TAFSIR QS.AL-BAQOROH AYAT 275 - 279
RIBA DAN YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA
I.
Topik
Bahasan
A. Tahapan Turunnya Ayat Tentang Riba
B. Pengertian Riba dalam
Tafsir at-Thabari
C. Penjelasan Tafsir Jalalain Tentang QS.
Al-Baqoroh Ayat 275 – 281
D. Hukum Syariat Tentang Riba (dikutip dari
tafsir Rawa’iul Bayan – Syaikh As-Shobuni)
A. Tahapan Turunnya Ayat tentang Riba
Syekh Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Itqân
fi UlûmiL Qurân (Kairo, Mathba’ah Al-Azhār, 1318H, halaman
114), menukil sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, mengatakan bahwa ayat
terakhir yang diturunkan oleh Allah ﷻ adalah ayat
tentang keharaman riba. Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
Ibnu Majah, Imam Baihaqi dengan menyandarkan sanad pada Umar bin Khathab radliyallahu
‘anhu.
Ibnu
Mardawaih juga meriwayatkan hadits dengan sanad dari Abu Saīd al-Khudri,
dan dari Said bin Jubair dan dari Ibnu ‘Abbâs. Sementara an-Nasai
meriwayatkan hadits dari dua jalur sanad yaitu dari Ikrimah dan dari Ibnu
‘Abbâs radliyallahu ‘anhum. Semua riwayat hadits ini sepakat bahwa ayat
terakhir yang diturunkan adalah ayat tentang riba, yaitu Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah ayat 278. Allah ﷻ berfirman:
ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله وذروا مابقي من الربا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah
dan tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba!” (QS Al-Baqarah: 278)
Ayat ini berisikan perintah meninggalkan riba. Yang artinya Allah ﷻ secara tegas
menyatakan keharaman riba. Sayangnya, ayat ini belum sempat mendapatkan
penjelasan secara rinci dari Nabi ﷺ hingga beliau
wafat. Karena ketiadaan penjelasan secara detail dari beliau, maka isi dari
ayat ini memiliki pengertian mutlak. Untuk itu, memerlukan nadhrun (penelitian)
dari para ulama dan ahli fiqih tentang bentuk riba yang dimaksud.
Perlu diketahui bahwa, tahapan ayat yang berbicara soal hukum riba adalah
menyerupai tahapan pengharaman khamr. Menurut Syekh Ahmad Musthafa
al-Maraghî dalam Tafsîr al-Marâghî (Kairo, Musthafa Bab al-Halabi,
1946, jilid III, halaman 49), ada
empat tahapan pengharaman riba[1].
Tahap pertama, Allah ﷻ hanya
menunjukkan sisi negatif dari riba, sebagaimana dalam tafsir Surat ar-Rûm ayat
39 pada
tulisan sebelumnya.
Tahap
kedua, Allah ﷻ menunjukkan
isyarat keharaman riba. Pada tahap ini Allah ﷻ mengecam
praktik riba yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Asal-usul kecaman adalah
ditekankan pada aspek kezaliman yang terjadi akibat praktik riba tersebut. Hal
ini sebagaimana diungkap dalam QS An-Nisa’ ayat 160-161:
فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِينَ
هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَن
سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًاوَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ
أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ
عَذَابًا أَلِيمًا
Artinya: “Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Dan
Kami telah menjadikan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.” (QS an-Nisa: 160-161)
Selanjutnya setelah mengecam praktik orang Yahudi ini, Allah ﷻ berfirman yang
mengandung isyarat keharaman riba. Tahap ini merupakan tahap ketiga dari proses evolusi riba dalam
Al-Qur’an. Ayat yang turun di dalam tahap ketiga ini adalah Surat Ali Imran
ayat 130, sebagaimana telah diuraikan dalam tulisan
terdahulu. Pada tahap terakhir
dinyatakan keharaman riba secara mutlak, yaitu melalui firman Allah ﷻ pada Surat
al-Baqarah ayat 278-280. Sekarang mari kita perhatikan bunyi dari Surat
al-Baqarah ayat 278-280 secara lengkap. Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا
مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَاإِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ (278) فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا
فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ
أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ (279) وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ
فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَن تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ
تَعْلَمُونَ (280)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah apa yang tersisa
dari riba, jika kalian adalah orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak
meninggalkan, maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika
kalian bertaubat, maka bagi kalian adalah pokok harta kalian. Tidak berbuat
dhalim lagi terdhalimi. Dan jika terdapat orang yang kesulitan, maka tundalah
sampai datang kemudahan. Dan bila kalian bersedekah, maka itu baik bagi kalian,
bila kalian mengetahui.” (QS al-Baqarah: 278-280).
Ada beberapa pokok isi kandungan dari ayat ini, yaitu:
1. Allah ﷻ memerintahkan kaum mukmin agar meninggalkan apa yang tersisa
dari transaksi riba. Maksud dari apa yang tersisa di sini adalah sisa tagihan
yang belum terlunasi dan awalnya dilakukan dengan jalan ribawi.
2. Jika tidak mau meninggalkan menagih sisa transaksi riba
itu, maka dikobarkanlah perang dengan Allah dan Rasul-Nya.
3. Perintah mengambil pokok harta yang dipinjamkan sehingga
tidak boleh saling berbuat dhalim antara yang menghutangi dan yang dihutangi.
4. Bershadaqah adalah lebih baik dari memungut sisa riba dan
mengambil harta orang lain dengan jalan dhalim.
Yang menarik dan perlu dikaji dari ayat ini adalah, berarti Surat Ali Imran
ayat 130 tidak berbicara soal pengharaman riba. Ayat ini hanya menunjukkan
bahwa ada bagian dari mengambil ziyadah (tambahan harta) itu yang tidak
mutlak haram. Faktanya, QS al-Baqarah ayat 278-280 sebagai ayat terakhir yang
diturunkan, masih berbicara soal sedekah. Sedekah dalam beberapa tempat di
Al-Qur’an memiliki arti yang sama dengan zakat. Dalam ayat tentang riba ini,
maka makna sedekah memiliki arti yang sama dengan makna zakat pada QS. ar-Rûm:
39 sebagaimana telah dibahas pada waktu yang lalu.
Inilah sebabnya, para ulama dari kalangan madzahib al-arba’ah (mazhab
empat) meneliti kembali, pengertian riba yang dilarang dan riba yang
diperbolehkan itu. Insyaallah kita akan bahas kelak hal ini dalam tulisan
mendatang.
Sebagai akhir dari tulisan ini, maka kita tarik kesimpulan sementara bahwa
ada beberapa tahapan turunnya ayat tentang riba, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Riba dicela disebabkan karena keberadaan unsur negatif
yang dikandungnya (QS ar-Rûm: 39)
2. Selanjutnya riba dicela disebabkan karena adanya unsur
zalim (aniaya) di dalam praktik riba orang yahudi (QS an-Nisa’: 160-161)
3. Selanjutnya riba dicela disebabkan karena keberadaan ziyadah
yang berlipat-lipat dalam praktik riba masyarakat jahiliyah (QS Ali Imran:
130-132)
4. Terakhir, riba mutlak diharamkan, namun ‘illah (alasan
dasar) keharamannya belum disebutkan secara rinci oleh Rasulullah ﷺ (QS. Al-Baqarah: 278-280).
Sumber :
Tahapan-tahapan Turunnya Ayat tentang Riba (nu.or.id)
B. Pengertian Riba dalam Tafsir at-Thabari
Mengawali pembahasan ini, penulis ingin menukil sebuah ayat, di mana Allah
SWT berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ
الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ
مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا
ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَن جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ
مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ
عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Arti tekstual : “[Perumpamaan] orang-orang yang memakan riba tidak berdiri
kecuali seperti barang yang berdiri yang kemudian dibanting oleh setan dengan
suatu timpaan (barang yang dirasuki oleh setan). Demikian itu, sebab
sesungguhnya mereka telah berkata bahwa jual beli itu menyerupai riba. Padahal,
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Maka, barangsiapa yang
telah dating padanya suatu nasihat (peringatan) dari Tuhannya, lalu mereka
berhenti dari memungut riba, maka baginya apa yang dulu ia pinjam, lalu mereka
berserah diri kepada Allah. Dan barangsiapa yang mengulangi mengambil riba,
maka mereka berhak atas neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah: 275)
Penggalan ayat
الَّذِينَ يَأْكُلُنَو الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي
يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
ditafsirkan oleh Abu Ja’far at-Thabari sebagai “pihak yang membuat riba”.
Riba berasal dari kata ربـــا- يربــو yang berarti sebagai إذا زاد على ما كان عليه فعظم,
yang berarti “ketika melebihi dari apa yang seharusnya
ada dan semakin besar.” Inti dari riba adalah al-ziyâdah, yang berarti
tambahan. Orang yang mengambil riba disebut dengan istilah murbin (مُرْب). Oleh karenanya, pengertian riba juga didefinisikan
sebagai:
وإنما قيل للمربي
"مُرْبٍ"، لتضعيفه
المال، الذي كان له على غريمه حالا أو لزيادته عليه فيه لسبب الأجل الذي يؤخره
إليه فيزيده إلى أجله الذي كان له قبلَ حَلّ دينه عليه
Artinya: “Pihak yang mengambil riba diistilahkan dengan “murbin” karena
usahanya “melipatgandakan” harta yang ditetapkan kepada pihak yang berutang,
baik secara kontan (hâlan) atau dengan jalan menetapkan tambahan kepada
pihak yang berutang sebab tempo pengembalian (ajal), yaitu penundaannya gharim
(pihak yang berutang) kepada “murbin” lalu menetapkan tambahan atas aset
yang dipinjam sampai masa jatuh tempo, yang mana hal ini berlaku sebelum pihak
gharim melunasi utangnya.”(Lihat Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin
Khalid at-Thabari, Jami'ul Bayan fi Ta'wil Qur'an, bisa diakses di alamat
ini)
Penafsiran sedemikian ini oleh Abu Ja’far at-Thabari didasarkan pada adanya
munasabah (kesesuaian) ayat di atas dengan ayat yang lain dalam Surat Ali Imran
ayat130:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba
dengan jalan melipatgandakan lagi dilipatgandakan.” (QS Ali Imran: 130)
Ibnu Mujahid
dan Qatadah
memiliki penafsiran yang sama dengan Abu Ja’far. Keduanya, yang merupakan
generasi tabi’in ahli qira’ah dan sekaligus ahli tafsir, menegaskan bahwa dulu
berlaku di kalangan masyarakat jahiliyah, apabila ada seseorang hendak meminjam
ke orang lain, maka kepadanya disampaikan: “jika kamu pinjam dengan tempo
segini, maka kamu harus mengembalikan segini.” Bisyr
yang menyandarkan ucapannya dari Imam Qatadah, juga menjelaskan secara terpisah
bahwa riba pada masa jahiliyah berlangsung ketika ada seseorang melakukan jual
beli barang sampai batas tempo tertentu kemudian ketika telah sampai masa jatuh
tempo pelunasan, ternyata pihak pembeli belum bisa melunasi pembayarannya, maka
ditetapkan “tambahan harga” kembali yang disertai “penetapan tunda pelunasan
kembali.”
Misalnya: Pak Udin membeli barang secara tempo sampai batas pelunasan 1
tahun. Sebut misalnya bahwa harga barang secara tempo adalah 20 juta rupiah.
Setelah masa satu tahun, ternyata Pak Udin belum bisa melunasi harga pembelian
barang tersebut, lalu diputuskan untuk melakukan negosiasi lagi, kemudian
dilakukan penjadwalan kembali dengan menambahkan harga sebelumnya sebagai
risiko penundaan lagi. Model transaksi seperti ini menurut mufasir generasi
tabi’in, yakni Imam Qatadah adalah termasuk transaksi riba yang pernah berlaku
di kalangan masyarakat jahiliyah.
Kesimpulan dari Tafsir at-Thabari di
atas, adalah bahwa yang dimaksud sebagai riba, adalah:
1. Pengertian riba merujuk pada tradisi transaksi masyarakat
jahiliyah
2. Riba terjadi disebabkan adanya ziyâdah (tambahan) yang
ditetapkan di awal sebelum berlakunya utang-piutang
3. Sifat dari ziyâdah (tambahan harga) adalah melipatgandakan lagi dilipatgandakan (أضعافا مضاعفة). Riba dalam transaksi jual beli terjadi ketika ada penjadwalan kembali utang pembelian yang disertai penetapan harga tambahan yang melebihi dari harga yang disepakati di awal.
Sumber :
Pengertian
Riba dalam Tafsir at-Thabari (nu.or.id)
C.
Tafsir Jalalain, dll serta Penjelasannya
(البقرة 275){الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا[1]} أَيْ يَأْخُذُونَهُ وَهُوَ الزِّيَادَة
فِي الْمُعَامَلَة بِالنُّقُودِ وَالْمَطْعُومَات فِي الْقَدْر أَوْ الْأَجَل {لَا
يَقُومُونَ} مِنْ قُبُورهمْ {إلَّا} قِيَامًا {كَمَا يَقُوم الَّذِي يَتَخَبَّطهُ}
يَصْرَعهُ {الشَّيْطَان مِنْ الْمَسّ} الْجُنُون مُتَعَلِّق بيَقُومُونَ {ذَلِكَ}
الَّذِي نَزَلَ بِهِمْ {بِأَنَّهُمْ} بِسَبَبِ أَنَّهُمْ {قَالُوا إنَّمَا
الْبَيْع مِثْل الرِّبَا} فِي الْجَوَاز وَهَذَا مِنْ عَكْس التَّشْبِيه
مُبَالَغَة فَقَالَ تَعَالَى رَدًّا عَلَيْهِمْ {وَأَحَلَّ اللَّه الْبَيْع
وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ} بَلَغَهُ {مَوْعِظَة} وَعْظ {مِنْ رَبّه
فَانْتَهَى} عَنْ أَكْله {فَلَهُ مَا سَلَفَ} قَبْل النَّهْي أَيْ لَا يَسْتَرِدّ
مِنْهُ {وَأَمْره} فِي الْعَفْو عَنْهُ {إلَى اللَّه وَمَنْ عَادَ} إلَى أَكْله
مُشَبِّهًا لَهُ بِالْبَيْعِ فِي الْحِلّ {فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون} (الجلالين) (البقرة 276){يَمْحَق
اللَّه الرِّبَا} يُنْقِصهُ وَيُذْهِب بَرَكَته {وَيُرْبِي الصَّدَقَات} يَزِيدهَا
وَيُنَمِّيهَا وَيُضَاعِف ثَوَابهَا {وَاَللَّه لَا يُحِبّ كُلّ كَفَّار}
بِتَحْلِيلِ الرِّبَا {أَثِيم} فَاجِر بأكله أي يعاقبه (الجلالين) (البقرة 277){إن
الذين آمنوا وعملوا الصالحات وأقاموا الصلاة وآتوا الزكاة لهم أجرهم عند ربهم ولا
خوف عليهم ولا هم يحزنون} (الجلالين) (البقرة 278) {يأيها الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّه
وَذَرُوا} اُتْرُكُوا {مَا بَقِيَ مِنْ الرِّبَا إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
صَادِقِينَ فِي إيمَانكُمْ فَإِنَّ مِنْ شَأْن الْمُؤْمِن امْتِثَال أَمْر اللَّه
تَعَالَى نَزَلَتْ لَمَّا طَالَبَ بَعْض الصَّحَابَة بَعْد النَّهْي بِرِبًا كَانَ
لَهُمْ مِنْ قبل (الجلالين) (البقرة 279) {فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا} مَا أُمِرْتُمْ
بِهِ {فَأْذَنُوا} اعْلَمُوا {بِحَرْبٍ مِنْ اللَّه وَرَسُوله} لَكُمْ فِيهِ تهديد
شديد لهم لما نَزَلَتْ قَالُوا لَا بُدّ لَنَا بِحَرْبِهِ {وَإِنْ تبتم} رجعتم عنه
{فلكم رؤوس} أُصُول {أَمْوَالكُمْ لَا تَظْلِمُونَ} بِزِيَادَةٍ {وَلَا
تُظْلَمُونَ} بنقص (البقرة 280) {وَإِنْ كَانَ} وَقَعَ غَرِيم {ذُو عُسْرَة
فَنَظِرَة} لَهُ أَيْ عَلَيْكُمْ تَأْخِيره {إلَى مَيْسَرَة} بِفَتْحِ السِّين
وَضَمّهَا أَيْ وَقْت يُسْر {وَأَنْ تَصَّدَّقُوا} بِالتَّشْدِيدِ عَلَى إدْغَام
التَّاء فِي الْأَصْل فِي الصَّاد وَبِالتَّخْفِيفِ عَلَى حَذْفهَا أَيْ
تَتَصَدَّقُوا عَلَى الْمُعْسِر بِالْإِبْرَاءِ {خَيْر لَكُمْ إنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ} أَنَّهُ خَيْر فَافْعَلُوهُ وَفِي الْحَدِيث مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا
أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللَّه فِي ظِلّه يَوْم لَا ظِلّ إلَّا ظِلّه
رَوَاهُ مسلم
(الجلالين) (البقرة
281) {وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ}
بِالْبِنَاءِ لِلْمَفْعُولِ تُرَدُّونَ وَلِلْفَاعِلِ تَسِيرُونَ {فِيهِ إلَى
اللَّه} هُوَ يَوْم الْقِيَامَة {ثُمَّ تُوَفَّى} فِيهِ {كُلّ نَفْس} جَزَاء {مَا
كَسَبَتْ} عَمِلَتْ مِنْ خَيْر وَشَرّ {وَهُمْ لَا يظلمون} بنقص حسنة أو زيادة
سيئة{وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ} بِالْبِنَاءِ لِلْمَفْعُولِ تُرَدُّونَ
وَلِلْفَاعِلِ تَسِيرُونَ {فِيهِ إلَى اللَّه} هُوَ يَوْم الْقِيَامَة {ثُمَّ
تُوَفَّى} فِيهِ {كُلّ نَفْس} جَزَاء {مَا كَسَبَتْ} عَمِلَتْ مِنْ خَيْر وَشَرّ
{وَهُمْ لَا يظلمون} بنقص حسنة أو زيادة سيئة (الجلالين)
[1] الربا في اللغة: الزيادة مطلقاً، يقال ربا الشيء يربو:
إذا زاد، ومنه قوله تعالى: {اهتزت وَرَبَتْ} [الحج: 5] أي زادت، وفي الحديث «إلاّ
رَبَا من تحتها» أي زاد الطعام الذي دعا فيه النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّم َ بالبركة، وأربى الرجل: إذا تعامل بالربا. وفي الشرع: زيادة يأخذها
المقرض من المستقرض مقابل الأجل.( روائع البيان تفسير آيات الأحكام)
معني الربا وما يتعلق بها – (Arti “Riba” dan yang berhubungan dengannya)
ü حقيقة الربا والحكمة من تحريمه - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار
الإفتاء
(dar-alifta.org)
ü
فوائد البنوك عند
إدارة الفتوى مجلس العلماء الإندونسي و دار الإفتاء المصرية
ü
المستندات الشرعية لعمل البنوك - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار
الإفتاء
(dar-alifta.org)
ü فوائد البنوك عند القرضاوي والغزالي والشعراوي - فقه المسلم (islamonline.net)
ü هل
فوائد البنوك حرام؟.. «الإفتاء» توضح (almasryalyoum.com)
ü فتاوى - دار الإفتاء المصرية (dar-alifta.org)
ü علي جمعة: فوائد وقروض البنوك حلال و"لو أخدت ألف وهترجعهم
ألف | مصراوى
(masrawy.com)
ü فوائد البنوك ربا وإن سماها الناس فوائد (islamweb.net)
ü اختلاف أرباح البنوك الإسلامية عن الربوية (islamweb.net)
ü ماذا يفعل بالجائزة التي ربحها من البنك ؟ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü دعوة
الحق - الفائدة المصرفية في نظر الإسلام وموقف العلماء منها (habous.gov.ma)
ü بيان حكم فوائد البنوك - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار الإفتاء (dar-alifta.org)
ü ماهية البنك الربوي والربا وأنواعه (islamweb.net)
ü من فتاوى الأزهر بخصوص حرمة الربا (islamweb.net)
ü فوائد المصارف من الحرام المجمع عليه إلى الحلال - إسلام أون لاين (islamonline.net)
ü الربا والصرف
(binbaz.org.sa)
ü فوائد البنوك هي الربا الصريح الذي نهى عنه القرآن (islamweb.net)
ü الفرق بين البنك الربوي والبنك الإسلامي - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü إقراض البنك المال للطلاب وحديثي التخرج بفائدة - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü أنواع الودائع المصرفية وحكمها - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü مغالطات فتوى إباحة فوائد البنوك الربوية (1) | الجزيرة نت (aljazeera.net)
ü رأي الشيخ الشعراوي في فوائد البنوك (islamweb.net)
ü ما تعريف الربا - موضوع (mawdoo3.com)
ü الربا معناه أنواعه وحكم كل نوع (islamweb.net)
ü تعريف الربا ، وحكم العمل الذي يساعد على الربا؟ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü تعريف الربا وبيان أنواعه (binbaz.org.sa)
D. الأحكام الشرعية (Hukum Syariat Tentang Riba)[3]
الحكم الأول: ما
هو الربا المحرّم في الشريعة الإسلامية؟
الربا الذي حرّمه الإسلام نوعان: (ربا النسيئة) و (ربا الفضل) .
أما الأول (ربا النسيئة) : فهو الذي كان معروفاً في الجاهلية وهو أن يقرضه
قدراً معيناً من المال إلى زمن محدود كشهرٍ أو سنة مثلاً مع اشتراط الزيادة فيه
نظير امتداد الأجل.
قال (ابن جرير الطبري) رَحِمَهُ اللَّهُ:
«إن الرجل في الجاهلية يكون له على الرجال مال إلى أجل، فإذا حلّ الأجل طلبه من
صاحبه فيقول الذي عليه الدين أخّر عني ديْنَك وأزيدك على مالك، فيفعلان ذلك، فذلك
هو الربا أضعافاً مضاعفة، فنهاهم الله عَزَّ وَجَلَّ في إسلامهم عنه»
وهذا النوع من الربا هو المستعمل
الآن في البنوك والمصارف المالية، حيث يأخذون نسبة معينة في المائة كخمسة أو
عشرة في المائة ويدفعون الأموال إلى الشركات والأفراد.
أما الثاني (ربا الفضل) : فهو الذي وضحته السنّة النبوية المطهرة، وهو أن
يبيع الشيء بنظيره مع زيادة أحد العوضين على الآخر، مثاله: أن يبيع كيلاً من القمح
بكيلين من قمح آخر، أو رطلاً من العسل الشامي برطل ونصف من العسل الحجازي، وهكذا
في جميع المكيلات والموزونات.
والقاعدة الفقهية في هذا النوع من التعامل هي أنه (إذا اتحد الجنسان حرم
الزيادة والنّساء، وإذا اختلف الجنسان حلّ التفاضل دون النساء) .
وتوضيحاً لهذه القاعدة الفقهية نقول: إذا أردنا مبادلة عين بعين كزيت بزيت،
أو قمح بقمح، أو عنبٍ بعنب، أو تمر بتمر، حرمت الزيادة مطلقاً ولا تعتبر الجودة
والرداءة هنا، وإذا اختلفت الأجناس كقمح بشعير، أو زيت بتمر مثلاً جازت الزيادة
فيه بشرط القبض لما روي عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ أنه قال:
«الذهب بالذهب، والفضة بالفضة، والبُرّ بالبُرّ، والشعير بالشعير، والتمر
بالتمر، والملح بالملح، مثلاً بمثلٍ، يداً بيد، فمن زاد أو استزاد فقد أربى، الآخذ
والمعطي فيه سواء» وفي حديث آخر «فإذا اختلفت هذه الأصناف فبيعوا كيف شئتم يداً
بيد» أي مقبوضاً وحالاً.
الحكم الثاني: هل
يباح الربا القليل؟ وما المراد من قوله تعالى: {لاَ تَأْكُلُواْ الرباوا
أضعافا مضاعفة} [آل عمران: 130] ؟
يذهب
بعض ضعفاء الإيمان (من مسلمي هذا العصر) إلى أن الربا المحرم إنما هو الربا
الفاحش، الذي تكون النسبة فيه مرتفعة، ويقصد منه استغلال حاجة الناس، أما الربا
القليل الذي لا يتجاوز نسبته اثنين أو ثلاثة في المائة فإنه غير محرم، ويحتجون على
دعواهم الباطلة بأنّ الله تبارك وتعالى إنما حرم الربا إذا كان فاحشاً حيث قال
تبارك وتعالى: {لاَ تَأْكُلُواْ الرباوا أضعافا مضاعفة} [آل عمران: 130]
فالنهي إنما جاء مشروطاً ومقيداً وهو كونه مضاعفاً أضعافاً كثيرة، فإذا لم
يكن كذلك، وكانت النسبة فيه يسيرة فلا وجه لتحريمه.
أولاً: إن قوله
تعالى: {أضعافا مضاعفة} [آل عمران: 130] ليس
قيداً ولا شرطاً، وإنما هو لبيان الواقع الذي كان
التعامل عليه أيام الجاهلية[4]، كما يتضح من سبب النزول، وللتشنيع عليهم
بأنّ في هذه المعاملة ظلماً صارخاً وعدواناً مبيناً، حيث كانوا يأخذون الربا
مضاعفاً أضعافاً كثيرة.
ثانياً:
إن المسلمين قد
أجمعوا على تحريم الربا قليله وكثيره، فهذا القول يعتبر خروجاً على الإجماع
كما لا يخلو عن جهلٍ بأصول الشريعة الغراء، فإن قليل الربا يدعو إلى كثيره،
فالإسلام حين يحرّم الشيء يحرّمه (كلياً) أخذاً بقاعدة (سدّ الذرائع) لأنه لو أباح
القليل منه لجرّ ذلك إلى الكثير منه، والربا كالخمر في الحرمة فهل يقول مسلم عاقل
إن القليل من الخمر حلال؟
ثالثاً:
نقول لهؤلاء الجهلة (من أنصاف المتعلمين) : «أتؤمنون ببعض الكتاب وتكفرون ببعضٍ؟
فلماذا تحتجون بهذه الآية على دعواكم الباطلة، ولا تقرؤون قوله تعالى: {وَأَحَلَّ
الله البيع وَحَرَّمَ الرباوا} وقوله تعالى: {اتقوا الله وَذَرُواْ مَا بَقِيَ
مِنَ الرباوا} وقوله تعالى: {يَمْحَقُ الله الرباوا وَيُرْبِي الصدقات} هل
في هذه الآيات ما يقيد الربا بالقليل أو الكثير أم اللفظ مطلق؟ وكذلك قوله
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ في حديث جابر» لعن رسول الله آكل الربا،
وموكله، وكاتبه، وشاهديه، وقال هم سواء «فالربا محرم بجميع أنواعه بالنصوص
القطعية، والقليل والكثير في الحرمة سواء. وصدق الله حيث يقول: {يَمْحَقُ الله
الرباوا وَيُرْبِي الصدقات والله لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ} .
[1] Tahapan serupa
silakan lihat pada link berikut ini :
[2] الربا في اللغة: الزيادة مطلقاً، يقال ربا الشيء يربو:
إذا زاد، ومنه قوله تعالى: {اهتزت وَرَبَتْ} [الحج: 5] أي زادت، وفي الحديث «إلاّ
رَبَا من تحتها» أي زاد الطعام الذي دعا فيه النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّم َ بالبركة، وأربى الرجل: إذا تعامل بالربا. وفي الشرع: زيادة يأخذها
المقرض من المستقرض مقابل الأجل.( روائع البيان تفسير آيات الأحكام)
معني الربا وما يتعلق بها – (Arti “Riba” dan yang berhubungan dengannya)
ü حقيقة الربا والحكمة من تحريمه - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار
الإفتاء (dar-alifta.org)
ü
فوائد البنوك عند
إدارة الفتوى مجلس العلماء الإندونسي و دار الإفتاء المصرية
ü
المستندات الشرعية لعمل البنوك - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار
الإفتاء (dar-alifta.org)
ü فوائد البنوك عند القرضاوي والغزالي والشعراوي - فقه المسلم (islamonline.net)
ü هل
فوائد البنوك حرام؟.. «الإفتاء» توضح (almasryalyoum.com)
ü فتاوى - دار الإفتاء المصرية
(dar-alifta.org)
ü علي جمعة: فوائد وقروض البنوك حلال و"لو أخدت ألف وهترجعهم ألف | مصراوى
(masrawy.com)
ü فوائد البنوك ربا وإن سماها الناس فوائد
(islamweb.net)
ü اختلاف أرباح البنوك الإسلامية عن الربوية
(islamweb.net)
ü ماذا يفعل بالجائزة التي ربحها من البنك ؟ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü دعوة
الحق - الفائدة المصرفية في نظر الإسلام وموقف العلماء منها
(habous.gov.ma)
ü بيان حكم فوائد البنوك - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار الإفتاء (dar-alifta.org)
ü ماهية البنك الربوي والربا وأنواعه
(islamweb.net)
ü من فتاوى الأزهر بخصوص حرمة الربا
(islamweb.net)
ü فوائد المصارف من الحرام المجمع عليه إلى الحلال - إسلام أون لاين (islamonline.net)
ü الربا والصرف (binbaz.org.sa)
ü فوائد البنوك هي الربا الصريح الذي نهى عنه القرآن (islamweb.net)
ü الفرق بين البنك الربوي والبنك الإسلامي - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü إقراض البنك المال للطلاب وحديثي التخرج بفائدة - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü أنواع الودائع المصرفية وحكمها - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü مغالطات فتوى إباحة فوائد البنوك الربوية (1) | الجزيرة نت (aljazeera.net)
ü رأي الشيخ الشعراوي في فوائد البنوك
(islamweb.net)
ü ما تعريف الربا - موضوع (mawdoo3.com)
ü الربا معناه أنواعه وحكم كل نوع
(islamweb.net)
ü تعريف الربا ، وحكم العمل الذي يساعد على الربا؟ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü تعريف الربا وبيان أنواعه (binbaz.org.sa)
[4] وهذا التفصيل موجود كما يلي :
ü
جواب
شبهة حول آية (لا تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة)
ü
{لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا
مُضَاعَفَةً} -أريد (arid.my)
ü
الحال
واردة لحكاية الواقع فلا تفيد مفهوما
ü
المواضع التي لا يصح فيها اعتبار مفهوم المخالفة
ü
فالأضعاف
المضاعفة وصف لواقع وليست شرطاً يتعلق به الحكم
ü
وليس
فيه أن القليل ليس بمحرم،
ü
وقد
زعم الكاتب أن الشيخ القرضاوي أباح قليل الربا اعتماداً على قول الله تعالى
ü
بأن الأضعاف المضاعفة وصف لواقع ، وليست شرطا يتعلق به الحكم