Ilmu Balaghah dan Objek Kajiannya
Balaghah
adalah salah satu ilmu ‘memperindah bahasa’ dalam Bahasa Arab yang telah lama
dikenal seiring dengan berkembangnya kesusastraan Arab. Kata balaghah (بلاغة) sendiri berasal dari lafadz بلغ yang berarti sampai atau mencapai,
sama artinya dengan kata وصل dan انتهى.
Pengertian
Balaghah jika merujuk persamaannya dalam Al-qur’an, maka dapat ditemukan dalam
Qs. Al-kahfi: 90
حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى
قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا (٩٠(
Artinya:
“Sehingga jika Dia sudah
sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur), Dia mendapati matahari itu
menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang
melindunginya dari (cahaya) matahari itu.”
Secara istilah, Balaghah
merupakan sifat kalaam dan mutakallim, merujuk kepada perkataan “baligh”, yaitu
yang perkataannya tercapai/sampai sesuai yang dimaksud dan mutakallim yang
baligh, yaitu tercapai atau tersampaikan yang dikatakan.
Yang dimaksud sifat kalam
yang baligh adalah Pertama, Tanaasuq al-ashwaat (kesesuaian bunyi) : a) derajat
terendahnya ialah ketiadaan tanaafur huruf, b) derajat tertingginya ialah
kesesuaian antara bunyi dan makna. Kedua, Tarkib lughawi yang sesuai: a) shahih
(bebas dari khatha’ dan syadzdz), b) merepresentasikan makna secara efektif.
Ketiga, Mengandung unsur-unsur imajinatif yang berkesan, dari segi Madhmun
(makna) maupun dari segi Syakl (lafazh). Hubungan diantara keduanya ibarat
jasad dengan ruh.
Dengan demikian,
Balaghoh dapat juga diartikan sebagai kesesuaian antara konteks ucapan dengan
situasi dan kondisi lawan bicara (muthabaaqah al-kalaam bi muqtadhaa al-haal).
Tak hanya sesuai konteks, tapi juga disertai penggunaan kalimat atau bahasa
yang fashih, jelas, dan mudah dipahami.
Balaghah berhubungan
dengan masalah kalimat, yakni tentang tarkibnya, artinya, membekas di jiwa,
keindahan kata, dan keahlian dalam menentukan pilihan kata (diksi) yang sesuai
dengan tata bahasa dan indah didengar. Balaghah sendiri tidak dapat menjadi
sifat untuk kalimat, dan perkara inilah yang membuatnya berbeda dengan
fashahah.
Fashahah berarti
implementasi makna melalui lafazh-lafazh yang jelas, meliputi : 1) Kemudahan
pelafalan. 2) Kejelasan makna (tidak gharib). 3) Ketepatan sharaf. 4) Ketepatan
nahwu. Setiap kalimat yang baligh mesti fashiih, namun tidaklah kalimat yang
fashiih itu selalu baliigh.
Obyek kajian Ilmu
Balaghah ada tiga, yaitu:
1.
Ilmu Ma’aniy ( علم المعانى )
Secara bahasa, Ma’aniy
berarti ‘maksud’, ‘pengertian’, atau ‘makna’. Yang dimaksud sebenarnya Ma’any
dalam kajian Ilmu Balaghah adalah penyampaian melalui ungkapan sesuatu yang ada
dalam pikiran seseorang atau gambaran dari pikiran.
Abd al-Qahir
al-Jurzanji, seorang ulama ahli bahasa Arab mengungkapkan bahwa fokus kajian
ma’aniy adalah kalimat-kalimat (Jumlah) dalam Bahasa Arab. Asas dari jumlah
ialah isnad yang terbagi dua, yaitu jumlah khabariyah (khabar) dan jumlah
insya-iyah (Insya’).
Tujuan-tujuan Khabar
yaitu: 1) Tujuan asal dan yang lazim ialah untuk memberitahu kepada mukhathab
sesuatu yang belum ia ketahui. 2) Tujuan lainnya ialah ta’tsir nafsi
(memberikan kesan kejiwaan) yang meliputi : ‘izhah (nasihat),
sikhriyah(olok-olok), istihtsaats (membangkitkan semangat), dan madh (pujian).
Bentuk-bentuk Khabar,
yaitu: 1) Uslub (dharb) ibtida-iy : tanpa adat ta’kid, digunakan apabila
mukhathab dalam keadaan khaliy al-dzihni. 2) Uslub (dharb) thalabiy :
menggunakan satu ta’kid, digunakan apabila mukhathab ragu-ragu sehingga
membutuhkan penegasan. 3) Uslub (dharb) inkariy : menggunakan dua ta’kid atau
lebih, digunakan jika mukhathab mungkir terhadap khabar.
Sedang jenis-jenis
insya’ yang terpenting adalah Amr, Nahy, Istifham, dan Tamanniy.
Shighat-shighat amar yaitu: 1) F’il amar. 2) Fi’il mudhari’ yang didahului oleh
laam amr. 3) Mashdar sebagai pengganti fi’il amar, sedang makna amar adalah
talab al-fi’il dari otoritas yang lebih tinggi kepada otoritas yang lebih
rendah. Makna nahy sendiri adalah talab tark al-fi’il dari otoritas yang lebih
tinggi kepada otoritas yang lebih rendah. Terkadang amar dan nahy mempunyai
makna lain, yaitu: 1) Doa. 2) Tahqiir. 3) Tahdiid. 4) Nasihat. 5) Sikhriyyah
(olok-olok)
Untuk Istifham memiliki
Adat-adatnya tersendiri, yaitu 1) Dua huruf : hamzah dan hal. Perbedaan antara
hamzah dan hal : a) Hamzah bisa digunakan untuk menuntut penentuan pilihan.
Dalam hal ini hamzah disertai dengan huruf “am” (atau). b) Pertanyaan dengan
hamzah cocok jika digunakan menghadapi orang yang ragu-ragu atau mendustakan.
2) Sembilan isim : 1.Maa : menuntut definisi hakikat yang ditanyakan. 2.Man :
menuntut penentuan yang ditanyakan berupa isim atau shifat yang berakal. 3.Ayyu
: menuntut penentuan salah satu dari hal-hal yang di-idhafah-kan kepadanya.
4.Kam : menanyakan jumlah. 5.Kaifa : menanyakan hal (keadaan). 6.Aina : menanyakan
tempat. 7.Annaa : terkadang bermakna “darimana (min aina)” dan terkadang
bermakna “bagaimana (kaifa)”. 8.Mataa : menanyakan waktu. 9.Ayyaana :
menanyakan waktu
Terkadang istifham bisa
menimbulkan makna yang bukan makna asli istifham. Makna-makna tersebut ialah:
1) Ta’ajjub, 2) Taubikh, 3) Istihzaa’, 4) Wa’iid, 4) Tamanniy, 5) Taqriir, 6)
Istibthaa’, 7) Istihtsaats, dan 8) Tahwiil
Tamanniy disini ialah:
1) Laita, 2) Hal, 3) La’alla, 4) Lau laa, 5) Lau maa
2.
Ilmu Bayaan ( علم البيان )
Secara bahasa, Bayaan (البيان) artinya ‘terang’ atau ‘jelas, sedang
secara istilah Bayaan adalah salah satu unsur kajian dalam Ilmu Balaghah yang
menjelaskan tentang cara-cara atau metode menyampaikan pemikiran, ide, gagasan,
atau ungkapan dengan tarkib (susunan yang bervariasi).
Kajian Bayaan ini untuk
pertama kalinya dimodifikasi oleh Abu Ubaidah Ibn al-Matsani dalam kitab ” مجاز القران ” yang berfokus pada تشبيه (penyerupaan), مجاز
(majaz), dan كناية (konotasi)
bahasa. Itulah sebabnya dalam Kajian Bayaan, dipelajari tentang Tasybih.
Tasybih yaitu Uslub yang
menunjukkan perserikatan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam
sifatnya. Rukun-rukun atau unsur-unsurnya ialah: 1) Musyabbah : obyek yang
ingin disifati, 2) Musyabbah bihi : sesuatu yang dijadikan sebagai model untuk
perbandingan, 3) Wajh al-syibh : sifat yang terdapat dalam perbandingan, 4)
Aadaat al-tasybih : kata yang dipakai untuk menunjukkan adanya tasybih. Bisa
berupa huruf (kaaf, ka-anna), fi’il (hasiba, zhanna, khaala, dsb), atau isim
(matsal, syibh, syabiih,dan sebagainya).
Ada beberapa Tasybih
yang dikenal, yaitu (1) Tasybih Baliigh yaitu tasybih yang unsur-unsurnya
tinggal dua saja yaitu musyabbah dan musyabbah bih. (2) Tasybih Tamtsili
(Tasybih al-Tamtsil, Matsal) yaitu jenis tasybih yang wajh al-syibh nya murakkab
dari beberapa sifat, dan biasanya aqli. (3) Tasybih Dhamni yaitu tasybih yang
dipahami dari siyaq (konteks) kalimat, dan biasanya dilakukan dengan dua jumlah
atau lebih sebagai ganti dari satu jumlah.
Ada pula yang disebut
Tasybih Maqlub (Tasybih Yang Dibalik), yaitu Asalnya, sifat yang ada pada
musyabbah bih mesti lebih kuat daripada sifat pada musyabbah. Namun dalam
tasybih maqlub, kondisi tersebut dibalik yakni sifat yang ada pada musyabbah
lebih kuat daripada yang ada pada musyabbah bih. Pembalikan ini dilakukan untuk
tujuan mubalaghah, yakni untuk menunjukkan bahwa sifat yang ada pada musyabbah
sudah sangat kuat dan agar perhatian memang tertuju pada musyabbah.
Adapun Tujuan-tujuan
Tasybih secara umum untuk menjadikan suatu sifat lebih mudah diindera. Secara
terperinci tujuan yang dimaksud ialah: 1) Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan
kualitas sifat), 2) Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat), 3) Tahsiin
al-musyabbah (memperindah musyabbah), 4) Taqbiih al-musyabbah (memperburuk
musyabbah), 5) Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah, dan 6) Itsbaat
qadhiyyah al-musyabbah.
Sedang yang dimaksud
Majaz ialah Penggunaan suatu kata dengan makna yang lain daripada maknanya yang
lazim. Kebalikan dari majaz ialah haqiqah. Majaz ada dua macam, yaitu: 1) Majaz
Mursal, yaitu majaz yang tidak dibangun diatas tasybih. 2) Isti’arah, yaitu
majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna
haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan (syibh) antara makna yang dipakai
tersebut dan makna haqiqinya.
Isti’arah diantaranya
dikenal, yaitu: 1) Isti’arah Tashrihiyah, yaitu mengemukakan maksud musyabbah
dengan menggunakan lafazh musyabbah bih, dan setiap orang mesti akan memahami
bahwa maksud yang sebenarnya ialah musyabbah berdasarkan konteks kalimatnya.
Dalam hal ini sang penutur menggunakan musyabbah bih dengan menghilangkan
musyabbahnya. Konteks kalimat harus benar-benar menunjukkan bahwa musyabbah bih
tidaklah digunakan dalam makna hakikinya, tetapi sebaliknya yakni mengandung
makna musyabbah. Indikasi yang demikian ini disebut sebagai qarinah
al-isti’arah.
Yang kedua adalah Isti’arah Makniyah, yaitu bahwa dalam
isti’arah ini, musyabbah bih tidak muncul dengan jelas akan tetapi sedikit
samar. Lafazh yang menunjukkan isti’arah dengan demikian bukanlah lafazh
musyabbah bih melainkan lafazh-lafazh yang mengiringinya atau lafazh-lafazh
yang menunjukkan sifat-sifatnya. Lafazh-lafazh ini dinisbatkan kepada musyabbah
bih. Jadi, tasybih yang ditimbulkan bersifat mudhmar didalam pikiran.
Apabila suatu isti’arah makniyah menyerupakan sesuatu dengan manusia maka ia
disebut tasykhish (personifikasi).
Sementara yang dimaksud dengan Kinayah adalah penunjukan
terhadap suatu makna yang dimaksud dengan secara tidak langsung, dimana lafazh
yang dipakai tidak sampai keluar dari makna haqiqinya ke makna majazinya.
Macam-macam kinayah itu adalah: 1) Kinayah dari shifat, 2) Kinayah dari dzat,
dan 3) Kinayah dari nisbah.
3.
Ilmu Badii’ ( علم البديع)
Ilmu badi’ adalah
sesuatu yang baru yang belum ada bahkan tidak ada contoh sebelumnya,
menjelaskan tentang tata cara atau kaifiyah memperindah kalimat dan
memembuatnya sangat nikmat untuk dibaca, diucapkan, ataupun didengar.
Dalam kajian Ilmu Badii’
lah dijelaskan keunggulan sebuah kalimat sehingga dapat membuatnya
semakin indah, baik serta memodifikasinya dengan keindahan kalimat tersebut
sesuai dengan situasi dan kondisi lawan bicara dan telah jelas makna yang
dikehendakinya
Dalam Ilmu Badii’,
dikenal Thibaaq wa Muqaabalah. Thibaaq adalah menggabungkan dua hal yang saling
bertentangan dalam sebuah kalam, sedang Muqabalah adalah jenis thibaq dimana
terdapat dua makna atau lebih yang diikuti (disusul) dengan lawannya secara
urut.
Sebagaimana sajak yang
harus ada kesesuaian pada akhir dari hentian-hentian (waqaf) pada natsr. Dalam
syi’r, yang demikian ini disebut dengan qafiyah. Sebagian ulama tidak sepakat
apabila dikatakan bahwa kebanyakan ayat Al-Qur’an merupakan sajak-sajak.
Para Ulama lebih suka
menyebutnya sebagai faashilah (jamak : fawaashil) dibanding sajak. Alasannya:
1) Sajak itu mesti berulang-ulang sebagaimana qafiyah dalam syi’r. Sementara,
apa yang terdapat dalam Al-Qur’an tidaklah seluruhnya demikian. 2) Sajak itu
dibuat dengan mengalahkan makna dalam rangka kesesuaian bunyi atau lafazh.
Sementara, Al-Qur’an sangat memelihara makna atau menjadikan makna sebagai hal
yang terpenting diatas yang lainnya.
Dalam Ilmu Badii’, juga dikenal Jinas, yaitu keserupaan lafazh antara dua kata atau lebih tanpa disertai keserupaan makna. Jinas ada dua, yaitu taamm dan naaqish. Dikenal pula yang disebut Tauriyah, yaitu penggunaan dua kata yang sama dengan makna yang berbeda.
DAFTAR ISI KITAB 1
:
BAB 1 : FASHAHAH
(1) Pengertian Fashahah (Menurut Bahasa
& Istilah); (2) Fashihah Al-Kalimah (Tanafur Al-Huruf & Pembagiannya),
(Gharabah & Pembagiannya), Mukhalafah Al-Qiyas & Karahah fi Sam’i; (3)
Fashahah Al-Kalam (Tanafur Al-Kalimah & Pembagiannya), Dha’fu Al-Ta’lif,
Al-Ta’qid Al-Lafziy, Al-Ta’qid Al-Ma’nawiy, Katsrah Al-Tikrar & Tatabu’
Al-Idhafat; (4) Fashahah Al-Mutakallim.
BAB 2 : BALAGHAH
(1) Pengertian Balaghah (Secara Bahasa,
Istilah & Contoh Kalam Baligh); (2) Unsur-Unsur Balaghah; (3) Perbedaan
Fashahah & Balaghah; (4) Keterangan Lainnya.
BAB 3 : USLUB
(1) Pengertian Uslub (Secara Etimologi
& Terminologi, Penjelasan Definisi & Contohnya); (2) Kriteria Uslub
yang Baik (Tujuan, Mutakkalim, Mukhathab & Uslub); (3) Pembagian Uslub
(Uslub Ilmiyyah, Uslub Sastra & Uslub Khithabi); (4) Korelasi Antara Uslub
& Balaghah.
DAFTAR ISI KITAB 2 :
BAB 1 : MUKADIMAH ILMU MA’ANI
(1) Pengertian Ilmu Ma’ani (Secara Bahasa
& Istilah); (2) Objek Kajian Ilmu Ma’ani; (3) Manfaat Ilmu Ma’ani; (4)
Sumber Pengambilan Ilmu Ma’ani; (5) Peletak Dasar Ilmu Ma’ani.
BAB 2 : KALAM KHABARI
(1)
Pengertian Kalam Khabari (Khabar & Contoh Kalam Khabari); (2) Pembagian
Kalam Khabari (Jumlah Fi’liyyah & Jumlah Ismiyyah beserta fungsinya); (3)
Tujuan Kalam Khabari (Faedah Al-Khabar & Lazim Al-Faedah serta Faedah
Lainnya); (4) Jenis-Jenis Kalam Khabari (Ibtida’i, Thalabi & Inkari); (5)
Pengertian Deviasi Kalam Khabari; (6) Macam-Macam Deviasi Kalam Khabari (Kalam
Jahil Untuk Mukhathab Alim, Kalam Thalabi untuk Mukhathab Khali Al-Dzihni,
Kalam Inkar untuk Mukhathab Ghair Munkir, Kalam Inkar untuk Mukhathab
Mutaraddid, Kalam Ibtida’i untuk Mukhathab Munkir & Kalam Thalabi untuk
Mukhathab Munkir).
BAB 3 : KALAM INSYA’I
(1) Pengertian Kalam Insya’i (Secara
Bahasa & Istilah); (2) Pembagian Kalam Insya’i (Thalabi & Ghair Thalabi
Beserta Pembagiannya); (3) Pembagian, Pengertian & Variasi Makna Kalam
Insya’i Thalabi (Amr, Nahyu, Istifham, Tamanni, Nida’).
BAB 4 : MUSNAD & MUSNAD ILAIHI
(1) Mukadimah; (2) Musnad (Pengertian
& Tempat-Tempatnya); (3) Musnad Ilaihi (Pengertian Secara Bahasa & Istilah,
Posisi & Tempat-Tempat Musnad Ilaihi Dalam Kalimat); (4) Me-Makrifah-kan
Musnad Ilaihi (Isim Alam, Isim Dhamir, Isim Isyarah, Isim Maushul, Alif Lam,
Idhafah & Nida’); (5) Me-Nakirah-kan Musnad Ilaihi & Tujuannya; (6)
Ketentuan Yang Berlaku Dalam Pengulangan Isim Zhahir Berhubungan Dengan
Me-Ma’rifah-kan & Me-Nakirah-kan Musnad Ilaihi; (7) Menyebutkan Musnad
Ilaihi (Pengertian Al-Dzikr Secara Bahasa & Beberapa Tujuan Menyebutkan
Musnad Ilaihi); (8) Membuang Musnad Ilaihi (Pengertian Al-Hadzf Secara Bahasa,
Istilah & Beberapa Tujuan Al-Hadzf); (9) Mendahulukan Musnad Ilaihi Dalam
Jumlah Ismiyyah & Tujuannya; (10) Mendahulukan Musnad Ilaihi Dalam Jumlah
Fi’liyyah & Dua Hal Terpentingnya; (11) Mendahulukan dan Mengakhirkan
Musnad Ilaihi Untuk Menafikan Keumuman & Mengumumkan Nafi; (12) Menyebutkan
Musnad; (13) Menghapus Musnad; (14) Me-Ma’rifah-kan Musnad; (15) Me-Nakirah-kan
Musnad; (16) Mendahulukan Musnad; (17) Mengakhirkan Musnad.
BAB 5 : QASHR
(1) Pengertian Qashr (Menurut Bahasa &
Istilah Ilmu Balaghah); (2) Unsur-Unsur Dalam Qashr (Maqshur, Maqshur ‘Alaihi,
Maqshur ‘Anhu & Adat Qashr); (3) Jenis-Jenis Qashr (Dilihat Berdasarkan
Hubungan Antara Pernyataan Dengan Realitas Qashr; Qashr Haqiqi & Qashr
Idhafi; Ifrad, Qalb & Ta’yin) (Dilihat Berdasarkan Dua Unsur Utamanya Yaitu
Maqshur dan Maqshur ‘Alaihi; Qashr Sifah ‘Ala Maushur & Qashr Maushuf ‘Ala
Sifah); (4) Teknik/Uslub Penyusunan Ungkapan Qashr (Mendahulukan Yang
Seharusnya Diakhirkan, Dhamir Pemisah, Menggunakan Kata Pengkhusus, Menggunakan
Dalil Di Luar Teks, Menggunakan Adat Qashr).
BAB 6 : FASHL
(1) Pengertian Fashl (Menurut Bahasa,
Istilah Ilmu Balaghah & Contohnya); (2) Tempat & Syarat Fashl (Kamal
Al-Ittishal, Kamal Al-Inqitha’, Syibh Kamal Al-Ittishal, Syibh Kamal
Al-Inqitha’ & Al-Tawassuth Baina Al-Kamalaini Ma’a Qiyam Al-Mani’).
BAB 7 : WASHL
(1) Pengertian Washl (Menurut Bahasa &
Istilah Ilmu Balaghah); (2) Tempat & Syarat Washl (Keadaan I’rab Antar
Kedua Kalimat Tersebut Sama Hukumnya, Kedua Kalimat Tersebut Harus Di-Washl-kan
Ketika Dikhawatirkan Akan Terjadi Kekeliruan Jawaban & Kedua Kalimat
Sama-Sama Khabar Atau Insya’i Dan Mempunya Keterkaitan Yang Sempurna); (3)
Jumlah Haliyyah (Terdiri Dari Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ & Jumlah
Ismiyyah).
BAB 8 : IJAZ
(1) Pengertian Ijaz (Menurut Bahasa &
Istilah Ilmu Balaghah, Maksud Definisi, Contoh Ijaz, Tidak Setiap Perkataan
Yang Singkat Itu Dinamakan Ijaz & Tempat-Tempat Kalam Ijaz); (2) Pembagian
Ijaz (Ijaz Qashr; Pengertian & Contohnya) (Ijaz Hadzf; Pengertian, Ungkapan
Yang Dibuang Dalam Kalimat Ijaz Antara Lain: Huruf, Kata Isim Yang Berfungsi
Sebagai Mudhaf, Kata Isim Yang Berfungsi Sebagai Mudhaf Ilaihi, Kata Isim Yang
Berfungsi Sebagai Maushuf, Kata Isim Yang Berfungsi Sebagai Sifat, Adat Syarth,
Frase Jawab Syarth, Kata Sebagai Musnad, Berupa Musnad Ilaihi, Berupa Lafaz
Yang Bersandar, Berupa Jumlah, Berupa Beberapa Jumlah); (3) Tujuan Kalam Ijaz
(Tashil Al-Hifzi, Taqrib Al-Fahmi, Dhayyiq Al-Maqam, Al-Ikhfa’ & Al-Dhajar
Wa Al-Saamah).
BAB 9 : ITHNAB
(1) Pengertian Ithnad (Definisi, Tathwil
& Hasywu); (2) Faedah/Manfaat/Tujuan & Bentuk-Bentuk Ithnab (Dzikr
Al-Khash Ba’da Al-‘Amm, Dzikr Al-‘Amm Ba’da Al-Khas, Al-Idhah Ba’da Al-Iham,
Dzikr Al-Khas Ba’da Al-‘Amm, Dzikr Al-‘Amm Ba’da Al-Khas, Al-Ighal, Al-Tadzyil,
Al-Tikrar, Al-I’tiradh, Al-Ihtiras, Al-Tausyi’, Al-Tatmim).
BAB 10 : MUSAWAH
(1) Pengertian Musawah (Menurut Bahasa
& Istilah Ilmu Balaghah); (2) Contoh Musawah; (3) Macam-Macam Musawah
(Dengan Ringkas & Tidak Ringkas); (4) Perbedaan Musawah Dengan Ijaz &
Ithnab.
BAB 11 : ITHLAQ & TAQYID
(1) Pengertian Ithlaq & Taqyid Serta
Contohnya; (2) Bentuk-Bentuk Taqyid (Taqyid Dengan Na’at: Takhshish &
Taudhih Al-Man’ut) (Taqyid Dengan Taukid, Athaf Bayan, Athaf Nasq, Badal,
Dhamir Fashl, ‘Amil Nasikh, Syarth, Nafyu, Lima Maf’ul dan Semisalnya).
BAB 12 : KEADAAN MENGENAI FI’IL
(1) Keadaan Pertama: Asal dari Fi’il
adalah Ma’lum, Akan Tetapi Terkadang Berbentuk Majhul dengan Menghapus
Fa’il-nya dengan Tujuan-Tujuannya; (2) Keadaan Kedua: Asal dari Maf’ul Adalah
Diakhirkan Dari Fi’il-nya, Tidak Didahulukan Darinya Kecuali Dengan
Tujuan-Tujuannya; (3) Keadaan Ketiga: Asal dari Amil Adalah Didahulukan Dari
Ma’mul-nya, Sebagaimana Bahwa Asal dari Ma’mul Adalah Didahulukan Umdah-nya
Dari Fadhlah-nya. Kecuali Dengan Sebab-Sebab Tertentu; (4) Keadaan Keempat:
Adapun Didahulukan Fadhlah Atas Lainnya.
BAB 13 : KALAM ‘ALA KHILAFI MUQTADHA
AL-ZHAHIR
(1) Bentuk Pertama: Menempatkan Kalam
Insya’i Pada Tempat Kalam Khabari; (2) Bentuk Kedua: Menempatkan Kalam Khabar
Pada Tempat Kalam Insya’i; (3) Bentuk Ketiga: Tajahu Al-‘Arif; (4) Bentuk
Keempat: Menempatkan Isim Dhamir Pada Tempat Selain Isim Zhahir; (5) Bentuk
Kelima: Menempatkan Isim Zhahir Pada Tempat Isim Dhamir; (6) Bentuk Keenam:
Uslub Al-Hakim; (7) Bentuk Ketujuh: Jawaban Yang Menyimpang Dari Pertanyaan;
(8) Bentuk Kedelapan: Penggunaan Fi’il Madhi Untuk Zaman Mustaqbal; (9) Bentuk
Kesembilan: Penggunaan Fi’il Mudhari’ Untuk Zaman Madhi; (10) Penggunaan Isim
Fa’il Atau Isim Maf’ul Untuk Zaman Mustaqbal; (11) Bentuk Kesebelas: Qalb; (12)
Bentuk Kedua Belas: Taghlib.
DAFTAR ISI KITAB 3 :
BAB 1 : MUKADIMAH ILMU BAYAN
(1) Pengertian Ilmu Bayan (Secara Bahasa dan Istilah
Ilmu Balaghah); (2) Peletak Dasar Ilmu Bayan; (3) Faedah/Manfaat Mempelajari
Ilmu Bayan; (4) Objek Kajian Ilmu Bayan; (5) Sasaran Ilmu Bayan.
BAB 2 : TASYBIH
(1) Pengertian Tasybih (Menurut Bahasa & Istilah
Ilmu Bayan, Bentuk Tasybih & Tasybih Merupakan Langkah Awal Untuk
Menjelaskan Suatu Makna dan Sara Untuk Menjelaskan Sifat; (2) Rukun Tasybih
(Musyabbah, Musyabbah Bih, Wajh Al-Syibh, Adat Tasybih) (Musyabbah Bih: Konkrit
dengan Konkrit, Abstrak dengan Abstrak, Konkrit dengan Abstrak & Abstrak
dengan Konkrit) (Wajh Al-Syibh Ditinjau dari Hakikat Musyabbah dan Musyabbah
Bih: Al-Dakhili, Al-Khariji Al-Hakiki Al-Hissi, Al-Khariji Al-Hakiki Al-‘Aqli,
Khariji Nisbi Idhafi) (Wajh Al-Syibh Ditinjau dari Sisi Tersusun dan Tidaknya:
Al-Mufrad, Al-Murakkab, Al-Muta’addid) (Wajh Al-Syibh Al-Tadhadh) (Macam-Macam
Bentuk Adat Tasybih); (3) Pembagian Tasybih Berdasarkan Segi Ada Tidaknya Adat
Tasybih-nya: Tasybih Mursal & Tasybih Mu’akkad; (4) Pembagian Tasybih
Berdasarkan Ada Tidaknya Wajh Al-Syibh: Tasybih Mufashshal & Tasybih
Mujmal; (5) Pembagian Tasybih Berdasarkan Ada Tidaknya Adat & Wajh
Al-Syibh: Tasybih Baligh & Tasybih Ghair Baligh; (6) Pembagian Tasybih
Berdasarkan Wajh Al-Syibh: Tasybih Tamtsil & Tasybih Ghair Tamtsil; (7)
Pembagian Tasybih Berdasarkan Ifrad & Susunan Tarkib-nya Musyabbah &
Musyabbah Bih: Keduanya Mufrad Secara Mutlak atau Muqayyad, Keduanya Murakkab,
Musyabbah Mufrad & Musyabbah Bih Murakkab, Musyabbah Murakkab &
Musyabbah Bih Mufrad; (8) Pembagian Tasybih Berdasarkan Berbilang atau Tidak
Pada Musyabbah & Musyabbah Bih: Malfuf, Mafruq, Taswiyat & Jamak; (9)
Pembagian Tasybih Berdasarkan Tujuannya: Hasan Maqbul, Qabih Mardud; (10)
Tasybih Lainnya: Tasybih Qarib Mubtadzil, Tasybih Ba’id Gharib, Tasybih Maqlub
& Tasybih Dhimmi; (11) Maksud & Tujuan Tasybih; (12) Tingkatan Tasybih
dari yang Terlemah Hingga Terkuat.
BAB 3 : HAKIKAT
(1) Pengertian Hakikat (Menurut Bahasa & Istilah);
(2) Hakikat Ditinjau dari Segi Berbagai Objek Pembahasannya (Hakikat Lughawiyyah:
Wadh’iyyah & ‘Urfiyyah), (Hakikat Ishthilahiyyah: Syai’yyah, ‘Urfiyyah
Khassah & ‘Urfiyyah ‘Amah); (3) Penyebab Tidak Berlakunya Hakikat.
BAB 4 : MAJAZ
(1) Pengertian Majaz (Secara Bahasa & Istilah,
Contoh Ungkapan Majaz); (2) Konsep Majaz; (3) Keterkaitan Yang Menjadi Syarat
Penggunaan Majaz; (4) Kedudukan Hukum Antara Hakikat & Majaz; (5) Faedah
Majaz Dalam Al-Quran; (6) Sebab Lafaz Atau Ungkapan Disebut Majaz (Sebab Lafzi
& Sebab Tarkibi/Isnadi); (7) Pembagian Majaz Secara Garis Besarnya (Majaz
Lughawi & Majaz Aqli) (Majaz ‘Aqli: Sababiyyah, Zamaniyyah, Makaniyyah,
Mashdariyyah, Isnad Lafaz Mabni Ma’lum kepada Maf’ul-nya & Isnad Lafaz
Mabni Majhul kepada Fa’il-nya); (8) Pembagian Majaz Lughawi (Majaz Isti’arah
& Majaz Mursal) (Majaz Mursal: Sababiyyah, Musababiyyah, Juz’iyyah,
Kuliyyah, I’tibaru Ma Kana, I’tibaru Ma Yakunu, Mahaliyyah, Haliyyah, Aliyah,
Mujawirah, Lazimiyyah, Malzumiyyah, Taqyid kemudian Ithlaq, Umum, Khusus,
Badaliyyah, Mubdaliyyah, Ta’alluq Isytiqaqi & Majaz Bi Musyarafah) ; (9)
Pembagian Isti’arah Berdasarkan Musta’ar Lahu & Minhu: Isti’arah
Tashrihiyyah & Isti’arah Makniyyah; (10) Pembagian Isti’arah Berdasarkan
Bentuk Lafaznya (Isti’arah Ashliyyah & Isti’arah Taba’iyyah); (11)
Pembagian Isti’arah Berdasarkan Dari Kata Yang Mengikutinya (Isti’arah
Murasysyahah, Isti’arah Muthlaqah & Isti’arah Mujarradah); (12) Pembagian
Isti’arah Berdasarkan Dari Wajh Al-Syibh: Isti’arah Qaribah/’Ammiyyat &
Isti’arah Gharibah/Khashiyyat; (13) Pembagian Isti’arah Berdasarkan Dari Kedua
Ujungnya: Isti’arah Inadiyah & Isti’arah Wifaqiyah; (14) Pembagian
Isti’arah Berdasarkan Jami’ dan Kedua Tharf-nya: Jami’ dan kedua Tharf-nya
Hissi, Jami’-nya Aqli dan kedua Tharf-nya Hissi, Jami’-nya Mukhtalif, baik
Hissi maupun ‘Aqli dan kedua Tharf-nya Hissi, Jami’ dan Kedua Tharf-nya ‘Aqli,
Jami’ dan Musta’ar Lahu Berupa Aqli dan Musta’ar Minhu-nya Hissi, Jami’ dan
Musta’ar Minhu-nya Aqli dan Musta’ar Lahu-nya Hissi; (15) Isti’arah
Tamtsiliyyah (Pengertian, Pembagian Isti’arah Tamtsiliyyah: Tahqiqiyah & Tahliliyah,
Perbedaan Tasybih Tamtsili & Isti’arah Tamtsiliyyah).
BAB 5 : KINAYAH
(1) Pengertian Kinayah: Menurut Bahasa, Istilah,
Perbedaan Antara Majaz & Kinayah, Contoh Kinayah; (2) Pembagian Kinayah
Dari Segi Makna/Makni ‘Anhu (Kinayah ‘An Shifah: Kinayah Qaribah/Sadzijah &
Kinayah Ba’idah/Mustamilah, Kinayah ‘An Maushuf, Kinayah ‘An Nisbah &
Kinayah ‘An Shifah Wa Nisbah); (3) Pembagian Kinayah Berdasarkan Dari
Wasaith/Perantara (Ta’ridh Beserta Tujuannya, Talwih, Ima/Isyarah & Ramz);
(4) Tujuan-Tujuan Kinayah; (5) Hubungan Kinayah Dengan Majaz; (6) Hubungan
Kinayah Dengan Irdaf/Sinonim.
DAFTAR ISI KITAB 4 :
BAB 1 :
MUKADIMAH ILMU BADI’
(1) Pengertian Ilmu Badi’ (Menurut Bahasa &
Istilah Ilmu Balaghah; (2) Peletak Dasar Ilmu Badi’; (3) Kajian Ilmu Badi’
(Muhassinat Lafzhiyyah & Maknawiyyah); (4) Kaitan Badi’ Dengan Ma’ani &
Bayan.
BAB 2 : MUHASSINAT LAFZHIYYAH
01 : JINAS
(1) Pengertian Jinas (Menurut Bahasa & Istilah
Ilmu Balaghah); (2) Pembagian Jinas (Jinas Tam & Jinas Ghairu Tam) (Jinas
Ghairu Tam: Jinas Muharraf, Jinas Naqis, Jinas Mudhari’, Jinas Lahiq, Jinas
Muharraf, Jinas Mushahaf, Jinas Mukarar/Muraddad/Majduz & Jinas Qalb); (3)
Pembagian Jinas Berdasarkan Kata Pembentuknya: Jinas Mutamatsil, Jinas Mustaufi
& Jinas Murakkab (Jinas Murakkab: Marfuwuun, Maqrun & Mafruq); (4)
Pembagian Jinas Maknawi: Idhmar & Isyarah; (5) Pembagian Jinas Lainnya:
Jinas Muthlaq, Jinas Mulaffaq, Jinas Mudzil, Jinas Mutharraf, Jinas Isytiqaq,
Jinas Musyabbah bi Isytiqaq, Jinas Maknawi, Jinas Mudhaf, Jinas Muzdawij, Jinas
Tashkhif, Jinas Tsulatsiyah & Jinas Tsunaiyah antara Kalimat-Kalimat
Tsalatsa) (Jinas Maknawi: Idhmar & Isyarah).
02 : SAJA’
(1) Pengertian Saja’ (Menurut Bahasa & Istilah);
(2) Contoh Saja’; (3) Ciri Saja’ yang Bagus; (4) Pembagian Saja’: Mutharraf,
Murashsha, Mutawazi, Muwazanah & Mumatsalah/Tarshi’; (5) Perbedaan Saja’
& Jinas.
03. IZDIWAJ
04. MUWAZANAH
05. MUMATSALAH
06. TARSHI’
07. TASYRI’
08. LUZUMU MA LA YALZAM
09. TASHDIR AU RADD AL-‘AJZ ‘ALA AL-SHADR
10. TASHHIF
11. MA LA YASTAHILU BI AL-IN’IKAS
12. MUWARABAH
13. I’TILAF LAFZI MA’A LAFZI
14.
TASMITH
15. TATHRIZ
16.
IKTIFA’
17. INJISAM/SUHULAH
18. TASYTHIR
19. TASHRI’
20. TAUSYI’
21. TARDID
22. TARTIB
23. IKHTIRA’
24. TA’DID
25. TADZBIH
26. ISTISYHAD
27.
IDHAH
28.
IHALAH
29.
TAKHYIL
30. FURSHAH
31.
TA’LIL
32.
TAHLIYYAH
33.
ISTIQLAL
34.
TAHAKKUM
BAB 3 : MUHASSINAT MAKNAWIYYAH
01. TAURIYYAH
(1) Pengertian Tauriyyah Menurut Bahasa & Istilah;
(2) Pembagian Tauriyyah: Tauriyyah Mutakallifah, Mujarradah, Murasysyahah,
Mubayyanah, Muhayya’ah & Pembagiannya.
02. ISTIKHDAM
(1) Pengertian Istikhdam Menurut Istilah Ilmu
Balaghah; (2) Contoh-Contoh Istikhdam.
03.
THIBAQ
(1) Pengertian Thibaq Menurut Istilah Ilmu Balaghah;
(2) Jenis-Jenis Thibaq Berdasarkan Bentuk Katanya: Dua Isim, Dua Fi’il, Dua
Huruf, Campuran; (3) Pembagian Thibaq: Thibaq Ijab (Pengertian & Contohnya)
dan Thibaq Salab (Pengertian & Pembagian Berdasarkan Aspek Bentuk Kata yang
Digunakan: Isim, Fi’il, Harf dan Mukhalifaini).
04.
MUQABALAH
(1) Pengertian Muqabalah Menurut Bahasa & Istilah
Ilmu Balaghah serta Perbedaan Muqabalah dengan Thibaq; (2) Contoh: Dalam
Al-Quran, Syair; (3) Faedah Dari Thibaq & Muqabalah.
05.
HUSN AL-TA’LIL
(1) Pengertian Husn Al-Ta’lil Menurut Istilah Ilmu
Balaghah; (2) Contohnya; (3) Pembagiannya: Washf Tsabit & Ghair Tsabit.
06.
TAJRID
(1) Pengertian Tajrid Menurut Bahasa & Istilah
Ilmu Balaghah; (2) Pembagian Tajrid: Disertai Perantara Min Tajridiyyah,
Disertai Perantara Ba’ Tajridiyyah pada Muntaza’ Minhu, Tanpa Disertai dengan
Perantara Apapun, Disertai dengan Kinayah & Disertai Fi Tajridiyyah pada
Muntaza’ Minhu.
07.
MUSYAKALAH
(1) Pengertian Musyakalah: Menurut Bahasa &
Istilah Ilmu Balaghah; (2) Contohnya Menurut Pengertian Masing-Masing.
08.
THAYY/LAFF & NASYR
(1)
Pengertiannya Menurut Bahasa & Istilah Ilmu Balaghah; (2) Pembagiannya:
Lafaz yang Berbilang itu Disebutkan Menurut Tertib Kandungannya & Tidak
Disebutkan Menurut Tertib Kandungannya.
09.
MUBALAGHAH
(1) Pengertian Mubalaghah Menurut Bahasa & Istilah
Ilmu Balaghah; (2) Pembagian Mubalaghah: Tabligh, Ighraq, Ghuluw.
10.
TA’KID MADH BIMA YUSYBIH DZAMM
(1) Pengertiannya; (2) Pembagiannya: Mengecualikan
Suatu Sifat Pujian dari Sifat Celaan yang Dinafikan dengan Cara Bahwa Sifat
Pujian itu Termasuk kepada Sifat Celaan & Menetapkan Sifat Pujian Kemudian
Diikuti oleh Istitsna dan Sifat Pujian Lainnya.
11.
TA’KID DZAMM BIMA YUSYBIH MADH
(1)
Pengertiannya; (2) Pembagiannya: Mengecualikan Sifat Celaan dari Sifat Pujian
yang Di-Nafi-kan & Menetapkan Sifat Celaan Atas Sesuatu Lalu Mendatangkan
Huruf Istitsna’ Diikuti Sifat Celaan yang Lain.
12.
ILTIFAT
(1) Pengertian Iltifat (Secara Bahasa & Istilah);
(2) Keindahan Sastra Iltifat (Kitab Badi’u Al-Qur’an, Kitab Al-Burhan Fi Ulum
Al-Qur’an & Kitab Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an).
13.
ILTIFAT AL-DHAMIR
(1) Pengertian Iltifat Al-Dhamir; (2) Macam-Macam
Iltifat Al-Dhamir (Dari Mutakallim kepada Mukhathab, Dari Mutakallim kepada
Ghaib, Dari Mukhathab kepada Ghaib, Dari Ghaib Kepada Mukhathab, Dari Ghaib
kepada Mutakallim).
14.
ILTIFAT ‘ADAD AL-DHAMIR
(1) Pengertian Iltifat ‘Adad Al-Dhamir; (2)
Macam-Macamnya (Dari Mutakallim Mufrad kepada Mutakallim Ma’al Ghair, Dari
Mutakallim Ma’al Ghair kepada Mutakallim Mufrad, Dari Mukhathab Mufrad kepada
Mukhathab Mutsanna, Dari Mukhathab Mufrad kepada Mukhathab Jamak, Dari
Mukhathab Mutsanna kepada Mukhathab Mufrad, Dari Mukhathab Mutsanna kepada
Mukhathab Jamak, Dari Mukhathab Jamak kepada Mukhathab Mufrad, Dari Ghaib
Mufrad kepada Ghaib Mutsanna, Dari Ghaib Mufrad kepada Ghaib Jamak, Dari Ghaib
Mutsanna kepada Ghaib Jamak, Dari Ghaib Jamak kepada Ghaib Mufrad, Dari Ghaib
Jamak kepada Ghaib Mutsanna).
15.
ILTIFAT ANWA’ AL-JUMLAH
(1) Pengertian Iltifat Anwa’ Al-Jumlah; (2)
Macam-Macamnya (Dari Jumlah Fi’liyyah kepada Jumlah Ismiyyah, Dari Jumlah
Ismiyyah kepada Jumlah Fi’liyyah, Dari Kalimat Berita kepada Kalimat Melarang,
Dari Kalimat Berita kepada Kalimat Perintah, Dari Kalimat Perintah kepada
Kalimat Berita, Dari Kalimat Melarang kepada Kalimat Berita, Dari Kalimat
Bertanya kepada Kalimat Berita).
16.
ISTITHRAD
17.
IFTINAN
18.
MURA’AH AL-NAZHIR
(1)
Pengertiannya Menurut Istilah Ilmu Balaghah; (2) Contohnya; (3) Cakupannya:
Lafaz yang Mempunyai Kesesuaian dalam Segi Arti antara Dua Bagian (Athraf) nya
& Lafaz yang Mempunyai Kesesuaian dalam Bentuk Lafaz Kalimat Sebelumnya.
19.
IRSHAD
20.
IDMAJ
21.
MADZHAB AL-KALAMI
22.
MUZAWAJAH
23.
JAM’U
24.
TAFRIQ
25.
TAQSIM
26.
JAM’U MA’A TAFRIQ
27.
JAM’U MA’A TAQSIM
28.
JAM’U MA’A TAFRIQ WA TAQSIM
29.
MUGHAYARAH
30.
TAUJIH/IHAM
31.
NAFYU SYAI’ BI IJAB
32.
QAUL BI AL-MUJAB
33.
I’TILAF AL-LAFZI MA’A AL-MA’NA
34.
TAFRI’
35.
ISTITBA’
36.
SALB & IJAB
37.
IBDA’
38.
USLUB AL-HAKIM
39.
TASYABUH AL-ATHRAF
40.
AL-‘AKS
41.
TAJAHUL ‘ARIF
42. ITHTHIRAD
43.
AL-HAZL ALLADZI YURADU BIHI AL-JIDD
44.
RUJU’
45.
TADBIJ
46.
IRSAL AL-MITSAL WA AL-KALAM AL-JAMI’
BAB 4 : SARIQAT SYI’RIYYAH
(1) Pengertian Sariqat Syi’riyyah; (2) Pembagian
Bentuknya: Jaliyyah & Kafiyyah (Jaliyyah: Naskh/Intihal, Maskh/Igharat
& Salkh/Ilmam) (Kafiyyah: Naql, Ziyadah, Mubalaghah, Qalb & Tasyabuh).
BAB 5 : MACAM-MACAM SARIQAT SYI’RIYYAH (https://bit.ly/3yC1kxE)
01. IQTIBAS
(1) Pengertian Iqtibas (Secara Leksikal &
Terminologi); (2) Contoh Iqtibas; (3) Pembagian Iqtibas: Tsabitul Ma’ani, Yang
Dirubah Sedikit Wacananya & Muthawwal; (4) Manfaat & Hikmah Menggunakan
Iqtibas.
02. TADHMIN
03.
‘AQD
04.
HALL
05.
TALMIH
BAB 6 : MAWADI’ AL-TA’ANNUQ FI AL-KALAM
01. HUSN AL-IBTIDA’
02. BARA’AH AL-ISTIHLAL
03. HUSN AL-TAKHALLUSH
04. IQTIDHAB
05. HUSN AL-INTIHA’/AL-KHITAM
06. BARA’AH AL-MAQTHA’
SUMBER
:
v Daftar Isi Ilmu Balaghah: Ma'ani, Bayan & Badi'
(baitsyariah.blogspot.com)
v متن «الجوهر المكنون» في علوم البلاغة - منصة هدايـة (hedayaonlineportal.net)
SUMBER-SUMBER
REFERENSI (https://bit.ly/3hqbmwd)
REFERENSI
v BAB I PENDAHULUAN
(iainkediri.ac.id)
v BALAGHAH PALING
LENGKAP.pdf (radenintan.ac.id)
v Terjemah Jauhar
Maknun Ilmu Balaghoh.pdf (archive.org)
v BAB I PENDAHULUAN
(iainkediri.ac.id)
v Al-Balaghatul
Muyassarah | Pesantren MAQI
v (99+) Jawahirul
balaghah terjemah | Anna Septiana - Academia.edu
v Kitab Balaghah
Wadhihah Dan Terjemah [PDF] – Terjemahkitab
v Jawahirul
Balaghah Terjemah-1 PDF | PDF (scribd.com)
v 001-5 Majaz Aqli
– Jauhar-ul-Maknun – Hati Senang
v 001-4 Tentang
Isnad Aqli – Jauhar-ul-Maknun – Hati Senang
v 000-2 Tentang
Kalam Balaghah – Terjemah Jauhar-ul-Maknun – Hati Senang
v 2-1 Membuang
Musnad Ilaih – Jauhar-ul-Maknun – Hati Senang
v 2-2 Musnad Ilaih
Yang Harus Dijelaskan – Jauhar-ul-Maknun – Hati Senang
v d8afd98ad988d8a7d986-d8a7d984d8a5d985d8a7d985-d8a7d984d8b4d8a7d981d8b9d98a.pdf
(wordpress.com)
v Diwan Al-Imam Ali
(wordpress.com)
v علم البيان.doc (wordpress.com)
v علم البديع.doc (wordpress.com)
v d8a7d984d8a8d984d8a7d8bad8a9-d8a7d984d988d8a7d8b6d8add8a9-d8a7d984d8b4d8b1d8ad.pdf
(wordpress.com)
v أساس البلاغة (wordpress.com)
v أساس البلاغة - ج 1 : أبب - غيي (wordpress.com)
v أساس البلاغة - ج 2 : فأد - يهم (wordpress.com)
v ÅÚáÇã ÇáÃÑíÈ
ÈÍÏæË ÈÏÚÉ ÇáãÍÇÑíÈ (wordpress.com)
v ÅÚáÇã ÇáÃÑíÈ
ÈÍÏæË ÈÏÚÉ ÇáãÍÇÑíÈ (wordpress.com)
v jawahirul
balaghah arab.pdf - Google Drive
v jawahirul
balaghah terjemah-1.pdf - Google Drive
v blgh arabiyah.pdf
- Google Drive
v blgh Aliyah.pdf -
Google Drive
v Balaghah
al-Ishtilahiyah.pdf - Google Drive
v balaghahwadihah1
tsanawiyah.pdf - Google Drive
v balaghahwadihah2
tsanawiyah.pdf - Google Drive
v BALAGHAH PALING
LENGKAP.pdf - Google Drive
v التفسير البلاغي الميسر - ج 26.pdf (archive.org)
v التفسير البلاغي للقرآن - موسوعة (mosoah.com)
v ابن القيم وحسه البلاغي في تفسير القرآن (archive.org)
v الإعجاز البلاغي في القرآن الكريم (archive.org)
v (PDF) من وجوه الاعجاز البلاغي في القرآن الكريم
(researchgate.net)
v الإعجاز البلاغي في القرآن الكريم (archive.org)
v الأسلوب في
الإعجاز البلاغي للقرآن الكريم
v بلاغة
القرآن الكريم في الإعجاز إعراباً وتفسيراً بإيجاز (perpustakaanislamdigital.com)
v بلاغة القرآن الكريم في الإعجاز - ج 1 : الفاتحة - البقرة
(archive.org)
v من بلاغة القرآن
المعاني، البيان، البديع
v أسرار
الفصل والوصل في البلاغة القرآنية
v quran05236.pdf
(archive.org)
v الاحتراس
في القرآن الكريم دراسة بلاغية
v أضواء على
الإعجاز البلاغي في سورة الفاتحة
v
الكتب
بلاغة القرآن - موسوعة القرآن الكريم الشاملة (quranpedia.net)
v min-blaghat-alquran.pdf
(archive.org)
v blaghah-fraed.pdf
(archive.org)
v البلاغة القرانية فى تفسير الزمخشرى
v Kamus Al-Quran
(archive.org)
v Kamus Al-Quran 1
(archive.org)
v Kamus Al-Quran 2
(archive.org)
v Kamus Al-Quran 3
(archive.org)
v Kamus Kecil Al
Quran (archive.org)
v أسباب الخطأ في التفسير (archive.org)