HIDUP ADALAH UJIAN

SELAMAT DATANG DI BLOG " KHAIRUL IKSAN "- Phone : +6281359198799- e-mail : khairul.iksan123@gmail.com

Minggu, 22 September 2024

PENJELASAN TENTANG ORANG KAFIR DALAM AL-QURAN SURAT AL BAQOROH AYAT 10 - 11

 



Tafsir QS.Al-Imron Ayat 10-11

  I.         Topik Bahasan

A.    Apakah harta dan anak-anak orang kafir berguna di akherat ?  (QS. Al-Imron 10)

B.    Benarkah pada hari kiamat orang kafir akan menjadi bahan bakar api neraka ?  (QS. Al-Imron 10)

C.   Seperti apa kebiasaan orang-orang kafir di dunia ? (QS. Al-Imron 11) 

D.   Beberapa bentuk susunan kalimat Al-Quran tentang orang-orang kafir. 

II.         Pembahasan

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَن تُغْنِىَ عَنْهُمْ أَمْوَٰلُهُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ  شَيْـًۭٔا ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ وَقُودُ ٱلنَّارِ (العمران 10)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikit pun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka,

ü  Tafsir NU

Orang yang kafir dan mengingkari kenabian Muhammad, padahal mereka mengetahui kebenarannya baik dari golongan Ahli Kitab maupun dari golongan orang-orang musyrik Arab, mereka tidak akan dapat menghindari azab Allah. Selanjutnya Allah menerangkan bahwa harta benda dan anak cucu mereka tidak akan memberi syafaat sedikit pun kepada mereka. Harta yang bisa dipergunakan untuk mendapat manfaat dan menolak kemudaratan di dunia dan anak-anak yang bisa membantu dalam segala urusan penting dan dalam peperangan, semuanya itu tidak akan menyelamatkan mereka dari api neraka, sebagaimana Allah berfirman: (Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. (asy-Syu'ara'/26:88) Walaupun mereka mengucapkan seperti firman Allah: Dan mereka berkata, "Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab." (Saba'/34: 35) Peryataan mereka ini dibantah Allah dengan firman-Nya: Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, ¦. (Saba'/34: 37)

 

ü  Tafsir WEB

كَدَأْبِ ءَالِ فِرْعَوْنَ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا فَأَخَذَهُمُ ٱللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ ۗ وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ (العمران 11)

(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Firaun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.

ü  Tafsir NU

Hal ihwal orang yang ingkar sama dengan hal ihwal Fir'aun dan pengikut-pengikutnya, juga serupa dengan apa yang dilakukan umat sebelumnya kepada Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang dibawa oleh para rasul. Karena itu Allah menurunkan siksa atas mereka betapa pun besarnya kekuasaan mereka. Musuh-musuh nabi itu hancur, dan nabi-nabi beserta pengikut-pengikutnya memperoleh kemenangan. Orang kafir tidak dapat lari dari azab yang diturunkan Allah. Karena hukuman Allah itu adalah sebagai akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri. Orang-orang Yahudi merasa takut dengan turunnya ayat ini karena mereka mengetahui apa yang telah dialami oleh Fir'aun dan pengikut-pengikutnya. Yang dimaksud orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang Yahudi Medinah. Menurut riwayat Ibnu 'Abbas, orang Yahudi Medinah tatkala menyaksikan kemenangan Rasulullah atas kaum musyrik pada Perang Badar, mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya dia adalah nabi yang ummi, yang dikabarkan oleh Nabi Musa kepada kita, dan dalam Taurat terdapat tanda-tandanya". Lalu mereka bermaksud mengikuti Nabi Muhammad saw. Tetapi sebagian mereka berkata, "Janganlah terburu-buru sampai kamu menyaksikan bukti-bukti yang lain." Tatkala tiba Perang Uhud mereka menjadi ragu-ragu lalu mereka membatalkan perjanjian yang mereka sepakati dengan Rasulullah saw. Kemudian Ka'ab bin al-Asyraf (pimpinan Yahudi) bersama enam puluh anggota pasukan berkuda berangkat segera ke Mekah untuk menghimpun kekuatan untuk memerangi Rasulullah saw. Maka pada saat itu turunlah ayat ini. Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya, dan oleh al-Baihaqi dalam Dala'il melalui Ibnu Ishaq dari Ibnu 'Abbas bahwa Rasulullah tatkala berhasil mengalahkan orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau pulang ke Medinah, beliau mengumpulkan orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'. Beliau berkata, "Hai, orang Yahudi masuklah dalam agama Islam sebelum kamu ditimpa oleh apa yang telah ditimpakan Allah kepada kaum Quraisy. Mereka menjawab, "Hai Muhammad, jangan kamu tertipu oleh dirimu sendiri. Kamu telah membunuh sejumlah orang Quraisy, dan mereka itu orang-orang yang tidak berpengalaman, tidak mengerti perang. Demi Allah, jika kamu berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kamilah sebenarnya laki-laki yang sesungguhnya, kamu belum pernah berhadapan dengan kami". Dengan kejadian ini, turunlah ayat 12 dan 13 ini.

 

ü  Tafsir WEB

Tafsir QS.Al-Imron Ayat 10 – 11

ü Enam Penyebab Kekafiran Menurut Syekh As-Sanusi

Darimana kekafiran muncul? Bagaimana bentuk bentuk kekafiran menurut Syaikh as-Sanusi, penulis kitab Umm al-Barahin ? Menurut Syekh as-Sanusi, kekafiran dapat muncul karena sebab enam hal (Syarah Ummul Barohin, 292-294).

Pertama, menyandarkan adanya sesuatu (Ka’inat) kepada Allah melalui jalur sebab (Ta’lil) dan tabiat tanpa mengaitkan bahwa hal tersebut merupakan ikhtiar/usaha Allah. Pemahaman semacam ini disebut dengan istilah “Ijab Dzati”. Paham ini dipegang oleh kalangan falasifah yang menjadikan setiap dzat merupakan pelaku (dengan sendirinya) sehingga menafikan adanya kekuasaan (sifat Qudrah) dan kehendak (sifat Iradah) Allah. (Kajian Tauhid: Memahami Sifat Qudrah bagi Allah)

Sebagai seorang mukmin seharusnya kita meyakini bahwa api (misalnya) tidak membakar secara natural dengan watak atau kekuatannya sendiri, yang dititipkan oleh Allah pada api, melainkan sifat panas dan membakar yang dimiliki api, murni merupakan hasil kehendak, ciptaan, dan bukti akan kekuasaan Allah. Adanya segala sesuatu (Ka’inat) merupakan hasil dari usaha atau ikhtiar yang dilakukan oleh Allah.

Kedua, keyakinan bahwa perbuatan Allah pasti terikat tujuan menarik kemaslahatan dan menolak keburukan, paham semacam ini disebut sebagai “Tahsin Aqli”. Kaum barahimah meyakini adanya tahsin aqli sehingga mereka menafikan adanya kenabian (Nubuwwah). Tahsin aqli juga menjadi sumber kekafiran golongan muktazilah yang mewajibkan Allah untuk memelihara kebaikan (Muro’ah as-Shalah wa al-Ashlah).

Dalam kepercayaan Sunni (Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah), perbuatan Allah (sebagai Tuhan) sama sekali tidak bertujuan menarik kebaikan atau menolak keburukan. Allah (mengingat kedudukannya sebagai Tuhan) merupakan pelaku yang boleh berbuat apapun sekehendaknya, independen, dan maha kuasa atas segala sesuatu.

Ketiga, mengikuti pandangan orang lain sebab sektarianisme dan fanatisme (Ashabiyah) tanpa disertai usaha mencari tahu kebenaran yang sesunguhnya, atau yang disebut oleh As-Sanusi sebagai Taklid Buta (at-Taqlid ar-Radi). Paham semacam ini (seperti misalnya) dipegang oleh para penyembah berhala, mereka beralasan bahwa para pendahulu, serta nenek moyang mereka melakukan hal tersebut sehingga mereka merasa berkewajiban untuk melestarikan ajaran mereka.

Keempat, tetapnya hubungan antara wujud maupun ketiadaan perkara satu dengan perkara lainya berdasar pengulangan atau yang disebut sebagai hubungan yang bersifat kebiasaan (ar-Rabth al-‘Adi). Paham ini dipegang oleh kalangan pemuja tabiat (Thaba’i’in) yang menghubungkan rasa kenyang dengan makanan, membakar dengan api, dan sebagainya. Mereka berpandangan bahwa hubungan semua hal tersebut terjadi secara natural (tabiat), atau melalui kekuatan atau daya yang Allah letakkan pada benda tersebut.

Kelima, tidak menyadari akan ketidaktahuannya terhadap kebenaran, hal semacam ini lumrah dikenal sebagai Kebodohan Bertingkat (Jahlun Murakkab). Kebanyakan manusia mengalami hal ini. Diantaranya seperti keyakinan kalangan falasifah yang meyakini bahwa cakrawala bintang dapat mempengaruhi nasib (semacam ramalan bintang) dan keyakinan mereka bahwa cakrawala alam semesta bersifat qidam (ada tanpa permulaan).

Keenam, berpegang pada lahiriyah al-Kitab dan Sunnah tanpa disertai dengan petunjuk akal dan kaidah-kaidah syara’ yang sudah bersifat pasti (Qat’i). Satu contoh dari kalangan ini ialah orang orang Hasyawiyah yang berpaham Allah menyerupai makhluk (Tasybih), Allah memiliki “jisim atau anggota tubuh (Tajsim)”, dan menetapkan adanya “arah” bagi Allah. Mereka memiliki pandangan semacam itu karena semata berpegang pada zahir ayat, tanpa disertai takwil.

ü Macam - Macam Murtad - Kitab Sulam Taufiq

KEWAJIBAN MENJAGA AGAMA (Sulam Taufiq)

(فصل) يجب على كل مسلم حفظ اسلامه وصونه عما يفسده ويبطله ويقطعه وهو آلردة والعياذ بالله تعلى 

Setiap orang islam wajib memelihara dan menjaga keislamannya agar jangan sampai ada sesuatu yg merusak,membatalkan dan memutus islamnya,sebab semua itu adalah murtad, semoga kita dilindungi oleh Alloh dari perbuatan murtad.

وقد كثر في هذاالزمان التساهل فى الكلام حتى انه يخرج من بعضهم الفاظ تخرجهم عن السلام ولا يرون ذلك ذنبا فضلا عن كونه كفرا  

Pada zaman ini banyak orang yg sembrono dalama berkata2. Segingga yg diucapkan sungguh sungguh mengeluarkan dirinya dari agama islam,sementara dia sama sekali tidak pernah menganggap bahwa yg diucapkan itu dosa, apalagi dianggap kufur malah tak mungkin

والردة ثلاثة اقسام اعتقادات وافعال واقوال

Perbutan murtad terbagi menjadi tiga hal.
1. MURTAD I'TIQOD (keyakinan dalam hati)
2.MURTAD FI'LIYAH (perbuatan)
3.MURTAD QOULIYAH (ucapan)
Masing2 bagian bercabang amat banyak

وكل قسم يتشعب شعبا كثيرة فمن الأول الشك في الله او في رسوله اوالقران او اليوم الاخر او الجنة او النار اوالثواب اوالعقاب اونحو ذلك مما هو مجمع عليه

Pertama, Murtad  I'tiqodi
Murtad karena Kenyakinan
Setiap pembagian Sifat murtad bercabang cabang dgn cabang yg banyak. Sebagian dari murtad I'TIQOD yaitu: 

  • Meragukan adanya Allah, 
  • Meragukan utusan Allah, 
  • Meragukan kebenaran Alqur'an, 
  • Meragukan hari kiyamat, Meragukan
  • Meragukan adanya surga dan neraka, Meragukan
  • Meragukan adanya pahala, 
  • Meragukan siksaan Allah 
  • Meragukan hukum yg disepakati para ulama mujtahid.

 اوعتقد فقدصفة من صفات الله تعلى الوجبة له اجماعا كالعلم او نسب له صفة يجب تنجيهه عنها اجماعا كالجسم اوحلل محرما با لاجماع معلوما من الدين با لضرورة مما لا يخفى عليه كزنا ولواط والقتل والسرقة والغصب او حرم حلال كذلك كالبيع والنكاح

  • Berkeyakinan tidak ada sifat wajib bagi Alloh yg telah disepakati ulama mujtahid, Serperti 'ilmu', Menisbatkan Alloh dgn sifat yang seharusnya wajib mensucikanya secara ijma' ulama seperti mengatakan Allah berjasad
  • Menghalalkan perkara haram yg di sepakati Ulama Mujtahid sdh di ketauhui secara agama. Seperti : zina, liwath (homosex), Pembantaian, Pencuarian, Merampok, 
  • Mengharamkan yang halal seperti jual beli dan nikah

 اونفى وجوب مجمع عليه كذلك كالصلوات الخمس اوسجدا منها والزكاة والصوم والحج والوضوء او اوجب مالم يجب اجماعا كذلك او نفى مشروعية مجمع عليه كذلك كارواتب او عزم على الكفر في المستقبل او على فعل شيء  في الحال مما ذكر او تردد فيه لا وسواسه او انكر صحبة سيدنا ابي بكر رضي الله عنه اورسالة واحد من الرسل مجمع على رسالته او جحد حرفا مجمعا عليه من القران او زاد حرفا فيه مجمعا على نفيه معتقدا انه منه او كذب رسولا او نقصه او صغر اسمه بقصد تحقيره او جوز نبوة احد بعد نبينا محمد صلى الله عليه وسلم

  • Meniadakan kewajiban yg  telah disepakati ulama, seperti sholat lima waktu, atau menghilangkan satu sujud dari Sholat, Meniadakan kewajiban Zakat, Puasa, Haji, Wudlu.
  • Mewajibkan apa yg tidak wajib secara ijma' ulama
  • Meniadakan ibadah yg di syareatkan agama,' seperti sholat sunah rowatib (qobliyah-ba'diyah)
  • Berencana kufur (Murtad ) akan masa datang.
  • Berencana mengerjakan sesuatu pada keadaan dari apa yg telah disebutkan
  • Bimbang dalam agama, Bukan karena waswas. 
  • Mengingkari sahabat-sahabat nabi kita seperti abu Bakar, Umar ,Utsman, Ali.
  • Mengingkari kerasulan salah satu rosul Allah menurut Ijma' ulama.
  • Mengingkari satu huruf dari Alqur'an yang telah disepakati ulama
  • Menambahkan satu huruf yg tidak dalam Alquran menurut Ijma' ulama sedangkan dia meyakini itu salah satu huruf Alquran.
  • Mendustakan dan meremehkan serta men-tashgir nama rasul dgn tujuan menghina, 
  • Menyangka ada nabi sesudah nabi muhammad SAW.

والقسم الثاني الافعال كسجود لصنم او شمس او مخلوق اخر

Kedua, Murtad Fi'liyah yaitu seperti :
Murtad Karena Perbuatan

  • Menyembah berhala, 
  • Menyembah matahari, 
  • Menyembah mahluk lainnya

والقسم الثالث الاقوال وهي كثيرة جدا لا تنحصر منها ان يقول لمسلم ياكافر او يا يهودي او يانصراني او ياعديم الدين مريدا ان الذي عليه المخطب من الدين كفر او يهودية او نصرانية او ليس بدين وكالسرية باسم من السمائه تعلى اووعده اووعيده ممن لا يخفى عليه نسبة ذلك اليه سبحانه وتعلى وكان يقول لو امراني الله بكذا لم افعله اولوصارت القبلة في جهة كذا ما صليت او لو اعطاني الله الجنة مادخلتها مستخفا

Ketiga, Murtad Qouliyah.
Murtad karena ucapan

Ini sangat banyak sehingga tdk terhitung jumlahnya, Diantaanya:  

  • Memanggil Seorang Muslim dengan kata-kata : "Hai orang kafir !!, "Hai orang yahudi !! , "Hai orang nasrani !!   Hai orang tak beragama !! dengan tujuan tersebut. 
  • Menghina salah satu nama dari nama2 Alloh.
  • Menghina janji dan ancaman Alloh atau Apa yang di-hubungkan kepada-Nya.
  • Berkata : "Andaikan Alloh memerintahkan-ku, maka aku tidak akan mengerjakan-Nya.
  • Berkata :  "Jika arah kiblat dipindah kearah yg lain, maka Aku tidak mau shalat.
  • Berkata  : "Seandainya aku diberi syurga oleh Alloh, maka saya tak mau memasukinya,Semua diucapkan dengan tujuan merendahkan (مستخفا)

 او مظهرا للعناد في الكل وكأن يقول لو آخذ ني الله بترك الصلاة مع ما انا فيه من المرض ظلمني او قال لفعل حدث هذا بغير تقدير الله او ولو شهد عندي الانبياء او الملائكة او جميع المسلمين بكذا ما قبلتهم او قال لا افعل كذا وان كان سنة بقصد الاستهزاء او ولو كان فلان نبيا ما امنت به او اعطاه عالم فتوى فقال : ايش هذا االشرع مريدا الاستخفاف 

Menampakan kedurhakaan secara keseluruhan. Seperti :

  • Berkata : "Jika Alloh menyiksa-ku karena meninggalkan sholat , padahal aku sedang sakit berarti Alloh menzholimi -ku.
  • Berkata ketika ada sesuatu peristiwa : "Ini bukan takdir Alloh".
  • Berkata : "Andai yg menjadi saksi  itu para nabi, para malaikat, atau seluruh muslimin maka aku tak kan mau menerima mereka menjadi saksi.
  • Berkata : "Aku tidak mau melakukan ini, sekalipun itu sunah, (kata-kata menghina)
  • Berkata : " Seandainya si Fulan menjadi nabi, saya tak mau percaya kepada-nya,
  • Berkata : " Syareat yg mana ini?" .(Dia berkata : ketika ada seorang ulama memberikan Fatwa-Hukum dgn tujuan meremehkan.)

او قال لعنة الله على كل عالم مريدا الاستغراق الشامل لأحد الانبياء او قال انا برئ من الله او من الملائكة او من النبي صلى الله عليه وسلم او من القرأن او من الشريعة او من الاسلام او قال لحكم حكم به من الاحكام الشريعة ليس هذاالحكم اولا اعرف الحكم مستهزئا بحكم الله

  • Berkata : "Laknat Alloh atas semua orang 'Alim. dgn ucapan ini berarti  mengkaitkan keseluruhan salah satu nabi.
  • Berkata : " Saya melepaskan diri dari Allah ! "Saya bebas dari malaikat !, bebas dari nabi !,  atau bebas dari syariat ! dan dari islam.
  • Berkata : "Ini bukan hukum syareat'' . (Berkata ketika ada satu hukum syara')
  • Berkata : "Saya tidak kenali hukum syara ini', dgn maksud menghina hukum Allah SWT.

 اوقال وقد ملأ وعاء وكأسا دهاقا او افرغ شرابا فكنت شرابا او عند وزن اوكيل واذا كلوهم او وزنوهم يخسرون او عند رؤية جمع وحشرناهم فلم نغادر منهم احدا بقصد الاستخفاف او الستهزاء في الكل وكذا كل موضع استعمل فيه القرأن بذلك فان كان بغير ذالك القصد فلا يكفر لكن قال الشيخ احمد ابن حجررحمه الله لا تبعد حرمته وكذا يكفر من شتم نبيا او ملكا 

  • Berkata Sambil mengejek saat mengisi benjana dengan Ayat "(وكأسا دهاقا)" atau  "(فكانت شرابا) " sambil menuang minuman, dgn tujuan menghina. Atau membaca Ayat (واذا كلوهم او وزنوهم يخسرون) ketika berada disisi timbangan atau takaran, (tujuan menghina). Atau Membaca Ayat (وحشرناهم فلم نغادر منهم احداKetika ada rombongan lewat dgn tujuan menghina atau meremehkan Alqur'an.
  • Membaca Ayat Alqur'an  disebuah tempat dgn maksud menghina. Jika tidak, maka tidaklah kufur.

Namun menurut Syeikh Ahmad bin Hajar  hal itu mendekati keharaman, demikian pula memaki para nabi dan malaikat,

او قال اكون قوادا ان صليت اوما اصبت خيرا منذ صليت اوالصلاة لا تصلح لي بقصد الاستخفاف بها او الاستهزاء اوستحلال تركها اوالتشا ؤم بها او قال لمسلم انا عدوك وعدو نبيك او لشريف انا عدوك وعدو جدك مريدا النبي صلى الله عليه وسلم او يقول شيأ من نحو هذه الالفاظ البشيعة الشنيعة 

Dan berkata ,jika saya sholat maka saya akan menjadi penjual pelacur,

Dan berkata sejak saya sholat tidak mendapat kebaikan.
Dan berkata sholat itu sama sekali tidak pantas bagiku, dgn tujuan menghina sholat,meremehkan atau menganggap halalnya meninggalkan sholat atau merasa mendapat situasi buruk sebab sholat.
Dan berkata kepada syarif (keturunan Nabi muhammad SAW), aku ini musuhmu,dan musuh kakekmu, dia bermaksud menghina nabi SAW.
atau berkata selain dgn kata2 tersebut(mulai awal )tapi sama buruknya dgn kata2 diatas juga menjadikannya murtad,

وقد عد الشيخ احمد بن حجر والقاضي عياض رحمهما الله تعلى في كتا بها الاعلام والشفاءاشيأ كثيرة فينبغي الاطلاع عليها فان من لم يعرف الشر يقع فيه وحاصل اكثر تلك العبارات يرجع الى ان كل عقد او فعل او قول يدل على استهانة او استحفاف بالله او كتتبه او رسوله او ملائكته او شعائره او معالم دينه او احكامه او وعده او وعيده كفر او معصية ا و يهودية فليحذار الانسان من ذلك جهده

Imam syeh ahmad bin hajar dalam kitab Al-I'lamu Biqowatihil islam, menghitung dan menerangkan banyak masalah murtad dan imam Qodi iyad juga demikian dalam kitab Assyifa, seyogyanya kita melihat dua kitab itu, siapa yang tak mengerti keburukan, tentu jatuh kedalamnya.

Wal hasil kesimpulan keterangan diatas, dikembalikan kepada Aqidah,perbuatan,dan ucapan yg menunjukan penghinaan dan meremehkan Alloh,kitab2, rosul2, tanda agama seperti (masjid, majlis,musholah dll, pent),hukum2,atau janji dan ancaman-NYA. Semua itu ada dua hukum adkalanya kufur dan adakalanya maksiat.
Karenanya, semua insan tak lain diriku juga harus waspada dan hati 2 sekuat tenaga terhadap hal hal diatas WALLOHU 'ALAM.

ü Tafsir Jalalain, dll serta Penjelasannya –

 (10) {إنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِي} تَدْفَع {عَنْهُمْ أَمْوَالهمْ وَلَا أَوْلَادهمْ مِنْ اللَّه} أَيْ عَذَابه {شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُود النَّار}[1] بِفَتْحِ الْوَاو مَا تُوقَد بِهِ  (الجلالين) (11) دَأبُهُم {كَدَأْبِ} كَعَادَةِ {آل فِرْعَوْن[2] وَاَلَّذِينَ مِنْ قَبْلهمْ[3]} مِنْ الْأُمَم كَعَادٍ وَثَمُود {كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأَخَذَهُمْ اللَّه} أَهْلَكَهُمْ {بِذُنُوبِهِمْ} وَالْجُمْلَة مُفَسِّرَة لِمَا قَبْلهَا[4] {وَاَللَّه شَدِيد الْعِقَاب}

وَنَزَلَ لَمَّا أَمَرَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيَهُود بِالْإِسْلَامِ[5] بَعْد مَرْجِعه مِنْ بَدْر فَقَالُوا لَا يَغُرَّنك أَنْ قَتَلْت نَفَرًا مِنْ قُرَيْش أَغْمَارًا[6] لَا يعرفون القتال (12) {قُلْ} يَا مُحَمَّد {لِلَّذِينَ كَفَرُوا} مِنْ الْيَهُود {سَتُغْلَبُونَ} بِالتَّاءِ وَالْيَاء[7] فِي الدُّنْيَا بِالْقَتْلِ وَالْأَسْر وَضَرْب الْجِزْيَة وَقَدْ وَقَعَ[8] ذَلِكَ {وَتُحْشَرُونَ} بِالْوَجْهَيْنِ فِي الْآخِرَة {إلَى جَهَنَّم} فَتَدْخُلُونَهَا {وَبِئْسَ الْمِهَاد}[9] الفراش هي  (الجلالين)

التقليد في عقائد الإيمان

ü  القول الصحيح في إيمان المقلد (islamweb.net)

ü  المَطْلَبُ الثَّالثُ: حُكمُ التقليدِ في العقيدةِ، وهل يُعدُّ عُذرًا؟ - الموسوعة العقدية - الدرر السنية (dorar.net)

ü  التقليد وهل يجوز فى العقيدة أم لا وِهل يعذر صاحبه أم لا ؟ | الرَّد البَدِيع عَلَى غُلاَة التَكْفِير و التَّبدِيع (wordpress.com)

ü  إسلام ويب - لوامع الأنوار البهية وسواطع الأسرار الأثرية - الباب الأول في معرفة الله تعالى وتعداد الصفات - فصل في إيمان المقلد - ذكر الخلاف في صحة إيمان المقلد- الجزء رقم1 (islamweb.net)

ü  article_9220_1d7794f3c04173e5ab3ebe0093a98b25.pdf (ekb.eg)

ü  صحة إيمان المقلد وبيان فضل الله على أهل التوحيد - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)

ü  التَّقليدُ في العقائد عند الأشاعِرَة (1) – أصول الأشاعرة في مسألة التقليد في العقائد – | مركز سلف للبحوث والدراسات (salafcenter.org)

ü  التَّقليدُ في العقائد عند الأشاعِرَة (2) – مناقشة أصول الأشاعرة في مسألة التقليد في العقائد – | مركز سلف للبحوث والدراسات (salafcenter.org)

ü  حكم التقليد في أصول الدين عند الأشاعرة (aslein.net)

ü  حكم المقلّد في أصول الدين عند أهل السنة الأشاعرة | أ. عثمان النابلسي |1 - 3| (youtube.com)

ü  السادة الأشاعرة - YouTube

ü  مناقشة دفاعات الأشعرية المعاصرة في مسألة إيمان المقلد - محمد براء ياسين - طريق الإسلام (islamway.net)

ü  دار الإفتاء - مناهج المتكلمين في إثبات وجود ربّ العالمين ومقدماتها (aliftaa.jo)

ü  ص326 - أرشيف ملتقى أهل الحديث - حكم التقليد في التوحيد - المكتبة الشاملة الحديثة (al-maktaba.org)

ü  799b6e91d956680b (iasj.net)

ü  ص169 - كتاب غاية الوصول في شرح لب الأصول - مسألة المختار إنه يمنع التقليد في أصول الدين - المكتبة الشاملة (shamela.ws)

ü  تبيين عقيدة الأشعري (dedewnet.com)

ü  منهج الاشاعرة في الاستدالال في مسائل العقيدة (saaid.org)

ü  التقليد في العقائد – بوابة الرابطة المحمدية للعلماء (arrabita.ma)

ü  مؤسسة دار الحكمة العالمية - التقليد في أصول الدين (darhikma.net)

ü  ص23 - كتاب الماتريدية - المبحث الثاني حكم إيمان المقلد - المكتبة الشاملة (shamela.ws)

ü  الفَصلُ الثَّاني: حُكمُ إيمانِ المُقَلِّدينَ - الموسوعة العقدية - الدرر السنية (dorar.net)

ü  التقليد في الاعتقاد - عبد الرحمن بن ناصر البراك - طريق الإسلام (islamway.net)

ü  مركز العترة الطاهرة للدراسات والبحوث / لا يجوز التقليد في أصول العقيدة (aletra.org)

ü  ص161 - كتاب غاية الوصول في شرح لب الأصول - مسألة المختار إنه يمنع التقليد في أصول الدين - المكتبة الشاملة (shamela.ws)

ü  مركز العترة الطاهرة للدراسات والبحوث / لا يجوز التقليد في أصول العقيدة (aletra.org)

ü  التقليد في أصول الدِّين | مركز الهدى للدراسات الإسلامية (alhodacenter.com)

ü  ص62 - أرشيف ملتقى أهل الحديث - هل يجوز التقليد في مسائل الاعتقاد - المكتبة الشاملة الحديثة (al-maktaba.org)

ü  أبو زيد عبد الرحمن الكلالي ( ت1001هـ ) ومنظومته في إيمان المقلد – الصفحة 3 – بوابة الرابطة المحمدية للعلماء (arrabita.ma)

ü  ص350 - كتاب الموسوعة العقدية - المطلب الثالث التقليد في العقيدة وهل يعتبر عذرا - المكتبة الشاملة (shamela.ws)

ü  هل يعذر الجاهل الذي وقع في الكفر تقليدا لغيره (islamweb.net)

ü  هل يجب التقليد في العقائد ؟ (rafed.net)

ü  حكم التقليد في مسائل العقيدة (تنبيه مهم على قول المصنف: ..بالأدلة) للشيخ سليمان الرحيلي - منتديات الإمام الآجري (ajurry.com)

ü  دار الإفتاء - حكم تقليد العامي إماماً في العقائد (aliftaa.jo)

ü  التقليد في أصول الدين محمد حسن هيتو



[1]  يُخْبِرُ تَعَالَى عَنِ الْكُفَّارِ أَنَّهُمْ وَقُودُ النَّارِ، {يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ} [غَافِرٍ: 52] وَلَيْسَ مَا أُوتُوهُ فِي الدُّنْيَا مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ بِنَافِعٍ لَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ، وَلَا بِمُنْجِيهِمْ مِنْ عَذَابِهِ وَأَلِيمِ عِقَابِهِ، بَلْ كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَلا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَأَوْلادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ} [التَّوْبَةِ: 85] وَقَالَ تَعَالَى: {لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ} [آلِ عِمْرَانَ:196:197] كَمَا قَالَ هَاهُنَا: {إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا} أَيْ: بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَذَّبُوا رُسُلَهُ، وَخَالَفُوا كِتَابَهُ، وَلَمْ يَنْتَفِعُوا بِوَحْيِهِ إِلَى أَنْبِيَائِهِ {لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ} أَيْ: حَطَبُهَا الَّذِي تُسْجَرُ بِهِ وَتُوقَدُ بِهِ، كَقَوْلِهِ: {إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ [أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ] } (2) [الْأَنْبِيَاءِ:98]( تفسير القرآن العظيم (المتوفى: 774هـ)) قوله: {الَّذِينَ كَفَرُواْ} قيل المراد بهم جميع من كفروا من أول الزمان إلى آخره، وقيل المراد بهم نصارى نجران، وقيل كفار مكة، وعلى كل فالعبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب.(حاشية الصاوي) وَفِي الْآيَةِ مَسَائِلُ: الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: فِي قَوْلِهِ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئاً قَوْلَانِ الْأَوَّلُ: الْمُرَادُ بِهِمْ وَفْدُ نَجْرَانَ، وَذَلِكَ لِأَنَّا رُوِّينَا فِي بَعْضِ قِصَّتِهِمْ أَنَّ أَبَا حَارِثَةَ بْنَ عَلْقَمَةَ قَالَ لِأَخِيهِ (كوز بن علقمة): إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا وَلَكِنَّنِي إِنْ أَظْهَرْتُ ذَلِكَ أَخَذَ مُلُوكُ الرُّومِ مِنِّي مَا أَعْطَوْنِي مِنَ الْمَالِ وَالْجَاهِ، فَاللَّهُ تَعَالَى بَيَّنَ أَنَّ أَمْوَالَهُمْ وَأَوْلَادَهُمْ لَا تَدْفَعُ عَنْهُمْ عَذَابَ اللَّهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ. وَالْقَوْلُ الثَّانِي: أَنَّ اللَّفْظَ عَامٌّ، وَخُصُوصُ السَّبَبِ لَا يَمْنَعُ عُمُومَ اللَّفْظِ. الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: اعْلَمْ أَنَّ كَمَالَ الْعَذَابِ هُوَ أَنْ يَزُولَ عَنْهُ كُلُّ مَا كَانَ مُنْتَفِعًا بِهِ، ثُمَّ يَجْتَمِعُ عَلَيْهِ جَمِيعُ الْأَسْبَابِ الْمُؤْلِمَةِ. أَمَّا الْأَوَّلُ: فَهُوَ الْمُرَادُ بِقَوْلِهِ لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ وَذَلِكَ لِأَنَّ الْمَرْءَ عِنْدَ الْخُطُوبِ وَالنَّوَائِبِ فِي الدُّنْيَا يَفْزَعُ إِلَى الْمَالِ وَالْوَلَدِ، فَهُمَا أَقْرَبُ الْأُمُورِ الَّتِي يَفْزَعُ الْمَرْءُ إِلَيْهَا فِي دَفْعِ الْخُطُوبِ فَبَيَّنَ اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ صِفَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ مُخَالِفَةٌ لِصِفَةِ الدُّنْيَا لِأَنَّ أَقْرَبَ الطُّرُقِ إِلَى دَفْعِ الْمَضَارِّ إِذَا لَمْ يَتَأَتَّ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ، فَمَا عَدَاهُ بِالتَّعَذُّرِ أَوْلَى، وَنَظِيرُ هَذِهِ الْآيَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مالٌ وَلا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ [الشُّعَرَاءِ: 88، 89] وَقَوْلُهُ الْمالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَياةِ الدُّنْيا وَالْباقِياتُ الصَّالِحاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَواباً [الْكَهْفِ: 46] وَقَوْلُهُ وَنَرِثُهُ مَا يَقُولُ وَيَأْتِينا فَرْداً [مَرْيَمَ: 80] وَقَوْلُهُ وَلَقَدْ جِئْتُمُونا فُرادى كَما خَلَقْناكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْناكُمْ وَراءَ ظُهُورِكُمْ [الْأَنْعَامِ: 94] . وَأَمَّا الْقِسْمُ الثَّانِي: مِنْ أَسْبَابِ كَمَالِ الْعَذَابِ، فَهُوَ أَنْ يَجْتَمِعَ عَلَيْهِ الْأَسْبَابُ الْمُؤْلِمَةُ، وَإِلَيْهِ الْإِشَارَةُ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: وَأُولئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ وَهَذَا هُوَ النِّهَايَةُ فِي شَرْحِ الْعَذَابِ فَإِنَّهُ لَا عَذَابَ أَزْيَدُ مِنْ أَنْ تَشْتَعِلَ النَّارُ فِيهِمْ كَاشْتِعَالِهَا فِي الْحَطَبِ الْيَابِسِ، وَالْوَقُودُ بِفَتْحِ الْوَاوِ الْحَطَبُ الَّذِي تُوقَدُ بِهِ النَّارُ، وَبِالضَّمِّ هُوَ مَصْدَرُ وَقَدَتِ النَّارُ وُقُودًا كَقَوْلِهِ: وَرَدَتْ وُرُودًا. الْمَسْأَلَةُ الثَّالِثَةُ: فِي قَوْلِهِ "مِنَ اللَّهِ" قَوْلَانِ أَحَدُهُمَا: التَّقْدِيرُ: لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ فَحَذَفَ الْمُضَافَ لِدَلَالَةِ الْكَلَامِ عَلَيْهِ وَالثَّانِي: قَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ (مِنْ) بِمَعْنَى عِنْدَ، وَالْمَعْنَى لَنْ تُغْنِيَ عِنْدَ اللَّهِ شَيْئًا. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ)) والمعنى: إن الذين كفروا بالحق لما جاءهم، وعموا وصموا عن الاستجابة له، لن تنفعهم أموالهم ولا أولادهم يوم القيامة، ولن تدفع عنهم شيئا من عذاب الله الذي استحقوه بسبب كفرهم، واغترارهم بكثرة المال، وعزة النفر، وقوة العصبية وقد أكد- سبحانه- هذا الحكم ردا على مزاعمهم الباطلة من أن ذلك سينفعهم فقد حكى القرآن عنهم أنهم قالوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوالًا وَأَوْلاداً وَما نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ - وَمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُم بِٱلَّتِى تُقَرِّبُكُمْ عِندَنَا زُلْفَىٰٓ إِلَّا مَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا فَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ جَزَآءُ ٱلضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا۟ وَهُمْ فِى ٱلْغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ (سباء 35,37) فبين- سبحانه- أنه بسبب كفرهم الذي أصروا عليه، لن تنفعهم أموالهم ولا أولادهم أى نفع من وقوع عذاب الله عليهم...والإشارة في قوله وَأُولئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ لأولئك الكافرين الذين غرهم بالله الغرور.أى: وأولئك الكافرون الذين اغتروا بأموالهم وأولادهم ولم يعيروا أسماعهم أى التفات إلى الحق هم وقود النار أى حطبها. أى أن النار يشتد اشتعالها فيهم حتى لكأنهم هم مادتها التي بها تتقد وتشتعل. وجيء بالإشارة في قوله وَأُولئِكَ لاستحضارهم في الأذهان حتى لكأنهم بحيث يشار إليهم، وللتنبيه على أنهم أحرياء بما سيأتى من الخبر وهو قوله هُمْ وَقُودُ النَّارِ. وكانت الإشارة للبعيد، للإشعار بغلوهم في الكفر، وانغماسهم فيه إلى منتهاه، ولذلك كانت العقوبة شديدة. وقوله وَأُولئِكَ مبتدأ، وهم ضمير فصل والخبر قوله: وَقُودُ النَّارِ والجملة مستأنفة مقررة لعدم الإغناء. وفي هذا التذييل تهديد شديد للكفار الذين اغتروا بأموالهم وأولادهم ببيان أن ما اغتروا به لن يحول بينهم وبين الخلود في النار. (التفسير الوسيط للقرآن الكريم) التكفير معناه وضوابطه (المركز الإعلامى - دار الإفتاء المصرية (dar-alifta.org)) الكفر وما يتعلق به موسوعة التفسير الموضوعي (الكفر (modoee.com)) إن أصول الكفر ستةٌ : الإيجاب الذاتي، والتحسين العقلي، والتقليد الرديء، والربط العادي، والجهل المركب، والتمسك في أصول العقائد بمجرد ظواهر الكتاب والسنة من غير عرضها على البراهين العقلية والقواطع الشرعية للجهل بأدلة العقول وعدم الارتباط بأساليب العرب وما تقرر في فني العربية والبيان من ضوابط وأصول. 1) فالإيجاب الذاتي هو أصل كفر الفلاسفة حيث جعلوا الذات العلية فاعلة بمقتضى الإيجاب الذاتي، أي هي علة للممكن المستند إليها من غير اختيار، فقالوا لأجل ذلك بنفي القدرة والإرادة وسائر الصفات؛ تعالى الله عن قولهم علوا كبيراً، وقالوا لأجل ذلك بقدم العالم وألغوا البرهان القطعي الدال على حدوثه، ولا خفاء أنك إذا تحققت بما سبق من وجوب الحدوث للعالم ووجوب القدم والبقاء لمولانا جل وعز عرفت قطعاً أن صدور العالم عنه تعالى إنما هو بمحض الاختيار لا بالإيجاب والتعليل، وإلا كان العالم قديما أو فاعله حادثاً لوجوب مقارنة المعلول لعلته، وكلا الأمرين مستحيل قطعا. 2) والتحسين العقلي هو أصل كفر البراهمة من الفلاسفة حتى نفوا النبوات، وأصل ضلالة المعتزلة حتى أوجبوا على الله تعالى مراعاة الصلاح والأصلح لخلقه، وعللوا أفعاله وأحكامه بالأغراض، وجعلوا العقل يتوصل وحده دون شرع إلى أحكام الله تعالى الشرعية، إلى غير ذلك من الضلالات. 3) والتقليد الرديء هو أصل كفر عبدة الأوثان وغيرهم حتى {قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ} [الزخرف: 22]، ولهذا قال المحققون: لا يكفي التقليد في عقائد الإيمان ((المختار) قول الكثير (إنه يمتنع التقليد في أصول الدين (غاية الوصول في شرح لب الأصول زكريا الأنصاري (المتوفى: 926هـ)) (إِذْ كُلُّ مَنْ قَلَّدَ فِي التَوْحِيدِ ... إِيمَانُهُ لَمْ يَخْلُ مِنْ تَرْدِيدِ وحاصل ما انحط عليه كلام الأشياخ: أن من عرف الله بالدليل ولو جمليّا، ولو لم يكن باصطلاح أهل الكلام، فهو مؤمن اتفاقا، ومن عرفه بلا دليل أصلا، بل بالتقليد، ففيه ستة أقوال: الأول: لأبي هاشم الجبائي رئيس المعتزلة، ونقله عن أهل السنة كذب؛ إذ إيمانه غير صحيح في الآخرة، وأما في الدنيا فاتفقوا على إيمانه؛ لقوله تعالى: {وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا} [النساء: 94]. الأول: عدم الاكتفاء بالتقليد بمعنى عدم صحة التقليد، فيكون المقلد كافرا، وعليه السنوسي في الكبرى. الثاني: هو صحيح إلا أنه عاص لترك النظر مطلقا كان فيه أهلية للنظر أم لا. الثاني: الاكتفاء بالتقليد مع العصيان مطلقا، أي سواء كان فيه أهلية للنظر أم لا. الثالث هو صحيح إلا أنه عاص بترك النظر إن كان فيه أهلية للنظر وكان متمكّنا من المعرفة. الثالث: الاكتفاء به مع العصيان إن كان فيه أهلية للنظر وإلا فلا عصيان. الرابع: إن قلّد معصوما كالقرآن والسنة فهو غير عاص، وإلا فهو عاص. الرابع: أن من قلد القرآن والسنة القطيعة صح إيمانه لاتباعه القطعي، ومن قلد غير ذلك لم يصح إيمانه لعدم أمن الخطأ على غير المعصوم. الخامس: أن النظر حرام، وهو مذهب غالب الصوفية؛ فإنهم يقولون: متى غاب حتى يستدل عليه، ومتى خفي حتى تكون الآثار تدل عليه؟ الخامس: الاكتفاء به من غير عصيان مطلقا، لأن النظر شرط كمال، فمن كان فيه أهلية النظر، ولم ينظر فقد ترك الأولى. السادس: أن النظر شرط كمال، فمن كان فيه أهلية النظر، ولم ينظر فقد خالف الأولى. والحق الذي عليه المعول: أنه مؤمن عاص بترك النظر إن كان فيه أهلية. السادس: أن إيمان المقلد صحيح ويحرم عليه النظر، وهو محمول على المخلوط بالفلسفة. واعلم أنهم اختلفوا في الإيمان: فقيل: هو المعرفة، ورد ذلك بأن كثيرا من الكفار يعرفونه كما يعرفون أبناءهم مع أنهم كفّار، فلو كانت المعرفة تستلزم الإيمان لكان كل من عرف أن الله واحد ومحمدا رسوله مؤمنا، وليس كذلك. وهذا القول مكذوب على الأشعري. وقيل: هو حديث النفس التابع للمعرفة، أي: قول النفس: آمنت وصدّقت، بعد المعرفة التي هي الجزم المطابق للحق عن دليل، فلو كان حديث النفس تابعا للتّقليد لكان مقتضاه أنه ليس بمؤمن. ولكن قال المصنّف: إن هذا تعريف للإيمان الكامل، فالتابع للتقليد إيمان إلا أنه غير كامل. أو يقال: إنه تعريف لأصل الإيمان، ويكون جاريا على أحد القولين المتقدّمين في المعرفة، وهذا القول للأشعري، وأبي بكر الباقلاني، وأبي إسحاق الأسفراييني، وجمهورهم. قال ابن العربي (1-181) : أقسام الإيمان خمسة : 1 - إيمان تقليد: وهو من أخذ العقائد عن شيخ، وجزم بها من غير معرفة دليل. 2 - وإيمان علم: وهو معرفة العقائد بأدلتها، وهذا من أهل علم اليقين. وكلا القسمين صاحبهما محجوب. 3 - وإيمان عيان: وهو معرفة الله بمراقبة القلب، فلا يغيب ربّه عن خاطره طرفة عين؛ بل هيبته في قلبه كأنه يراه، وهو مقام المراقبة وعين اليقين. 4 - وإيمان حق: وهو رؤية الله بقلبه، وهو معنى قولهم: (العارف يرى الله في كل شيء). وهو مقام المشاهدة وحق اليقين. وصاحب هذا المقام والذي قبله يستدل بالحق على الخلق. 5 - وإيمان حقيقة: وهو الفناء بالله عما سواه والسكر بحبه، فلا يشهد إلا إياه، كمن غرق في بحر، ولم يرَ له ساحلا، وهذا ليس له دليل ولا مدلول. فالواجب على الشخص أحد القسمين الأولين، وأما الثلاثة الأخر فعلوم ربانيّة يخص بها من يشاء.... فتحصل أن الحق الذي عليه جميع أهل السنة أن إيمان المقلد صحيح، إلا أنه يكون عاصيا بترك النظر إن كان فيه أهلية له، والحال أن اعتقاده جازم بحيث لا يرجع برجوع مقلده. قال الغزالي: (أسرفت طائفة بتكفير عموم المسلمين، وزعموا أنه من لم يعرف العقائد الشرعية بالأدلة التي حرروها فهو كافر، فضيقوا رحمة الله الواسعة، وجعلوا الجنة مختصة بجماعة يسيرة من المتكلمين) اهـ. سحيمي. وأما من عنده شك أو وهم أو تردد فهو كافر إجماعا. كمن يقول: المسلمون له دينن والنصارى مثلا لهم دين، والله أعلم بمن هو على الحق. واعلم أن ثمرة الإيمان فعل الطاعات، فمن آمن ولو بالتقليد، وأكثر من الطاعات نوّر الله قلبه، فلربما رقاه إلى تلك المراتب التي تقدم ذكرها، وأما مخالفة الله فلا تفيد إلا الوبال، ولو للعالم بالأدلة؛لقوله تعالى: {أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ ... } [الجاثية: 23] الآية. ولربما يظلم قلبه، وتلتبس عليه الأدلة حتى لا يدري أين يتوجه. وقد حكي أن الفخر حين احتضرته الوفاة وردت عليه شبه عجز عن دفعها، فصار يقول:(اللهم إيمانا كإيمان العجائز). وحكي عن ابن العربي انه في تلك الحالة كان واقفا في الصلاة، فضرب برجله مرارا، فسُئِل عن ذلك فقال: (إن الفخر احتضرته الوفاة، فاحتوشته الشياطين يريدون نزع إيمانه، فضربتهم برجلي، فمات على الإيمان والحمد لله) والقول الحق الذي عليه المعول من هذه الأقوال: القول الثالث، والصواب أن هذا الخلاف مطلق: أي جار في النظر الموصل لمعرفة الله تعالى، دون غيره كالنظر الموصل لمعرفة الرسل، خلافا لمن خص الخلاف بالنظر غير الموصل لمعرفة الله تعالى، وقال: أما النظر الموصل لمعرفة الله تعالى فهو واجب بالإجماع، وقد جرى على ذلك الشيخ عبد السلام، والراجح أنه لا فرق في هذا الخلاف بين أهل الأمصار والقرى وبين من نشأ في شاهق جبل، خلافا لمن خصه بمن نشأ في شاهق جبل دون أهل الأمصار والقرى. وقد جرى على ذلك الشيخ عبد السلام أيضا. [86] قال اليوسي: وقد تحدثت امرأتان بمحضري في زمن صغري وذكرتا الذنوب، فقالت إحداهما: الله يغفر لنا، فقالت الأخرى: يغفر لنا إن وفقه الله الذي خلقه هو أيضا اهـ، ومثل ذلك كثير في الناس، فمنهم من يعتقد أن الصحابة أنبياء وهذا كفر، ومنهم ينكر البعث ويقول: من مات ثم جاء وأخبر بذلك، إلى غير ذلك من الكفر الصريح. [87] وحكى الآمدي اتفاق الأصحاب على انتفاء كفر المقلد، وأنه لا يعرف القول بعدم صحة إيمانه إلا لأبي هاشم الجبائي من المعتزلة. [77] وذكر ابن حجر عن بعضهم أنه أنكر وجوب المعرفة أصلا وقال: إنها حاصلة بأصل الفطرة، واستدل على ذلك بقوله تعالى: {فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا} [الروم: 30] وبقول صلى الله عليه وسلم: ((كل مولد يولد على الفطرة)). [89] ولذلك قال أبو منصور الماتريدي: أجمع أصحابنا على أن العوام مؤمنون عارفون بربهم وأنهم حشو الجنة، كما جاءت به الأخبار وانعقد به الاجماع، فإن فطرتهم جبلت على توحيد الصانع وقدمه وحدوث ما سواه وإن عجزوا عن التعبير عنه باصطلاح المتكلمين، والله أعلم. ( شرح العلامة الصاوي على جوهرة التوحيد (المتوفى: 1241 هـ) و تحفة المريد على جوهرة التوحيد الباجوري (المتوفى: 1276 هـ))، قال بعض المشايخ: لا فرق بين مقلد ينقاد، وبهيمة تقاد. 4) والربط العادي هو أصل كفر الطبائعين ومن تبعهم من جهلة المؤمنين، فرأوا ارتباط الشبع بالأكل، والري بالماء، وستر العورة بالثوب، والضوء بالشمس ونحو ذلك مما لا ينحصر، ففهموا من جهلهم أن تلك الأشياء هي المؤثرة فيما ارتبط وجوده معها، إما بطبعها أو بقوة وضعها الله فيها، وأهل السنة رضي الله تعالى عنهم نور الله تعالى بصائرهم لم يفتتنوا بشيء من الأكوان، وكوشفوا بالحقائق على ما هي عليه في نفس الأمر، وهذه هي المكاشفة التي يخص الله تعالى بها أولياءه حتى ينجيهم من آفات الكفر والبدع في أصول العقائد، وأما المكاشفة بغير هذا فهي مما لا يلتفت إليه الموفقون. 5) وأما الجهل المركب فهو مما ابتلى به كثير فتجدهم يعتقدون الشيء على خلاف ما هو عليه، وذلك جهل، ثم يجهلون أنهم جاهلون وذلك جهل آخر، ولذلك سمي جهلاً مركباً كاعتقاد الفلاسفة التأثير للأفلاك، واعتقادهم قدمها، وهذه جهالة عظيمة، ثم هم جاهلون بهذا الجهل منهم، ويحسبون أنهم على شيء ألا إنهم هم الكذبون. 6) والتسمك في أصول العقائد بمجرد ظواهر الكتاب والسنة من غير بصيرة في العقل هو أصل ضلالة الحشوية، فقالوا بالتشبيه والتجسيم والجهة عملا بظاهر قوله تعالى: {عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى} [طه: 5]، {أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ} [الملك: 16]، {لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ} [ص: 75]، ونحو ذلك، قال تعالى: {هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ} [آل عمران: 7]، اللهم اكتبانا في زمرة أوليائك الناجين من كل فتنة دنيا وأخرى يا أرحم الراحمين. (حاشية الدسوقي على أم البراهين (المتوفى: 1230 هـ) والمواهب الربانية شرح المقدمات السنوسية)  الاشاعرة يرون تكفير عموم المسلمين الذين لم يتلقوا عقيدتهم في الله تعالى بالنظر الذي هو ترتيب الأقيسة العقلية، حيث تجدهم يقررون في كتبهم وجوب النظر العقلي لإثبات وجود لله تعالى، ومن لم يعتمد هذه الطرق العقلية سموه مقلدا ثم قرروا أن إيمان المقلد لا يصح، هذا مذهب الأشعري وأئمة أصحابه واختيار محمد بن يوسف السنوسي (ت 895) صاحب أم البراهين وغيرها من كتب الكلام المعتمدة عند المتأخرين، وقد قال في كتابه المنهج السديد (ص:48):” وهو قول الجمهور وبعضهم يحكي الإجماع عليه”. والمقلد عند القوم من لم يقم الدليل على الأصول العقدية والأدلة عند القوم هي الأدلة الكلامية قال الباجوري في شرح جوهرة التوحيد :” ففيه بعض القوم: أي فبسبب تحيره وتردده اختلف العلماء في إيمانه صحة وفساداً، وحاصل الخلاف فيه أقوال منها: عدم صحة إيمان المقلد، فيكون المقلد كافراً، وعليه السنوسي في الكبري”. وهذه شهادة أبي إسماعيل الهروي (ت:483) فيهم إذ يقول (كما في ذم الكلام 1455): “وأبطلوا التقليد فكفروا آباءهم وأمهاتهم وأزواجهم وعوام المسلمين، وأوجبوا النظر في الكلام واضطروا إليه الدين بزعمهم فكفروا السلف (الأشاعرة يكفرون عامة المسلمين كما جاء عن السنوسي والباجوري – الموسوعة الأشعرية (asha3era.com)”.) ما صحة قول الصاوي بأن الأخذ بظواهر الكتاب والسنة أصل من أصول الكفر؟ الجواب  أن هذا الكلام غير صحيح أصلاً، وهو أيضاً مع ذلك غير أديب؛ لأن الله سبحانه وتعالى لم يرسل إلينا الرسول صلى الله عليه وسلم بالألغاز، وإنما أرسله إلينا بالوحي المبين الواضح الميسر للذكر، الذي قال فيه: {وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ} [القمر:17]، ولم يكن ليسر إلينا بأمور لا نفهمها ولا تصل إليها عقولنا، والخلط والغلط يحصل فيما يتخيل الإنسان أنه ظاهر النص وليس كذلك، فمثلاً: كثير من الناس إذا سمع إثبات صفة من صفات الله سبحانه وتعالى انطبع في ذهنه اتصاف المخلوق بذلك، فدعاه هذا إلى التشبيه والتجسيم، وهذا ليس هو ظاهر الآية، وإنما هو التصور الذي في ذهنه هو فقط، فذلك الغلط من فهمه هو لا من النص، ومن أجل هذا يجب عليه أن يعلم أن الذي فهمه غير معنى الآية وغير ظاهرها، وفهمه اتصاف الخالق بصفة المخلوق على هيئة اتصاف المخلوق بذلك، مخالف لمعنى النص ومخالف لظاهره. (دروس للشيخ محمد الحسن الددو الشنقيطي) هل الأشاعرة تكفيريون؟! (أرشيف ملتقى أهل الحديث - 3) المقصود عند الأشاعرة من قول الأخذ بظواهر الكتاب والسنة من أصول الكفر- اعترض الحشوية على قول الامام الصاوي  المالكي في حاشيته على تفسير الجلالين في تفسير سورة الكهف الاية 23 وفي سورة آل عمران الاية 7 - قال :( ولا يجوز تقليد ما عدا المذاهب الأربعة ، ولو وافق قول الصحابة والحديث الصحيح والآية ، فالخارج عن المذاهب الأربعة ضال مضل ، وربما أداه ذلك للكفر لأن الأخذ بظواهر الكتاب والسنة من أصول الكفر .انتهى- وإليكم بعضا منها ايات ظاهرها كفر اي اذا اعتقد المعنى الذي في ظاهرها دون صرفها بقيود اللغة العربية التي نزل القران بها فإن معتقدها وقع بالكفر وخرج من الملة :1) وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ (البقرة 143) ظاهرها ان الله لم يكن يعلم وان علمه ليس ازليا !! قبل ان يجعل القبلة الى مكة اي عدم تحقق علمه زمن القبلة الى بيت المقدس !! والعياذ بالله !! 2) ومن نظائرها: ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا (12 الكهف) 3) وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ(21 سبأ) والمعنى : إلا لنمتحن به الناس -قال البيضاوي : فإن قيل: كيف يكون علمه تعالى غاية الجعل وهو لم يزل عالماً. قلت: هذا وأشباهه باعتبار التعلق الحالي الذي هو مناط الجزاء، والمعنى ليتعلق علمنا به موجوداً. وقيل: ليعلم رسوله والمؤمنون لكنه أسنده إلى نفسه لأنهم خواصه، أو لتميز الثابت من المتزلزل كقوله تعالى: لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ فوضع العلم موضع التمييز المسبب عنه، ويشهد له قراءة ليعلم على البناء للمفعول، والعلم إما بمعنى المعرفة، أو معلق لما في مَنْ من معنى الاستفهام، أو مفعوله الثاني ممن ينقلب، أي لنعلم من يتبع الرسول متميزاً ممن ينقلب. (التقسر 111/1) 4) ومنها : {فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الله} قال النبي صلى الله عليه وسلم: "كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه، أو ينصرانه، أو يمجسانه الظاهر  ان الواقع يكذب الله !! (والعياذ بالله) فكيف يقول لا تبديل لخلق الله !!  ونجد الواقع عكسه فكم كافر غير وبدّل فطرته !!
الأمثلة كثيرة فيما يمتنع وصف ذات الله به لانه ليس كمثله شيء ما ورد فى الكتاب والسنة من متشابهات ظاهرها  كفر صريح  ليست هي بحد ذاتها كما يتبادر للحشوية المجسمة وإنما الكفر تأتى من الاعتقاد بها على ظاهرها منها :  اليد –واليدين – والأيدى - والعين – والأعين - والوجه – والمجيء – والإستواء على الظاهر– والنزول – والهرولة – والملل – والنسيان.
5) ومنها : في الاية نفى النسيان (وما كان ربك نسيا) ثم رجع فثبت النسيان (قال كذلك أتتك آياتنا فنسيتها وكذلك اليوم تنسى) فإما ان تثبت التناقض وهذا كفر او تؤول وهذا منهج السلف لان التأويل ضروري لازالة الظاهر كليا بدليل انه نزل ( بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ)(وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ). وقوله تعالى (وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ) فكلام الله يجري وفق قوانين اللغة التي نزل بها. 6) ومنها ( يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ) الظاهر ان النبي لم يتق الله وأطاع الكافرين والمنافقين !!! ثم امره الله بذلك وهذا كفر ظاهر لو اعتقده مسلم!! ومنها {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَاأَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ) ظاهرها ان النبي حرم الحلال لارضاء زوجاته !! قال أبو منصور الماتريدي إمام أهل السنة الثاني مع أبي الحسن الأشعري في تفسيره الاية : قد خاطب رسوله في غير آي من القرآن، والمراد به غيره.انتهى فلا يجوز حمله على غفلة النبي - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ - لأن قوله: «النبي» ينافي الغفلة؛ لأن النبي - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ - خبيرٌ، فلا يكون غافلاً، فيجب حمله على خَطَر الخَطْب فإن قيل: الأمر بالشيء لا يكون إلا عند عدم اشتغال المأمور بما أمر ! إذ لا يصلح أن يقال للجالس: اجلس وللساكت اسكت وللنبي كونه تقيا مطلقا ولا يتصور منه غير ذلك ؟ فالجواب : قال ابن عادل الحنبلي في اللباب في علوم الكتاب (496/4) : أنه أمر(بالمدينة) بالمداومة فإنه يصح أن يقال للجالس: اجلس ههنا إلى أن يأتيك ويقال للساكت قد أصبت فاسكت تسلم أي دم على ما أنت عليه، وأيضا من جهة العقل أن الملك يتقي منه عباده على ثلاثة أوجه بعضهم يخاف من عقابه وبعضهم يخاف من قطع ثوابه وثالث يخاف من احتجابه فالنبي - عليه (الصلاة و) السلام لم يؤمر بالتقوى بالأول ولا بالثاني، وأما الثالث: فالمخلص لا يأمنه ما دام في الدنيا فكيف والأمور البدنية شاغلة فالآدمي في الدنيا تارة مع الله والأخرى مقبل على ما لا بد منه وإن كان معه الله. 7) ومنها وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا , إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا وظاهرها ان نوح جزم ان الكفار لا يلدون الا كفارا .. والواقع يكذبه فكم مؤمن خرج من أبوين كافرين  !!  اذن وجب التاويل (شبكة الرجاء الإسلامية - مجالس المذاهب: المقصود عند الأشاعرة من قول الأخذ بظواهر الكتاب والسنة من أصول الكفر (alshare3ah.blogspot.com))

[2]  والمقصود بآل فرعون أعوانه وبطانته، لأن الآل يطلق على أشد الناس التصاقا واختصاصا بالمضاف إليه، والاختصاص هنا في المتابعة والتواطؤ على الكفر، لأنه إذا وجد العناد في التابع فهو في الغالب يكون في المتبوع أشد وأكبر. ولأنهم هم الذين حرضوه على الشرور والآثام والطغيان فلقد حكى القرآن عنهم ذلك في قوله- تعالى- وَقالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ؟ قالَ: سَنُقَتِّلُ أَبْناءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِساءَهُمْ. وَإِنَّا فَوْقَهُمْ قاهِرُونَ «سورة الأعراف الآية 127» . وخص القرآن آل فرعون بالذكر من بين الذين سبقوهم في الكفر، لأن فرعون كان أشد الطغاة طغيانا، وأكبرهم غرورا وبطرا وأكثرهم استهانة بقومه، واحتقارا لعقولهم وكيانهم، ألم يقل لهم- كما حكى القرآن- أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلى «سورة النازعات آية 24».ألم يبلغ به غروره أن يقول لهم: أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهذِهِ الْأَنْهارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلا تُبْصِرُونَ «سورة الزخرف الآية 51» ألم يقل لوزيره: يا هامانُ ابْنِ لِي صَرْحاً لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبابَ، أَسْبابَ السَّماواتِ، فَأَطَّلِعَ إِلى إِلهِ مُوسى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كاذِباً «سورة غافر الآية 36-37».ولقد وصف الله- تعالى- قوم فرعون بهوان الشخصية، وتفاهة العقل، والخروج عن كل مكرمة فقال: فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطاعُوهُ إِنَّهُمْ كانُوا قَوْماً فاسِقِينَ «سورة الزخرف الآية 54»، لأن الأمة التي تترك الظالم وبطانته يعيثون في الأرض فسادا لا تستحق الحياة، ولا يكون مصيرها إلا إلى التعاسة والخسران. (التفسير الوسيط للقرآن الكريم)

[3]  قوله: (دأبهم) {كَدَأْبِ} إشار بذلك إلى أن قوله كدأب خبر لمحذوف قدره بقوله دأبهم، وهذا بيان لسبب كونهم وقود النار، وفي ذلك تسلية للنبي صلى الله عليه وسلم أي فلا تحزن يا محمد فإن ما نزل بالأمم الذين كفروا من قبلك ينزل بمن كفر بك. (حاشية الصاوي) فِي كَيْفِيَّةِ التَّشْبِيهِ وُجُوهٌ الْأَوَّلُ: أَنْ يُفَسَّرَ الدَّأْبُ بِالِاجْتِهَادِ، كَمَا هُوَ مَعْنَاهُ فِي أَصْلِ اللُّغَةِ، وَهَذَا قَوْلُ الْأَصَمِّ وَالزَّجَّاجِ، وَوَجْهُ التَّشْبِيهِ أَنَّ دَأْبَ الْكُفَّارِ، أَيْ جِدَّهُمْ وَاجْتِهَادَهُمْ فِي تَكْذِيبِهِمْ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُفْرِهِمْ بِدِينِهِ كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ مَعَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، ثُمَّ إِنَّا أَهْلَكَنَا أُولَئِكَ بِذُنُوبِهِمْ، فَكَذَا نُهْلِكُ هَؤُلَاءِ. الْوَجْهُ الثَّانِي: أَنْ يُفَسَّرَ الدَّأْبُ بِالشَّأْنِ وَالصُّنْعِ، وَفِيهِ وُجُوهٌ الْأَوَّلُ: كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ أَيْ شَأْنُ هَؤُلَاءِ وَصُنْعُهُمْ فِي تَكْذِيبِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَشَأْنِ آلِ فِرْعَوْنَ فِي التَّكْذِيبِ بِمُوسَى، وَلَا فَرْقَ بَيْنَ هَذَا الْوَجْهِ وَبَيْنَ مَا قَبْلَهُ إِلَّا أَنَّا حَمَلْنَا اللَّفْظَ فِي الْوَجْهِ الْأَوَّلِ عَلَى الِاجْتِهَادِ، وَفِي هَذَا الْوَجْهِ عَلَى الصُّنْعِ وَالْعَادَةِ وَالثَّانِي: أَنَّ تَقْدِيرَ الْآيَةِ: إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، وَيَجْعَلُهُمُ اللَّهُ وَقُودَ النَّارِ كَعَادَتِهِ وَصُنْعِهِ فِي آلِ فِرْعَوْنَ، فَإِنَّهُمْ لَمَّا كَذَّبُوا رَسُولَهُمْ أَخَذَهُمْ بِذُنُوبِهِمْ، وَالْمَصْدَرُ تَارَةً يُضَافُ إِلَى الْفَاعِلِ، وَتَارَةً إِلَى الْمَفْعُولِ، وَالْمُرَادُ هَاهُنَا، كَدَأْبِ اللَّهِ فِي آلِ فِرْعَوْنَ، فَإِنَّهُمْ لَمَّا كَذَّبُوا بِرَسُولِهِمْ أَخَذَهُمْ بِذُنُوبِهِمْ، وَنَظِيرُهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ [الْبَقَرَةِ: 165] أَيْ كَحُبِّهِمُ اللَّهَ وَقَالَ: سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنا قَبْلَكَ مِنْ رُسُلِنا [الْإِسْرَاءِ: 77] وَالْمَعْنَى: سُنَّتِي فِيمَنْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ وَالثَّالِثُ: قَالَ الْقَفَّالُ رَحِمَهُ اللَّهُ: يُحْتَمَلُ أَنْ تَكُونَ الْآيَةُ جَامِعَةً لِلْعَادَةِ الْمُضَافَةِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى، وَالْعَادَةِ الْمُضَافَةِ إِلَى الْكُفَّارِ، كَأَنَّهُ قِيلَ: إِنَّ عَادَةَ هَؤُلَاءِ الْكُفَّارِ وَمَذْهَبَهُمْ فِي إِيذَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَعَادَةِ مَنْ قَبْلَهُمْ فِي إِيذَاءِ رُسُلِهِمْ، وَعَادَتَنَا أَيْضًا فِي إِهْلَاكِ هَؤُلَاءِ، كَعَادَتِنَا فِي إِهْلَاكِ أُولَئِكَ الْكُفَّارِ الْمُتَقَدِّمِينَ، وَالْمَقْصُودُ عَلَى جَمِيعِ التَّقْدِيرَاتِ نَصْرُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِيذَاءِ الْكَفَرَةِ وَبِشَارَتُهُ بِأَنَّ اللَّهَ سَيَنْتَقِمُ مِنْهُمْ. الْوَجْهُ الثَّالِثُ: فِي تَفْسِيرِ الدَّأْبِ والدؤب، وَهُوَ اللُّبْثُ وَالدَّوَامُ وَطُولُ الْبَقَاءِ فِي الشَّيْءِ، وَتَقْدِيرُ الْآيَةِ، وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ كَدَأْبِ آل فرعون، أي دؤبهم في النار كدؤب آلِ فِرْعَوْنَ. وَالْوَجْهُ الرَّابِعُ: أَنَّ الدَّأْبَ هُوَ الِاجْتِهَادُ، كَمَا ذَكَرْنَاهُ، وَمِنْ لَوَازِمِ ذَلِكَ التَّعَبُ وَالْمَشَقَّةُ لِيَكُونَ الْمَعْنَى وَمِشْقَتُهُمْ وَتَعَبُهُمْ مِنَ الْعَذَابِ كَمَشَقَّةِ آلِ فِرْعَوْنَ بِالْعَذَابِ وَتَعَبِهِمْ بِهِ، فَإِنَّهُ تَعَالَى بَيَّنَ أَنَّ عَذَابَهُمْ حَصَلَ فِي غَايَةِ الْقُرْبِ، وَهُوَ قَوْلُهُ تَعَالَى: أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا [نُوحٍ: 25] وَفِي غَايَةِ الشِّدَّةِ أَيْضًا وَهُوَ قَوْلُهُ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْها غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذابِ [غَافِرٍ: 46] . الْوَجْهُ الْخَامِسُ: أَنَّ الْمُشَبَّهَ هُوَ أَنَّ أَمْوَالَهُمْ وَأَوْلَادَهُمْ لَا تَنْفَعُهُمْ فِي إِزَالَةِ الْعَذَابِ، فَكَانَ التَّشْبِيهُ بِآلِ فِرْعَوْنَ حَاصِلًا فِي هَذَيْنِ الْوَجْهَيْنِ، وَالْمَعْنَى: أَنَّكُمْ قَدْ عَرَفْتُمْ مَا حَلَّ بِآلِ فِرْعَوْنَ وَمَنْ قَبْلَهُمْ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ بِالرُّسُلِ مِنَ الْعَذَابِ الْمُعَجَّلِ الَّذِي عِنْدَهُ لَمْ يَنْفَعْهُمْ مَالٌ وَلَا وَلَدٌ، بَلْ صَارُوا مُضْطَرِّينَ إِلَى مَا نَزَلَ بِهِمْ فَكَذَلِكَ حَالُكُمْ أَيُّهَا الْكُفَّارُ الْمُكَذِّبُونَ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَنَّهُ يَنْزِلُ بِكُمْ مِثْلُ مَا نَزَلَ بِالْقَوْمِ تَقَدَّمَ أَوْ تَأَخَّرَ وَلَا تُغْنِي عَنْكُمُ الْأَمْوَالُ وَالْأَوْلَادُ. الْوَجْهُ السَّادِسُ: يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ وَجْهُ التَّشْبِيهِ أَنَّهُ كَمَا نَزَلَ بِمَنْ تَقَدَّمَ الْعَذَابُ الْمُعَجَّلُ بِالِاسْتِئْصَالِ فَكَذَلِكَ يَنْزِلُ بِكُمْ أَيُّهَا الْكُفَّارُ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَلِكَ مِنَ الْقَتْلِ وَالسَّبْيِ وَسَلْبِ الْأَمْوَالِ وَيَكُونُ قَوْلُهُ تَعَالَى: قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلى جَهَنَّمَ [آلِ عمران: 12] كَالدَّلَالَةِ عَلَى ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَعَالَى بَيَّنَ أَنَّهُ كَمَا نَزَلَ بِالْقَوْمِ الْعَذَابُ الْمُعَجَّلُ، ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى دَوَامِ الْعَذَابِ، فَسَيَنْزِلُ بِمَنْ كَذَّبَ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْرَانِ أَحَدُهُمَا: الْمِحَنُ الْمُعَجَّلَةُ وَهِيَ الْقَتْلُ وَالسَّبْيُ وَالْإِذْلَالُ، ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُ الْمَصِيرُ إِلَى الْعَذَابِ الْأَلِيمِ الدَّائِمِ، وَهَذَانِ الْوَجْهَانِ الْأَخِيرَانِ ذَكَرَهُمَا الْقَاضِي رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى. أَمَّا قَوْلُهُ تَعَالَى: وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَالْمَعْنَى: وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ مُكَذِّبِي الرُّسُلِ، وَقَوْلُهُ كَذَّبُوا بِآياتِنا الْمُرَادُ بِالْآيَاتِ الْمُعْجِزَاتُ وَمَتَى كَذَّبُوا بِهَا فَقَدْ كَذَّبُوا لَا مَحَالَةَ بِالْأَنْبِيَاءِ. ثُمَّ قَالَ: فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَإِنَّمَا اسْتَعْمَلَ فِيهِ الْأَخْذَ لِأَنَّ مَنْ يَنْزِلُ بِهِ الْعِقَابُ يَصِيرُ كَالْمَأْخُوذِ الْمَأْسُورِ الَّذِي لَا يَقْدِرُ عَلَى التَّخَلُّصِ. ثُمَّ قَالَ: وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقابِ وَهُوَ ظَاهِرٌ. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))

[4]  قوله: (والجملة مفسرة لما قبلها) أي جملة كذبوا وما قبلها هي قوله كدأب آل فرعون. وأعلم أن هنا قال كذبوا بآياتنا، وفي أية أخرى كفروا بآيات الله وفي آية أخرى كذبوا بآيات ربهم، وحمكة ذلك التفنن في التعبير على عادة فصحاء العرب، والباء في قوله بذنوبهم يحتمل أن تكون للملابسة، والمعنى أخذهم الله والحال أنهم ملتبسون بذنوبهم يعني من غير توبة، ويحتمل أن تكون للسببية والمعنى أخذهم الله بسبب ذنوبهم، والأول أبلغ لأن فيه دفع توهم أن موتهم كفارة لما وقع منهم. (حاشية الصاوي)

[5]  قوله: (ونزل لما أمر صلى الله عليه وسلم) حاصل ذلك أنه لما رجع من غزوة بدر إلى المدينة، جمع يهودها وهم قريظة وبنو النضير، ودعاهم للإسلام وتوعدهم إن لم يسلموا أو يؤدوا الجزية قاتلهم، فقالوا له ما ذكره المفسر. (حاشية الصاوي)

[6]  قوله: (أغماراً) جمع غمر بالضم وهو الرجل الذي لا يعرف الأمور، وأما بالكسر فمعناه الحقد، وبالفتح مع سكون الميم يطلق على الشدة، واما بفتحتين فمعناه الدسم. (حاشية الصاوي)

[7]  قَرَأَ حَمْزَةُ وَالْكِسَائِيُّ سَيُغْلَبُونَ وَيُحْشَرُونَ بِالْيَاءِ فِيهِمَا، وَالْبَاقُونَ بِالتَّاءِ الْمُنَقَّطَةِ مِنْ فَوْقُ فِيهِمَا، فَمَنْ قَرَأَ بِالْيَاءِ الْمُنَقَّطَةِ مِنْ تَحْتُ، فَالْمَعْنَى: بَلِّغْهُمْ أَنَّهُمْ سَيُغْلَبُونَ، وَيَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ الْيَاءِ قَوْلُهُ تَعَالَى: قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ [الجاثية: 14] وقُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا [النُّورِ: 30] وَلَمْ يَقُلْ غُضُّوا، وَمَنْ قَرَأَ بِالتَّاءِ فَلِلْمُخَاطَبَةِ، وَيَدُلُّ عَلَى حُسْنِ التَّاءِ قَوْلُهُ وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثاقَ النَّبِيِّينَ لَما آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتابٍ [آلِ عِمْرَانَ: 81] وَالْفَرْقُ بَيْنَ الْقِرَاءَتَيْنِ مِنْ حَيْثُ الْمَعْنَى أَنَّ الْقِرَاءَةَ بِالتَّاءِ أَمْرٌ بِأَنْ يُخْبِرَهُمْ بِمَا سَيَجْرِي عَلَيْهِمْ مِنَ الْغَلَبَةِ وَالْحَشْرِ إِلَى جَهَنَّمَ، وَالْقِرَاءَةُ بِالْيَاءِ أَمْرٌ بِأَنْ يَحْكِيَ لَهُمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))

[8]  قوله: (وقد وقع ذلك) أي فقتل من فحول قريظة ستمائة حول الخندق، وكان القاتل لهم علي بن أبي طالب، وقوله: (وضرب الجزية) أي على أهل خيبر. وأما بنو النضير فأجلاهم إلى الشام. (حاشية الصاوي) ذَكَرُوا فِي سَبَبِ نُزُولِ هَذِهِ الْآيَةِ وُجُوهًا الْأَوَّلُ: لَمَّا غَزَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرَيْشًا يَوْمَ بَدْرٍ وَقِدَمَ الْمَدِينَةِ، جَمَعَ يَهُودَ فِي سُوقِ بَنِي قَيْنُقَاعَ، وَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ أَسْلِمُوا قَبْلَ أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قُرَيْشًا، فَقَالُوا: يَا مُحَمَّدُ لَا تَغُرَّنَّكَ نَفْسُكَ أَنْ قَتَلْتَ نَفَرًا مِنْ قُرَيْشٍ لَا يَعْرِفُونَ الْقِتَالَ، لَوْ قَاتَلْتَنَا لَعَرَفْتَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ. الرِّوَايَةُ الثَّانِيَةُ: أَنَّ يَهُودَ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَمَّا شَاهَدُوا وَقْعَةَ أَهْلِ بَدْرٍ، قَالُوا: وَاللَّهِ هُوَ النَّبِيُّ الْأُمِّيُّ الَّذِي بَشَّرَنَا بِهِ مُوسَى فِي التَّوْرَاةِ، وَنَعَتَهُ وَأَنَّهُ لَا تُرَدُّ لَهُ رَايَةٌ، ثُمَّ قَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: لَا تَعْجَلُوا فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ وَنَكَبَ أَصْحَابُهُ قَالُوا: لَيْسَ هَذَا هُوَ ذَاكَ، وَغَلَبَ الشَّقَاءُ عَلَيْهِمْ فَلَمْ يُسْلِمُوا، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ. وَالرِّوَايَةُ الثالثة: أن هذا الْآيَةَ وَارِدَةٌ فِي جَمْعٍ مِنَ الْكُفَّارِ بِأَعْيَانِهِمْ عَلِمَ اللَّهُ تَعَالَى أَنَّهُمْ يَمُوتُونَ عَلَى كُفْرِهِمْ، وَلَيْسَ فِي الْآيَةِ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُمْ مَنْ هُمْ. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ)) وَفِي رِوَايَةِ أَبِي صَالِحٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ الْيَهُودَ لَمَّا فَرِحُوا بِمَا أَصَابَ الْمُسْلِمِينَ يَوْمَ أُحُدٍ نَزَلَتْ(الجامع لأحكام القرآن القرطبي (المتوفى : 671هـ))  

[9]  والمعنى: قل يا محمد لهؤلاء اليهود وأمثالهم من المشركين الذين يدلون بقوتهم، ويغترون بأموالهم وأولادهم وعصبيتهم.. قل لهم ستغلبون وتهزمون في الدنيا على أيدى المؤمنين وتحشرون يوم القيامة ثم تساقون إلى نار جهنم لتلقوا فيها مصيركم المؤلم، وَبِئْسَ الْمِهادُ أى بئس المكان الذي هيئوه لأنفسهم في الآخرة بسبب سوء فعلهم. والمهاد: المكان الممهد الذي ينام عليه كالفراش. ولقد أمر الله- تعالى- نبيه صلّى الله عليه وسلّم أن يتولى الرد عليهم. وأن يواجههم بهذا الخطاب المشتمل على التهديد والوعيد، لأنهم كانوا يتفاخرون عليه بأموالهم وبقوتهم، فكان من المناسب أن يتولى صلّى الله عليه وسلّم الرد عليهم، وأن يخبرهم بأن النصر سيكون له ولأصحابه، وأن الدائرة ستدور عليهم. وقوله سَتُغْلَبُونَ إخبار عن أمر يحصل في المستقبل، وقد وقع كما أخبر به الله- تعالى-فقد دارت الدائرة على اليهود من بنى قينقاع والنضير وقريظة وغيرهم، بعد بضع سنوات من الهجرة، وتم فتح مكة في السنة الثامنة بعد الهجرة. وقوله وَبِئْسَ الْمِهادُ إما من تمام ما يقال لهم، أو استئناف لتهويل شأن جهنم، وتفظيع حال أهلها. (التفسير الوسيط للقرآن الكريم) الْمَسْأَلَةُ الثَّالِثَةُ: احْتَجَّ مَنْ قَالَ بِتَكْلِيفِ مَا لَا يُطَاقُ بِهَذِهِ الْآيَةِ، فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَخْبَرَ عَنْ تِلْكَ الْفِرْقَةِ مِنَ الْكُفَّارِ أَنَّهُمْ يُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ، فَلَوْ آمنوا وأطاعوا لا نقلب هَذَا الْخَبَرُ كَذِبًا وَذَلِكَ مُحَالٌ، وَمُسْتَلْزَمُ الْمُحَالِ مُحَالٌ، فَكَانَ الْإِيمَانُ وَالطَّاعَةُ مُحَالًا مِنْهُمْ، وَقَدْ أُمِرُوا بِهِ، فَقَدْ أُمِرُوا بِالْمُحَالِ وَبِمَا لَا يُطَاقُ، وَتَمَامُ تَقْرِيرِهِ قَدْ تَقَدَّمَ فِي تَفْسِيرِ قَوْلُهُ تَعَالَى: سَواءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ [الْبَقَرَةِ: 6] . الْمَسْأَلَةُ الرَّابِعَةُ: قَوْلُهُ سَتُغْلَبُونَ إِخْبَارٌ عَنْ أَمْرٍ يَحْصُلُ فِي الْمُسْتَقْبَلِ، وَقَدْ وَقَعَ مُخْبِرُهُ عَلَى مُوَافَقَتِهِ، فَكَانَ هَذَا إِخْبَارًا عَنِ الْغَيْبِ وَهُوَ مُعْجِزٌ، وَنَظِيرُهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: غُلِبَتِ الرُّومُ فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ [الرُّومِ: 2، 3] الْآيَةَ، وَنَظِيرُهُ فِي حَقِّ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ وَأُنَبِّئُكُمْ بِما تَأْكُلُونَ وَما تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ [آلِ عِمْرَانَ: 49] . الْمَسْأَلَةُ الْخَامِسَةُ: دَلَّتِ الْآيَةُ عَلَى حُصُولِ الْبَعْثِ فِي الْقِيَامَةِ، وَحُصُولِ الْحَشْرِ وَالنَّشْرِ، وَأَنَّ مَرَدَّ الْكَافِرِينَ إِلَى النَّارِ. ثُمَّ قَالَ: وَبِئْسَ الْمِهادُ وَذَلِكَ لِأَنَّهُ تَعَالَى لَمَّا ذَكَرَ حَشْرَهُمْ إِلَى جهنم وصفه فقال: بِئْسَ الْمِهادُ وَالْمِهَادُ: الْمَوْضِعُ الَّذِي يُتَمَهَّدُ فِيهِ وَيُنَامُ عَلَيْهِ كَالْفِرَاشِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَالْأَرْضَ فَرَشْناها فَنِعْمَ الْماهِدُونَ [الذَّارِيَاتِ: 48] فَلَمَّا ذَكَرَ اللَّهُ تَعَالَى مَصِيرَ الْكَافِرِينَ إِلَى جَهَنَّمَ أَخْبَرَ عَنْهَا بِالشَّرِّ لِأَنَّ بِئْسَ مَأْخُوذٌ مِنَ الْبَأْسَاءِ هُوَ الشَّرُّ وَالشِّدَّةُ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذابٍ بَئِيسٍ [الْأَعْرَافِ: 165] أَيْ شَدِيدٍ وَجَهَنَّمُ مَعْرُوفَةٌ أعاذنا الله منها بفضله. (مفاتيح الغيب (المتوفى: 606هـ))

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: