"ALLAH ADA
TANPA TEMPAT"
عقيدتنا
أن الله قديم
أزليٌّ، لا يُشْبِهُ شيئا ولا يشبهه شىء، ليس له جهة ولا مكان، ولا يجري عليه وقتٌ
ولا زمان، ولا
يقال له أين، كان ولا مكان، كوَّن المكان، وهو
الآن على ما عليه كان، هذا مذهب أهل السنة
Aqidah kita
adalah sesungguhnya Allah maha dahulu tanpa permulaan (azali), Allah tak menyerupai sesuatu dan tak ada sesuatu yang menyerupai Allah, tak ada bagi Allah tempat maupun arah, tak berlaku bagi Allah waktu dan zaman, tidak dikatakan bagi Allah "dimana"
, Allah ada tanpa tempat, Allah yang menciptakan tempat, dan sekarang Allah masih seperti dahulu tanpa
bertempat, Allah ada tanpa berubah,
inilah madzhab Ahlussunnah.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وصلى الله على رسول الله وسلم وبعد
قال الله تعالى : (هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَـمِيًّا) (سورة
مريم : 65)
“Engkau
tidaklah menemukan yang serupa dengan-Nya (Allah)”. (QS. Maryam: 65).
Sesungguhnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat adalah aqidah Nabi
Muhammad, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka
dikenal dengan Ahlussunnah Wal Jama'ah; kelompok mayoritas ummat yang merupakan
al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat).
Dalil atas
keyakinan tersebut selain ayat di atas adalah firman Allah:
( لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ) (سورة
الشورى: 11)
“Dia
(Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun
yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)
Ayat
ini adalah ayat yang paling jelas dalam al-Qur'an yang menjelaskan bahwa Allah
sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa
alam (makhluk Allah) terbagi kepada dua bagian; yaitu benda dan sifat benda.
Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi
karena telah mencapai batas terkecil (para ulama menyebutnya dengan al-Jawhar
al-Fard), dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jism). Benda yang
terakhir ini terbagi menjadi dua macam;
1. Benda Lathif; benda yang tidak dapat dipegang
oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.
2. Benda Katsif; benda yang dapat dipegang oleh
tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.
Sedangkan
sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam,
berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat di atas
menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta'ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan
merupakan al-Jawhar al-Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif. Dan Dia
tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup
untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena
seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa
dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan
kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang
membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: "كَانَ اللهُ
وَلَمْ يَكُنْ شَىءٌ غَيْـرُهُ"[1] (رواه البخاري
والبيهقي
وابن
الجارود)
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada
sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)
Makna hadits ini bahwa Allah ada
pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya)
bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, 'arsy, langit,
manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum
terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia
tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena
berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Maka sebagaimana
dapat diterima oleh akal, adanya Allah tanpa tempat dan arah sebelum
terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima wujud-Nya tanpa
tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian
atas adanya Allah. Sebagaimana ditegaskan juga oleh sayyidina ‘Ali ibn Abi
Thalib -semoga Allah meridlainya-:
"كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ اْلآنَ عَلَى مَا
عَلَيْهِ كَانَ"
"Allah ada
(pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan
tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat" (Dituturkan oleh al-Imam
Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, h. 333).
Al-Imam
al-Bayhaqi (w 458 H) dalam kitabnya al-Asma Wa ash-Shifat, hlm. 506, berkata: "Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah
mengambil dalil dari sabda Rasulullah shalllallahu 'alayhi wa sallam:
قالَ رَسُوْلُ الله: "أنْتَ
الظّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَىءٌ وَأنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ
شَىءٌ" (رَوَاهُ مُسلم وَغيـرُه)
"Engkau Ya
Allah azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada
sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bathin (yang tidak dapat dibayangkan)
tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu (HR. Muslim dan lainnya). Jika tidak ada
sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya maka
berarti Dia ada tanpa tempat".
Al-Imam as-Sajjad
Zain al-‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain ibn ‘Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata:
"أنْتَ اللهُ الّذِيْ لاَ
يَحْوِيْكَ مَكَانٌ" (رواه الحافظ الزبيدي)
"Engkaulah
ya Allah yang tidak diliputi oleh tempat". (Diriwayatkan oleh al-Hafizh
az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin dengan
rangkaian sanad muttashil mutasalsil yang kesemua perawinya adalah Ahl al-Bayt;
keturunan Rasulullah, 4 - 413).
Adapun ketika seseorang menghadapkan kedua telapak tangan ke arah langit ketika berdoa, hal ini tidak menandakan bahwa Allah berada di arah langit. Akan tetapi karena langit adalah kiblat berdoa dan merupakan tempat turunnya rahmat dan barakah. Sebagaimana apabila seseorang ketika melakukan shalat ia menghadap ka'bah, hal ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya, akan tetapi karena ka'bah adalah kiblat shalat. Penjelasan seperti ini telah dituturkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti al-Imam al-Mutawalli (w 478 H) dalam kitabnya al-Ghun-yah, al-Imam al-Ghazali (w 505 H) dalam kitabnya Ihya ‘Ulumiddin, al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, al-Imam Taqiyyuddin as-Subki (w 756 H) dalam kitab as-Sayf ash-Shaqil, dan masih banyak lagi.
Al-Imam Abu
Ja'far ath-Thahawi -Semoga Allah meridlainya- (w 321 H) berkata:
"تَعَالَـى (يَعْنِي اللهَ)
عَنِ الْحُدُوْدِ وَاْلغَايَاتِ وَاْلأرْكَانِ وَالأعْضَاءِ وَالأدَوَاتِ لاَ
تَحْوِيْهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ"
"Maha suci
Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai
ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti
wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut,
lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu
maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang); tidak
seperti makhluk-Nya yang diliputi oleh enam arah penjuru tersebut".
Perkataan al-Imam
Abu Ja'far ath-Thahawi ini merupakan Ijma’ (konsensus) para sahabat dan ulama
Salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah). Diambil dalil
dari perkataan tersebut bahwasannya bukanlah maksud dari Mi'raj bahwa Allah
berada di arah atas lalu Nabi Muhammad naik ke arah sana untuk bertemu
dengan-Nya. Melainkan maksud Mi'raj adalah untuk memuliakan Rasulullah dan
memperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban makhluk Allah sebagaimana
dijelaskan dalam al Qur'an surat al-Isra ayat 1.
Dengan demikian
tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu tempat, atau disemua tempat, atau
ada di mana-mana. Juga tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu arah atau
semua arah penjuru. Al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari (w 324 H) -Semoga Allah
meridlainya- berkata:
"إنَّ
اللهَ لاَ مَكَانَ لَهُ " (رواه البيهقي في الأسماء والصفات)
"Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat" (Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam kitab al-Asma Wa ash-Shifat). Al-Imam al-Asy’ari juga berkata: "Tidak boleh dikatakan bahwa Allah di satu tempat atau di semua tempat".
Konsensus
Para Sahabat dan Imam : “Allah Ada Tanpa Tempat”
Berikut ini
adalah pernyataan para sahabat Rasulullah dan para ulama dari empat madzhab,
serta ulama lainya dari kalangan Ahlussunnah dalam penjelasan kesucian Allah
dari menyerupai makhluk-Nya dan penjelasan bahwa Allah ada tanpa tempat dan
tanpa arah. Kutipan berikut ini hanya sebagian kecil saja, karena bila kita
hendak mengutip seluruh perkataan mereka maka akan membutuhkan kepada ratusan
lebar halaman. Namun setidaknya berikut ini sebagai bukti untuk memperkuat
akidah kita, sekaligus sebagai bantahan terhadap keyakinan-keyakinan yang
menyalahinya.
1.
Al-Imam ‘Ali ibn
Abi Thalib (w 40 H) berkata:
كَانَ
اللهُ وَلاَ مَكَان وَهُوَ الآنَ عَلَى مَا عَليْه كَانَ
“Allah ada tanpa
permulaan dan tanpa tempat, dan Dia Allah sekarang -setelah menciptakan tempat-
tetap sebagaimana pada sifat-Nya yang azali; ada tanpa tempat” (Diriwayatkan
oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).
Beliau juga
berkata:
إنّ اللهَ خَلَقَ
العَرْشَ إْظهَارًا لِقُدْرَتهِ وَلَمْ يَتّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ
“Sesungguhnya Allah menciptakan
‘arsy (makhluk Allah yang paling besar bentuknya) untuk menampakan
kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya” (Diriwayatkan oleh
al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).
2.
Seorang tabi’in
yang agung, Al-Imam Zainal-‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain ibn ‘Ali ibn Abi Thalib
(w 94 H) berkata:
أنْتَ اللهُ الّذِي لاَ يَحْويْكَ مَكَانٌ
“Engkau wahai
Allah yang tidak diliputi oleh tempat” (Diriwayatkan oleh al-Imam Murtadla
az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 4, h.
380). Juga berkata:
أنْتَ اللهُ الّذِي لاَ تُحَدُّ فَتَكُوْنَ مَحْدُوْدًا
“Engkau wahai
Allah yang maha suci dari segala bentuk dan ukuran” (Diriwayatkan oleh al-Imam
Murtadla az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin,
j. 4, h. 380).
3.
Al-Imam Ja’far
as-Shadiq ibn Muhammad al-Baqir ibn ibn Zainal ‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain (w
148 H) berkata:
مَنْ
زَعَمَ أنّ اللهَ فِي شَىءٍ أوْ مِنْ شَىءٍ أوْ عَلَى شَىءٍ فَقَدْ أشْرَكَ،
إذْ لَوْ كَانَ عَلَى شَىءٍ لَكَانَ مَحْمُوْلاً وَلَوْ كَانَ فِي شَىءٍ لَكَانَ
مَحْصُوْرًا وَلَوْ كَانَ مِنْ شَىءٍ لَكَانَ مُحْدَثًا (أىْ مَخْلُوْقًا)
“Barang siapa
berkeyakinan bahwa Allah berada di dalam sesuatu, atau dari sesuatu, atau di
atas sesuatu maka ia adalah seorang yang musyrik. Karena jika Allah berada di
atas sesuatu maka berarti Dia diangkat, dan bila berada di dalam sesuatu
berarti Dia terbatas, dan bila Dia dari sesuatu maka berarti Dia baharu
-makhluk-” (Diriwayatkan oleh al-Imam al-Qusyairi dalam ar-Risalah
al-Qusyairiyyah, h. 6).
4.
Al-Imam
al-Mujtahid Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit (w 150 H), salah seorang ulama
salaf terkemuka, perintis madzhab Hanafi, berkata:
وَاللهُ
تَعَالى يُرَى فِي الآخِرَة، وَيَرَاهُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَهُمْ فِي الْجَنّةِ
بِأعْيُنِ رُؤُوسِهِمْ بلاَ تَشْبِيْهٍ وَلاَ كَمِّيَّةٍ وَلاَ يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ خَلْقِهِ مَسَافَة.
“Allah ta’ala di
akhirat kelak akan dilihat. Orang-orang mukmin akan melihat-Nya ketika mereka
di surga dengan mata kepala mereka masing-masing dengan tanpa adanya keserupaan
bagi-Nya, bukan sebagai bentuk yang berukuran, dan tidak ada jarak antara
mereka dengan Allah (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau
di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan ataupun
samping kiri)” (Lihat al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah dengan Syarahnya
karya Mulla ‘Ali al-Qari, h. 136-137). Juga berkata :
قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ
قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن
وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.
“Aku katakan:
Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada
tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah
ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala
suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu” (Lihat al-Fiqhul Absath
karya Imam Abu Hanifah dalam kumpulan risalah-risalahnya dengan tahqiq Muhammad
Zahid al-Kautsari, h. 20). Juga berkata :
وَنُقِرّ بِأنّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى العَرْشِ
اسْتَوَى مِنْ غَيْرِ أنْ يَكُوْنَ لَهُ حَاجَةٌ إليْهِ وَاسْتِقْرَارٌ عَلَيْهِ،
وَهُوَ حَافِظُ العَرْشِ وَغَيْرِ العَرْشِ مِنْ غَبْرِ احْتِيَاجٍ، فَلَوْ كَانَ
مُحْتَاجًا لَمَا قَدَرَ عَلَى إيْجَادِ العَالَمِ وَتَدْبِيْرِهِ
كَالْمَخْلُوقِيْنَ، وَلَوْ
كَانَ مُحْتَاجًا إلَى الجُلُوْسِ وَالقَرَارِ فَقَبْلَ خَلْقِ
العَرْشِ أيْنَ كَانَ الله، تَعَالَى اللهُ عَنْ ذَلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا.
“Dan kita
mengimani adanya ayat “ar-Rahman ‘Ala al-‘Arsy Istawa” -sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur’an- dengan menyakini bahwa Allah tidak membutuhkan kepada ‘‘arsy
tersebut da tidak bertempat atau bersemayam di atasnya. Dia Allah yang
memelihara ‘‘arsy dan lainnya tanpa membutuhkan kepada itu semua. Karena jika
Allah membutuhkan kepada sesuatu maka Allah tidak akan kuasa untuk menciptakan
dan mengatur alam ini, dan berarti Dia seperti seluruh makhluk-Nya sendiri.
Jika membutuhkan kepada duduk dan bertempat, lantas sebelum menciptakan
makhluk-Nya -termasuk ‘arsy- di manakah Dia? Allah maha suci dari itu semua
dengan kesucian yang agung” (Lihat al-Washiyyah dalam kumpulan risalah-risalah
Imam Abu Hanifah tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 2. juga dikutip oleh
asy-Syekh Mullah ‘Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqhul Akbar, h. 70.).
Perkataan Imam Abu Hanifah ini adalah ungkapan yang sangat jelas dalam
bantahan terhadap pendapat kaum Musyabbihah dan kaum Mujassimah, termasuk
kelompok yang bernama Wahhabiyyah sekarang; mereka yang mengaku sebagai
kelompok salafi. Kita katakan kepada mereka: Para ulama salaf telah sepakat mengatakan
bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Salah satunya adalah Imam Abu
Hanifah yang merupakan salah seorang terkemuka di kalangan mereka. Beliau telah
mendapatkan pelajaran dari para ulama tabi’in, dan para ulama tabi’in tersebut
telah mengambil pelajaran dari para sahabat Rasulullah.
Adapun ungkapan Imam Abu Hanifah yang menyebutkan bahwa telah menjadi kafir seorang yang berkata “Aku tidak mengetahui Tuhanku, apakah ia di langit atau di bumi !?”, demikian pula beliau mengkafirkan orang yang berkata: “Allah di atas ‘arsy, dan aku tidak tahu arah ‘arsy, apakah ia di langit atau di bumi!?”, hal ini karena kedua ungkapan tersebut menetapkan adanya tempat dan arah bagi Allah. Karena itu Imam Abu Hanifah mengkafirkan orang yang mengatakan demikian. Karena setiap yang membutuhkan kepada tempat dan arah maka berarti ia adalah pastilah sesuatu yanga baharu. Maksud ungkapan Imam Abu Hanifah tersebut bukan seperti yang disalahpahami sebagian golongan.
Sumber
:
https://www.piss-ktb.com/2012/03/f0071-kajian-tauhid-allah-ada-tanpa.html
Sumber
lain :
- https://www.researchgate.net/publication/340599609_Penjelasan_lengkap_Allah_ada_tanpa_tempat_dan_tanpa_arah_dalam_berbagai_karya_ulama_Ahlussunnah_Wal_Jama'ah_lintas_masa_dan_generasi
- https://www.researchgate.net/publication/340619187_STUDI_KOMPREHENSIF_TAFSIR_ISTAWA_Allah_Ada_Tanpa_Tempat
- https://www.scribd.com/document/540607510/Studi-Komprehensif-Tafsir-Istawa
- https://www.dar-alifta.org/ar/fatawa/14239/عقيدة-الاشاعرة#:~:text=%D9%85%D9%86%20%D8%AB%D9%88%D8%A7%D8%A8%D8%AA%20%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%82%D9%8A%D8%AF%D8%A9%20%D8%B9%D9%86%D8%AF%20%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B3%D9%84%D9%85%D9%8A%D9%86,%D9%85%D9%83%D8%A7%D9%86%D8%8C%20%D9%88%D9%87%D9%88%20%D8%B9%D9%84%D9%89%20%D9%85%D8%A7%20%D9%83%D8%A7%D9%86
- https://www.dar-alifta.org/ar/fatawa/16653/الرد-على-من-زعم-اثبات-الجهة-لله-تعالى-مستدلا-برحلة-المعراج
- https://www.dar-alifta.org/ar/fatawa/18009/بيان-كيفية-الجواب-على-سوال-اين-الله؟
- https://www.dar-alifta.org/ar/fatawa/18021/ما-تفيده-اشارة-الجارية-الى-السماء-عند-سوال-النبي-لها-اين-الل
- https://www.darulfatwa.org.au/ar/الدليل-على-تنـزيه-الله-عن-المكان-والجه-3/
- https://shaykhgillessadek.com/الأدلة-في-تنـزيه-الله-عن-الجهة-والمكان/
- https://www.islam.ms/ar/أقوال-علماء-الله-بلا-مكان-ولا-جهة
- https://shaykhgillessadek.com/أقوال-العلماء-في-أن-الله-موجود-بلا-مكان/
- http://www.sunna.info/taw7id3.html
- https://www.islam.ms/ar/الله-موجود-بلا-كيف-ولا-مكان
- بيان
قول الأشاعرة: إن الله تعالى ليس داخل العالم ولا خارجه، ولا فوقه ولا تحته
ولا عن يمينه ولا عن شماله
·
عقيدة
الأشاعرة وحكم القول بأن الله موجود في مكان أو متحيز في جهة
· https://www.dar-alifta.org/ar/fatawa/17974/معنى-الاستواء-على-العرش-والمراد-من-حديث-الجارية
· https://www.ifbs.se/2017/06/20/إثبات-تنزيه-الله-عن-المكان-والحدّ-بطري/
· https://www.alsunna.org/adilla.htm
· https://www.sunnaonline.org/text.php?action=show&id=48
· http://www.sunna.info/taw7id10.html
· https://www.irfaasawtak.com/articles/2018/05/07/ابن-تيمية-مفتي-يستتاب-وإلا-قتل
· https://www.souhnoun.com/العقيدة-الإسلامية/كان-الله-ولا-مكان/
· https://www.souhnoun.com/العقيدة-الإسلامية/ليس-كمثله-شيء-2/
· https://www.souhnoun.com/العقيدة-الإسلامية/تنـزيه-الله-عن-المكان-4/
· https://www.alminhajacademic.com/الدّليل-العقلي-على-تنـزيه-الله-عن-المك-5/
· https://alsunna.org/forum/index.php?topic=1435.0
· https://www.fnoor.com/main/articles.aspx?article_no=25889
· https://www.al-albany.com/audios/content/445/ما-حكم-من-يقول-الله-كان-ولا-مكان
· https://www.islam.ms/ar/الله-موجود-بلا-كيف-ولا-مكان
· https://research.rafed.net/أسئلة-وردود/681-الأحاديث-والروايات/783-سند-حديث-كان-الله-ولا-مكان
· https://alsunna.org/wp/عقيدة-إمامنا-الشافعي-كان-الله-ولا-مكان/#gsc.tab=0
· http://www.sunna.info/taw7id6.html
· https://islamqa.info/ar/answers/233786/ما-معنى-ان-الله-لا-تحده-الجهات
· https://www.al-albany.com/audios/content/445/ما-حكم-من-يقول-الله-كان-ولا-مكان
· https://islamqa.info/ar/answers/183941/هل-يصح-اطلاق-القول-بان-الله-منزه-عن-المكان-والزمان
· https://ibnoutaymiyya.com/2013/11/09/ابن-تيمية-قوله-بنسبة-الجهة-والمكان-لله/
· https://alashrefya.yoo7.com/t219-topic
· https://www.riadnachef.org/?p=385
· https://binbaz.org.sa/fatwas/17882/الدليل-على-علو-الله-فوق-العرش
· ما هو الرد علي
قول الأشاعرة أن الله سبحانه و تعالي منزه عن المكان لأن المكان مخلوق
· الفرق
المنحرفة في إثبات المكان لله تعالى
· https://www.noor-book.com/كتاب-من-كفر-الأشعرية-pdf
· أدلة
إثبات المكان لله والرد على ربيع المدخلي
·
ليس
بجسم ولا في جهة ولا محلّ ولا حال
· https://binbaz.org.sa/articles/42/تعليق-على-العقيدة-الطحاوية
· مسألة
المكان وضلال الأحباش والمتكلمين فيها
· فلفظ
الجهة قد يراد به شيء موجود غير الله
[1] Penjelasan tentang
hadits ini silakan lihat pada link di bawah ini :
ü https://www.alukah.net/sharia/0/55400/حديث-كان-الله-ولا-شيء-معه/
ü https://www.islamweb.net/ar/fatwa/21199/معنى-حديث-كان-الله-ولم-يكن-شيء
ü https://alsunna.org/wp/blog/2023/04/29/شرح-حديث-كان-الله-ولم-يكن-شئ-غيره/#gsc.tab=0
ü https://alsunna.org/wp/بدء-الخلق-كان-الله-في-الأزل-موجودا-بلا/#gsc.tab=0
ü https://hadithportal.com/index.php?show=hadith&h_id=3045&uid=0&sharh=14&book=33&bab_id=