2.2.1
Konsep Persepsi
2.2.1.1
Pengertian Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline versi 1.3,
freeware@2010-2011 by Ebta setiawan, dijelaskan bahwa per·sep·si /persépsi/ n 1 tanggapan (penerimaan)
langsung dr sesuatu; serapan: perlu diteliti -- masyarakat thd alasan pemerintah menaikkan harga bahan
bakar minyak; 2 proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya;
Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata perception, yang
diambil dari bahasa latin perceptio, yang berarti menerima atau
mengambil. Menurut Leavitt (dalam Desmita, 2011: 117), ”Perception dalam
pengertian sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat
sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah pandangan, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu”.
Para ahli dengan pandangan masing-masing mendefinisikan persepsi secara
berbeda-beda. Berikut adalah definisi persepsi menurut beberapa ahli yang
dikutip dari Desmita (2011: 117), 1) Chaplin mengartikan persepsi sebagai ”Proses mengetahui
atau mengenali objek dan kejadian objektif melalui indera, 2) Morgan
mengartikan persepsi sebagai ”The process of discriminating among stimuli
and of interpreting their meaning, 3) Matlin mendefinisikan, “Perception
is a process that uses our previous knowledge to gather and interpret the
stimuli that our sense register, 4) Matsumoto mendefinisikan,
“Perception is the process of gathering information about the world trough
our senses”.
Sedangkan menurut Slameto ( 2010 :102 ) Persepsi adalah proses
yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui
persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar,
peraba, perasa, dan pencium. Sedangkan Miftah
Toha (2009:141) juga menerangkan bahwa Persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan
penciuman. Kunci untuk memahami persepsi
adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran
yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap
situasi.
Alex Sobur (2010 : 445) menjelaskan,
persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavit, 1978), Persepsi
adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
memengaruhi indra kita ( De Vito, 1997 : 75). Persepsi adalah pemaknaan hasil
pengamatan ( Yusuf, 1991 : 108 )
Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek
atau stimulus yang mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik,
kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis).
Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat
mengalami persepsi (proses psikologis).
Menurut Fleming dan Levie (dalam
Muhaimin, 2008: 142), persepsi adalah suatu proses yang bersifat
kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang
diperoleh dari lingkungannya. Semua proses belajar selalu dimulai dengan
persepsi, yaitu setelah peserta didik menerima stimulus atau suatu pola stimuli
dari lingkungannya.
Desmita (2011:119) menerangkan bahwa dalam
psikologi kontemporer persepsi secara umum diperlakukan sebagai variable campur
tangan (intervening variable), yang dipengaruhi oleh factor-faktor stimulus dan
factor-faktor yang ada pada subjek yang menghadapi stimulus tersebut. Oleh
sebab itu, persepsi seseorang terhadap suatu benda atau realitas belum tentu
sesuai dengan benda atau realitas yang sesungguhnya. Demikian juga,
pribadi-pribadi yang berbeda akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda pula.
Dari
penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya
persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian makna
sebagai hasil pengamatan tentang
suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya, yang
diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan penafsiran pesan
sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau
positif negatifnya hal tersebut.
Organisme
atau individu dalam mengadakan persepsi timbul suatu masalah apa yang
dipersepsi terlebih dahulu, apakah bagian merupakan hal yang dipersepsi lebih
dulu, baru kemudian keseluruhannya, ataukah keseluruhan dipersepsi lebih dulu
baru kemudian bagian-bagiannya. Dalam hal ini ada dua teori yang berbeda satu
dengan yang lain, atau bahkan dapat dikatakan berlawanan dalam hal persepsi
ini, yaitu 1) teori elemen, dan 2) teori Gestalt. Menurut teori elemen, dalam
individu mempersepsi sesuatu maka yang dipersepsi mula-mula adalah
bagian-bagiannya, baru kemudian keseluruhan atau Gestalt merupakan hal yang
sekunder. Jadi kalau seseorang mempersepsi sesuatu maka yang dipersepsi
terlebih dahulu adalah bagian-bagiannya, baru kemudian keseluruhannya. Dalam
hal ini dapat dikemukakan bahwa dalam seseorang mempersepsi sesuatu
bagian-bagiannya merupakan hal yang primer, sedangkan keseluruhannya merupakan
hal yang sekunder. Sebaliknya menurut teori Gestalt dalam seseorang mempersepsi
sesuatu yang primer adalah keseluruhannya atau Gestaltnya, sedangkan
bagian-bagiannya adalah sekunder. Jadi kalau seseorang mempersepsi sesuatu maka
yang dipersepsi terlebih dahulu adalah keseluruhannya atau gestaltnya, baru
kemudian bagian-bagiannya.
2.2.1.2 Pembentukan Persepsi dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Proses pembentukan persepsi sebagai
pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat
stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation",
begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi
terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses
penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.
Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun
menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi
berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap
informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Sobur (2010:447) pada fase
interpretasi ini terjadi proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa
lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan.
Interpretasi.juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang
kompleks menjadi sederhana.
Bimo Walgito ( 2010 : 101 )
menjelaskan bahwa ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar individu dapat
mengadakan persepsi,
yaitu : 1) Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan
stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari
luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus
dating dari luar individu. 2) Adanya indera,
syaraf, dan
pusat susunan syaraf, yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respons diperlukan syaraf motoris.. 3) Adanya perhatian,
merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau
sekumpulan objek.
Dari hal
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada beberapa
faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu 1)
objek atau stimulus yang dipersepsi, 2) alat indera dan syaraf-syaraf serta
pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat
fisiologis, 3) perhatian, yang merupakan syarat psikologis
Dengan
demikian dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus
mengenai alat indera atau reseptor. Persepsi ini dinamakan proses kealaman (fisik).
Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke
otak. Proses ini dinamakan proses
fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga
individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu
akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau
pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses
psikologis.
David Krech dan Richard S.Crutchfield (1977)
(dalam Jalaluddin, 2012: 50-57)
menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu “ 1). Faktor-Faktor Fungsional. Faktor-faktor
fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal atau perseptor, karena
merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu yang mengadakan persepsi seperti
kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya. Berarti persepsi bersifat
selektif secara fungsional sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam
persepsi biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi. Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi yang
menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi karakteristik orang
menentukan respon atau stimulus, 2).
Faktor-Faktor Struktural. Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal
dari sifat stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf
individu. Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan
sesuatu, maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita
ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang
terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan. Sebagai contoh
dalam memahami seseorang kita harus melihat masalah-masalah yang dihadapinya,
konteksnya maupun lingkungan sosial budayanya. Dalam mengorganisasi sesuatu,
kita harus melihat konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak
lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan
rangkaian stimulus yang kita persepsi. Oleh karena manusia selalu memandang
stimulus dalam konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian
stimulus yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau
persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang
berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung
ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama”.
Demikian juga ada beberapa
karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi seseorang yaitu (1) faktor ciri
khas dari obyek stimulus (2) faktor-faktor pribadi (3) faktor pengaruh kelompok
dan (4) faktor perbedaan latar belakang. Faktor dari obyek stimulus terdiri
dari (1) nilai dari stimulus (2) arti emosional orang yang bersangkutan (3)
familiaritas dan (4) intensitas yang berhubungan dengan derajad kesadaran
seseorang mengenai stimulus tersebut. Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu
ciri khas individu seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya.
Respon orang lain dapat memberi kearah suatu tingkah laku konform. Studi Flamen
(1961) menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat
menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang seseorang
juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap suatu stimulus.
Di
samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang
jernih, gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel
seperti audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis.
Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi /
pesan / stimulus dipersepsikan.
Faktor
yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi
dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka
berpikir atau perceptual set
atau mental set
tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu.
Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal set ini.
Ketersediaan
informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus
yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh
karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus
terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di
tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih
karena ia tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya.
Informasi juga dapat menjadi cues
untuk mempersepsikan sesuatu.
Kebutuhan;
seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat
itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika
lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
Pengalaman
masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan
sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk
mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh
lain yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya
sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan
pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan
bos, dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang baik, walaupun
semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan si bos.
Faktor
psikologis lain yang juga penting dalam persepsi secara berturut-turut adalah emosi, impresi dan konteks.
Emosi; akan
mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat,
karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah emosinya tersebut. Seseorang
yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami
kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.
Impresi;
stimulus yang salient / menonjol, akan
lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras,
atau suara yang kuat dengan pitch
tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus
dari persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan
berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan
persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.
Konteks;
walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah
mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan
fisik. Konteks memberikan ground
yang sangat menentukan bagaimana figure
dipandang. Fokus pada figure
yang sama, tetapi dalam ground
yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
2.2.1.3 Prinsip Dasar
Persepsi
Bagi seorang guru, mengetahui dan
menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut paut dengan persepsi sangat penting,
karena :
·
Makin baik suatu obyek, orang, peristiwa atau hubungan
diketahui, makin baik obyek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat
diingat. Atau dengan penjelasan lain,
makin baik persepsi mengenai sesuatu, makin mudah peserta didik belajar
mengingat sesuatu tersebut (Muhaimin, 2008:142).
·
Dalam pembelajaran, menghindari salah persepsi merupakan
hal yang harus dilakukan oleh seorang guru, sebab salah persepsi akan
memberikan pengertian yang salah, yang akan menjadikan siswa belajar sesuatu
yang keliru atau yang tidak relevan.
·
Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda
yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus
mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak
terjadi persepsi yang keliru. Dengan penjelasan lain dalam pembelajaran perlu
diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda sesungguhnya
sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat [(Fleming dan
Levie,1981) dalam Muhaimin, 2008:143]
Dalam Slameto (2010 : 103-105)
dijelaskan, bahwa ada beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu
diketahui oleh seorang guru agar ia dapat mengetahui siswanya secara lebih baik
dan dengan demikian menjadi komunikator yang efektif ;
1. Persepsi itu
Relatif Bukannya Absolut
Artinya seseorang tidak akan mampu menyerap segala
sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Seseorang tidak dapat menyebutkan
secara persis berat suatu benda yang dilihatnya atau kecepatan mobil yang
sedang lewat, tetapi ia dapat secara relative menerka berat berbagai benda atau
kecepatan mobil-mobil.
Berdasarkan kenyataan bahwa persepsi itu relative,
seorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk
pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu
persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.
2. Persepsi itu
Selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja
dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini
berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia
pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi
itu mempunyai kecenderungan. Ini berarti bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan
seseorang dalam menerima rangsangan.
Berdasarkan prinsip ini, dalam memberikan pelajaran
seorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan
agar dapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian
pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan, dan agar perhatian
siswa tidak terpikat pada bagian yang penting ini. Seorang guru juga harus
dapat menjaga keadaan lingkungan tempat ia mengajar agar pesan yang datang dari
lingkungan tersebut, seperti suara lalu lintas di luar kelas atau suara orang
berbicara, tidak menyaingi pesan, yaitu pelajaran yang sedang ia sampaikan.
Selanjutnya seorang guru juga harus menjaga agar dalam satu kali penyajian atau
pelajaran, ia tidak terlalu banyak menyampaikan hal-hal baru sehingga melebihi
batas kemampuan persepsi siswa.
3. Persepsi itu
Mempunyai Tatanan
Orang yang menerima rangsangan tidak dengan cara
sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau
kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan
melengkapi sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.
Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran
yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik. Jika butir-butir
pelajaran tersebut dalam hubungan atau kelompok yang dapat dimengerti oleh
siswa tersebut dan yang mengkin berbeda dengan yang dikehendaki oleh guru.
Hasilnya adalah salah interpretasi atau salah pengertian.
4. Persepsi
Dipengaruhi oleh Harapan dan Kesiapan (Penerima Rangsangan)
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan
mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih
itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.
Dalam pelajaran , guru dapat menyiapkan siswanya untuk
pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama
urutan-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelajaran tersebut. Jika pada
hari pertama guru mengajak berdoa sebelum pelajaran dimulai, maka dapat
dipastikan bahwa pada hari-hari berikutnya siswa akan menanti guru untuk
memulai dengan doa sebelum pelajaran dimulai.
5. Persepsi
Seseorang atau Kelompok Dapat Jauh Berbeda dengan Persepsi Orang atau Kelompok
Lain Sekalipun Situasinya Sama.
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru ini berarti bahwa agar
dapat diperoleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki
oleh kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus
menggunakan metode yang berbeda. Dengan lain perkataan dapat dikatakan bahwa tidak
ada satupun metode yang akan mampu memberikan hasil yang sama pada kelas atau
bahkan orang yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
2.2.1.4 Bentuk-Bentuk
Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatu
tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan
dinyatakan secara verbal, sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan
yang berdasarkan penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja,
dimana saja, jika stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses
kognitif mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut
pengalaman yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus
kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses
seluruh stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus
yang akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan
bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu
yang bersifat positif dan negatif.
1)
Persepsi Positif
Persepsi positif yaitu persepsi atau
pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang
mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai dengan
pribadinya
2).
Persepsi Negatif
Yaitu persepsi atau pandangan terhadap
suatu obyek dan menunjuk pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung
menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.
2.2.1.5 Jenis-Jenis
Persepsi
Proses
pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera
menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.
Persepsi
visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum.
Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil
yaitu kulit.
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
Persepsi
pengecapan
Persepsi
pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.