekreasi, bertamasya, berlibur dan berwisata ke luar kota, luar negeri mendatangi tempat-tempat hiburan bersama keluarga, kerabat ataupun teman kantor.

Memang pada dasarnya menyukai dan mendatangi tempat-tempat yang indah termasuk kebutuhan yang biasa dimiliki semua orang.

Hukum asal rekresasi (tanazzuh) adalah boleh. Bahkan bisa menjadi kegiatan terpuji dan menuai pahala jika diniatkan untuk ibadah.

Dalam istilah arab melakukan perjalanan dari satu tempat ketempat yang lain disebut dengan as-siyāhah (parawisata). Melakukan perjalanan adalakanya bertujuan rekreasi (tanazzuh), menikmati pemandangan alam (taladzudz), dan menghayati keindahan ciptaan Allah SWT.

Pengertian rekreasi (tanazzuh), sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiyah Jamal ‘Ala al-Minhaj juz 1, halaman 596 adalah melakukan perjalanan bertujuan menyegarkan jiwa untuk menghilangkan kepenatan urusan dunia. Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami menjelaskan:

أَنَّ التَّنَزُّهَ غَرَضٌ صَحِيحٌ يُقْصَدُ فِي الْعَادَةِ لِلتَّدَاوِي وَنَحْوِهِ كَإِزَالَةِ الْعُفُونَاتِ النَّفْسِيَّةِ وَاعْتِدَالِ الْمِزَاجِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

“Sesungguhnya rekreasi adalah tujuan yang sah dan dibolehkan secara lumrahnya untuk pengobatan diri, seperti menghilangkan kesumpekan, meningkatkan semangat dan lain sebagainya.” (Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra_, juz 1, halaman 326-327).

Masyarakat Muslim yang sedang atau hendak melakukan rekreasi, penting diingatkan ulang, agar tetap memperhatikan kewajiban sholatnya. Dalam syariat Islam seseorang yang sedang dalam perjalanan jauh dengan jarak tempuh mencapai 82 km, dan bukan perjalanan yang maksiat (dilarang), maka dia mendapatkan kemurahan dan kemudahan (rukhshoh) dalam mengerjakan sholatnya.

Kemurahan dan kemudahan dalam mengerjakan shalat dimaksud adalah dapat menggabung dua shalat dalam satu waktu, shalat dzuhur digabung dengan ashar atau maghrib digabung dengan isya. Untuk shalat shubuh tidak bisa digabung.

Bisa juga dengan cara meringkas sekaligus menggabung dengan shalat yang lain, shalat Dzuhur, Ashar, Isya' masing-masing menjadi dua rakaat. Untuk Maghrib dan Shubuh tidak bisa diringkas.

Pada saat meringkas (qashar) shalat boleh juga sekaligus menggabung dengan sholat yang lain (jamak-qasar), Dzuhur digabung dengan ashar masing-masing menjadi dua rakaat, baik dilakuan diwaktu sholat Dzuhur (jamak takdim) atau diwaktunya shalat Ashar (jama' takhir).

Untuk penggabungan shalat Maghrib dengan Isya caranya shalat maghribnya tiga rakaat Isyanya boleh empat rakaat atau juga boleh Isyanya diringkas menjadi dua rakaat. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

 وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ الصَّلٰوةِ ۖ

"Apabila kamu bepergian di bumi, maka tidak dosa bagimu untuk mengqasar shalat." (QS An-Nisa' [4]:101).

Hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang jama' dan qashar shalat disebutkan, antara lain:

عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ قَالَ قُلْتُ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنْ الصَّلاَةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمْ الَّذِينَ كَفَرُوا فَقَدْ أَمِنَ النَّاسُ فَقَالَ عَجِبْتُ مِمَّا عَجِبْتَ مِنْهُ فَسَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ.

Artinya: “Diriwayatkan dari Ya’la Ibn Umayyah, ia berkata: Saya bertanya kepada ‘Umar Ibnul Khaththab tentang (firman Allah): “Laisa ‘alaikum junahun an taqshuru minashalah in khiftum an yaftinakumu-lladzina kafaru”. Padahal sesungguhnya orang-orang dalam keadaan aman. Kemudian Umar berkata, “Saya juga heran sebagaimana anda heran terhadap hal itu. Kemudian saya menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW.” Beliau bersabda, “Itu adalah pemberian Allah yang diberikan kepada kamu sekalian, maka terimalah pemberian-Nya.” (HR Muslim).

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ بِالْمَدِينَةِ أَرْبَعًا وَصَلَّى الْعَصْرَ بِذِي الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ.

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah SAW shalat Dzuhur di Madinah empat rakaat dan shalat ashar di Dzul Hulaifah dua rakaat.” (HR Muslim).

عَنْ مُعَاذٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ فَكَانَ يُصَلِّي الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا.

Artinya: “Diriwayatkan dari Mu’adz ra ia berkata: Kami pergi bersama Nabi SAW dalam Perang Tabuk, beliau melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar secara jama‘, demikian juga antara Maghrib dan Isya dilakukan secara jama‘. (HR Muslim).

Dalam Mazhab Syafiiyah perjalanan yang betujuan rekreasi kesuatu daerah sudah memenuhi unsur untuk melaksananan shalat jama' dan qashar. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam al-Fatāwā al-Kubrā juz 1 halaman 326-327 dan `I'ānah ath-Thālibīn, juz 2 halaman 101.

Sedangkan bepergian dengan tujuan hanya melihat satu daerah para ulama memiliki perbedaan pendapat. Menurut pendapat yang lebih sahih (qaul al-ashah), tujuan tersebut tidak memenui syarat untuk melaksanakan shalat jama' dan qashar sebagaimana yang ada didalam dua kitab di atas.

Sedangkan menurut Imam Ibrahim al-Bajuri dalam Hāsyiyah al-Bājūrī-nya, perjalanan yang bertujuan untuk bertamasya (rekreasi) dan sekedar melihat satu kawasan, maka dua tujuan terebut tidak termasuk perjalanan yang memperbolehkan shalat jama’ dan qashar. Penjelasan tersebut dapat dirujuk pada kitab Hāsyiyah al-Bājūrī juz 1 halaman 210.

Dalam Madzhab Hanbali sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Mughnī oleh Imam Ibnu Qudamah juga terjadi perbedaan pendapat sebagai berikut:

فَصْلٌ : وَفِي سَفَرِ التَّنَزُّهِ وَالتَّفَرُّجِ رِوَايَتَانِ : إحْدَاهُمَا ، تُبِيحُ التَّرَخُّصَ وَهَذَا ظَاهِرُ كَلَامِ الْخِرَقِيِّ لِأَنَّهُ سَفَرٌ مُبَاحٌ ، فَدَخَلَ فِي عُمُومِ النُّصُوصِ الْمَذْكُورَةِ ، وَقِيَاسًا عَلَى سَفَرِ التِّجَارَةِ وَالثَّانِيَةُ : لَا يَتَرَخَّصُ فِيهِ

"Pasal. Tentang pembahasan perjalanan dengan tujuan tamasya dan plesir terdapat dua pendapat. Pertama, mendapatkan keringanan (boleh menjama/meringkas shalat).

Pendapat ini diambil dari pernyataan lahiriyah Imam al-Khiraqy, karena tujuan tamasya dan plesir termasuk perjalanan yang diperbolehkan, maka tercakup dalam dalil keumuman nash dan dianalogkan dengan perjalanan niaga. Kedua, tidak mendapatkan keringanan (tidak boleh menjama/meringkas shalat.” (Al-Mughni li Ibn Qudamah juz 3 halaman 117).

Kemudian, jika ada dua jalan, dan memilih jalan yang lebih panjang karena sebab-sebab yang memudahkan dalam perjalanan rekreasi seperti lebih lancar, mudah dan aman, maka Imam an Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab memberikan komentar terkait ini:


وَإِنْ بَلَغَ أَحَدُ طَرِيقَيْهِ مَسَافَةَ الْقَصْرِ وَنَقَصَ الآخر عنها فان سلك الابعد لغرض من الطَّرِيقِ أَوْ سُهُولَتِهِ أَوْ كَثْرَةِ الْمَاءِ أَوْ الْمَرْعَى أَوْ زِيَارَةٍ أَوْ عِيَادَةٍ أَوْ بَيْعِ مَتَاعٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ الْمَقَاصِدِ الْمَطْلُوبَةِ دِينًا أَوْ دُنْيَا فَلَهُ التَّرَخُّصُ بِالْقَصْرِ وَغَيْرِهِ مِنْ رُخَصِ السَّفَرِ بِلَا خِلَافٍ وَلَوْ قَصَدَ التَّنَزُّهَ فَهُوَ غَرَضٌ مَقْصُودٌ فَيَتَرَخَّصُ


Artinya: Jika ada dua jalan, yang satu mencapai jarak boleh qashar dan satunya tidak, lalu jarak yang lebih jauh ditempuh karena jalannya lebih lancar, mudah dalam perbekalan, atau tujuan ziarah, mengunjungi atau menjenguk orang, serta tujuan lainnya baik dalam hal agama atau dunia, maka ia boleh meng-qashar shalat dan melakukan keringanan ibadah lainnya dalam perjalanan. Termasuk jika bermaksud hanya untuk rekreasi, maka ia juga termasuk tujuan yang jelas, maka ia juga mendapatkan rukhshah.


Maka, dari keterangan redaksi di atas bisa disimpulkan bahwa rekreasi atau berwisata merupakan perbuatan yang baik meski tujuannya duniawi, sehingga orang yang melakukannya diperolehkan untuk menjamak dan mengqashar shalatnya.

 

Alhasil, dalam rangka ihtiyath (hati-hati), meski perjalanan rekreasi atau pariwasata boleh hukumnya menggabung (jama') dan meringkas (qashar) shalat hendaknya dapat dipastikan perjalanan itu bukan perjalanan yang maksiat (dilarang), niatkan acara rekreasi untuk ibadah, menghayati ciptaan Allah SWT, menguatkan silaturahim dengan saudara atau kerabat dan niat baik lainnya. Wallāhu `A'lam bish shawāb.

Sumber :

ü MUI - Majelis Ulama Indonesia - MUI - Majelis Ulama Indonesia

ü Hukum Mengqashar Shalat karena Rekreasi saat Lebaran Idul Fitri | NU Online Lampung

 

Referensi Tentang Hukum Rekreasi dan Menjamak Shalat

ü دار الإفتاء - حكم الترخص برخص السفر في سفر النـزهة (aliftaa.jo)

ü هل يمنع خروج المرأة للترفيه أو التنزه  (islamweb.net)

ü حكم السفر إلى الخارج للتََّنزُّه والتَّمَتُّع (binbaz.org.sa)

ü لا حرج في خروج المرأة للتنزه مع مراعاة الآداب الشرعية (islamweb.net)

ü خروج المرأة للترفيه وشراء الحاجات - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)

ü حكم السفر للسياحة والصيد في بلاد الكفار - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)

ü حكم خروج المرأة من بيتها لغير ضرورة (binbaz.org.sa)

ü حكم خروج المرأة من بيتها لغير ضرورة أو حاجة (للتنزه والتفسح) (alukah.net)

ü حكم خروج الفتيات في رحلات خاصة بهنَّ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)

ü يخرج بعض الإخوة إلى البرية من أجل التنزه ولا... - ابن عثيمين (al-fatawa.com)

ü حكم السفر إلى الخارج للتََّنزُّه والتَّمَتُّع (binbaz.org.sa)

ü حكم السفر للسياحة (islamweb.net)

ü حكم السفر خارج الدول الإسلامية (binbaz.org.sa)

ü السفر إلى البلاد التي تنتشر فيه المنكرات - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)

ü السفر للسياحة والنزهة والطاعة من مصنفات العلامة ابن عثيمين (midad.com)

ü شروط جواز سفر المسلم للدراسة في بلاد الكفر (islamweb.net)

ü أحكام السفر للخارج - ملتقى الخطباء (khutabaa.com)

ü ما حكم السفر إلى بلاد المسلمين للتنزه .؟ - الالباني (al-fatawa.com)

ü حكم السفر إلى بلاد غير المسلمين - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار الإفتاء (dar-alifta.org)

ü ص1 - أرشيف ملتقى أهل الحديث - سؤال يجول في خاطري لماذا تهاون المسلمين في السفر للخارج صيفا - المكتبة الشاملة الحديثة (al-maktaba.org)

ü حكم جمع صلاة العصر قصرًا مع الجمعة للمسافر - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار الإفتاء (dar-alifta.org)

ü جمع العصر مع الجمعة | الدليل الفقهي (fikhguide.com)

ü هل يجوز للمسافر أن يجمع بين صلاتي الجمعة والعصر؟ (binbaz.org.sa)

ü حكم جمع الجمعة والعصر (islamweb.net)

ü حكم جمع صلاة الجمعة والعصر للمسافر (binbaz.org.sa)

ü لا يصح جمع صلاة العصر مع الجمعة - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)

ü جمع الجمعة والعصر للمسافر (islamweb.net)

ü مشروعية الجمع بين الجمعة والعصر جمع تقديم، هل هو قول الجمهور؟ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)

ü حكم الجمع بين الجمعة والعصر جمع تقديم (alukah.net)

ü حكم جمع صلاة العصر قصرًا مع الجمعة للمسافر - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار الإفتاء (dar-alifta.org)

ü المطلق: يجوز جمع صلاة الجمعة مع العصر.. لهذا السبب (sabq.org)

ü جمع العصر مع الجمعة | الدليل الفقهي (fikhguide.com)

ü دار الإفتاء - حكم جمع العصر مع صلاة الجمعة بسبب الحظر (aliftaa.jo)

ü ما حكم جمع صلاة الجمعة مع العصر - موضوع (mawdoo3.com)

ü ما حكم جمع الجمعة مع العصر؟ (saaid.org)

ü جمع الجمعة مع العصر للمسافر|فتاوى العبادات - فتاوى الصلاة|بوابة الافتاء اليمنية (fatwagate.com)

ü ص26 - كتاب شرح زاد المستقنع الشنقيطي التفريغ - حكم جمع صلاة العصر مع صلاة الجمعة للمسافر - المكتبة الشاملة (shamela.ws)

ü ص190 - أرشيف ملتقى أهل الحديث - سؤال عن جمع صلاة الجمعة مع صلاة العصر - المكتبة الشاملة الحديثة (al-maktaba.org)

ü الجمع بين صلاة الجمعة والعصر (naasan.net)

ü بداية جمع الصلاة وقصرها للمسافر والجمع في الحضر للحاجة - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار الإفتاء (dar-alifta.org)

ü طريقة الجمع والقصر للمسافر - موضوع (mawdoo3.com)

ü الجمع بين الجمعة والعصر - فقه المسلم (islamonline.net)

ü جمع الجمعة مع العصر | موقع فضيلة الشيخ مشهور بن حسن آل سلمان (meshhoor.com)

ü هل يجوز الجمع بين الجمعة والعصر؟ الرجاء من الجميع المشاركة - {منتديات كل السلفيين} (kulalsalafiyeen.com)

ü ص321 - كتاب مجموع فتاوى فضيلة الشيخ صالح بن فوزان - جمع صلاة الظهر مع صلاة العصر قبل السفر - المكتبة الشاملة (shamela.ws)

ü ص45 - كتاب فتاوى اللجنة الدائمة المجموعة الثانية - جمع صلاة الجمعة مع العصر للمسافر في وقت الجمعة - المكتبة الشاملة (shamela.ws)

ü هل تجمع صلاة الجمعة مع صلاة العصر - منتديات الإمام الآجري (ajurry.com)

ü جمع الظهر والعصر قبل أذان العصر بنص ساعة؟ - وليد بن راشد السعيدان - طريق الإسلام (islamway.net)

ü حكم الجمع بين الجمعة والعصر (saaid.org)

ü الإفتاء توضح حكم جمع صلاة العصر قصرًا مع الجمعة للمسافر (cairo24.com)

ü Hukum Menjamak Shalat Jumat dan Shalat Ashar (nu.or.id)

ü Musafir Menjamak Shalat Jumat dan Ashar, Bolehkah? | Tebuireng Online

ü Tata Cara Shalat Jamak dan Qashar dalam Perjalanan | NU Online Lampung

ü Menjama’ Shalat Jum’at Dengan Ashar | Almanhaj

ü Berikut Ketentuan Lengkap Ibadah Shalat Jumat (nu.or.id)

ü Panduan Lengkap Shalat Jamak saat Perjalanan Jauh  (nu.or.id)

ü BISAKAH SALAT JUM’AT DIJAMAK DENGAN ASAR? - Gerakan Dakwah Pencerahan (muhammadiyahponorogo.or.id)

Bolehkah Menjamak Shalat Ashar dengan Shalat Jumat? (rumahfiqih.com)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: