Kapan Kita Dianggap Menyerupakan Allah dengan Makhluk?
Hampir seluruh kajian “aqidah salaf” disertai dengan ungkapan “tanpa menyerupakan atau tanpa menyamakan Allah” (tanpa tasybîh atau tamtsîl). Namun, tak banyak orang yang paham apa sebenarnya yang dimaksud tanpa menyerupakan Allah itu. Ada yang berkata bahwa “Allah mempunyai tangan, mata dan bentuk dalam arti sebenarnya tetapi tidak serupa dengan makhluk”, apakah perkataan ini masuk dalam kategori tidak menyerupakan ataukah justru telah menyerupakan Allah?
Ada dua kaidah batasan penyerupaan (tasybîh) di kalangan ulama yang digunakan untuk memutuskan mana yang masuk kategori tasybih dan mana yang tidak. Berikut ini akan penulis sajikan keduanya lalu mengaplikasikannya pada golongan yang disepakati sebagai Mujassimah-Musyabbihah (kelompok yang percaya Allah berfisik atau menyerupai makhluk) untuk melihat kaidah mana yang valid.
Kaidah pertama adalah kaidah dari Imam Ahmad bin Hanbal. Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Hamdan al-Hanbali, beliau berkata:
وقال أحمد: أحاديث الصفات تمر كما جاءت من غير بحث على معانيها، وتخالف ماخطر في الخاطر عند سماعها، وننفي التشبيه عن الله تعالی عند ذكرها مع تصديق النبي ، والإيمان بها، وكلما يعقل ويتصور فهو تكييف وتشبيه، وهو محال
“Imam Ahmad berkata: Hadits-hadits sifat harus dibaca ulang seperti sedia kala tanpa dibahas makna-maknanya. Ia berbeda dengan apa yang terbesit dalam hati seseorang ketika mendengarnya. Dan, kami menafikan penyerupaan dengan Allah ketika Allah menyebutkannya serta membenarnya [ucapan] Nabi dan mengimaninya. Setiap kali ia dipahami dan tergambar di benak, maka itulah membagaimanakan (takyîf) dan menyerupakan (tasybîh). Itu adalah mustahil.” (Ibnu Hamdan al-Hanbali, Nihâyat al-Mubtadi’în, halaman 33).
Dalam kaidah pertama ini, yang disebut penyerupaan adalah segala gambaran yang muncul di kepala dan dapat dipahami. Ketika misalnya membaca kata yadullah kemudian tergambar di benak kita adanya organ tubuh Allah yang dipakai untuk mengerjakan macam-macam hal, maka itulah tasybîh. Ketika membaca kata nuzûl lalu tergambar di benak bahwa Allah bergerak turun dari atas ke bawah, maka itulah tasybîh. Ketika membaca kata “istiwâ’” lalu tergambar dalam benak bahwa Allah bertempat di atas Arasy, maka itulah tasybîh. Dan demikian seterusnya untuk kata-kata lain, apabila kata yang dinisbatkan pada Allah tersebut dipahami seperti makna yang di kamus-kamus, maka itulah tasybîh. Mau diiringi dengan penjelasan “seperti makhluk” atau “tak seperti makhluk”, sama sekali tak berarti dalam kaidah ini sebab yang menjadi intinya adalah penetapan makna seperti yang dipahami manusia.
Kaidah kedua adalah kaidah dari Imam Ishaq bin Rahawaih, salah satu pakar hadits klasik yang semasa dengan Imam Ahmad. Beliau berkata:
وقَالَ إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ: " إِنَّمَا يَكُونُ التَّشْبِيهُ إِذَا قَالَ: يَدٌ كَيَدٍ، أَوْ مِثْلُ يَدٍ، أَوْ سَمْعٌ كَسَمْعٍ، أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ . وَأَمَّا إِذَا قَالَ كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَدٌ وَسَمْعٌ وَبَصَرٌ، وَلَا يَقُولُ كَيْفَ وَلَا يَقُولُ مِثْلُ سَمْعٍ وَلَا كَسَمْعٍ، فَهَذَا لَا يَكُونُ تَشْبِيهًا، وَهُوَ كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ }: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {
Ishaq bin Ibrahim (Rahawaih) berkata: Sesungguhnya hanya terjadi tasybîh apabila berkata tangan [Allah] seperti tangan atau mirip tangan [makhluk], pendengaran [Allah] seperti atau mirip pendengaran [makhluk]. Adapun apabila dia mengatakan seperti yang difirmankan oleh Allah Ta’ala, “tangan, pendengaran atau penglihatan, tetapi tidak mengatakan “bagaimananya”, dan tidak mengatakan “seperti atau mirip” maka perkataan ini tidak termasuk tasybih, dan itu sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala dalam kitabnya “ tidak ada sesuatupun yang menyerupai (mirip) Allah dan Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (At-Turmudzi, Sunan at-Turmudzi, juz III, halaman 42)
Senada dengan beliau, Syekh Adz-Dzahabi juga berkata:
فإن التشبيه إنما يقال: يدٌ كيدنا ... وأما إذا قيل: يد لا تشبه الأيدي، كما أنّ ذاته لا تشبه الذوات، وسمعه لا يشبه الأسماع، وبصره لا يشبه الأبصار ولا فرق بين الجمع، فإن ذلك تنزيه
"Tasybîh hanya terjadi apabila dikatakan ‘Tangan seperti tangan kita’ …. Apabila dikatakan: ‘tangan yang tak sama dengan tangan-tangan lain’, seperti halnya Dzat-Nya tak sama dengan Dzat lain, pendengaran-Nya tak sama dengan pendengaran yang lain, penglihatan-Nya tak sama dengan penglihatan yang lain, dan tak ada bedanya di antara semua, maka itu adalah menyucikan (tanzîh)". (Adz-Dhahabi, al-Arba’în min Shifât Rabb al-‘Âlamîn, halaman 104).
Menurut kaidah kedua ini, penyerupaan Tuhan (tasybîh) dengan makhluk hanya terjadi apabila mengatakan kata “seperti” atau “mirip” dengan makhluk atau yang dimiliki makhluk. Apabila tak mengatakan demikian, maka itu bukan tasybîh tetapi masih menyucikan Allah dari keserupaan.
Sekarang mari kita aplikasikan kedua kaidah di atas pada perkataan seorang Mujassimah (orang yang meyakini bahwa Allah adalah jism) yang dikenal juga di antara umat islam sebagai kalangan Musyabbihah (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk). Di antara mereka, ada Muqatil bin Sulaiman yang berkata:
قالت الفرقة الأولى منهم وهم أصحاب مقاتل بن سليمان أن الله جسم وأن له جمة وأنه على صورة الإنسان لحم ودم وشعر وعظم له جوارح وأعضاء من يد ورجل ورأس وعينين مصمت وهو مع هذا لا يشبه غيره ولا يشبهه.
“Sesungguhnya Allah adalah jism (bentuk yang bervolume) dan Ia mempunyai rambut menjuntai, berbentuk manusia, punya daging, darah, bulu, tulang, punya organ tubuh seperti tangan, kaki, kepala, dua mata, tak berongga, meski demikian Dia tak menyerupai selainnya dan selainnya tak menyerupainya.” (Abu Hasan al-Asy’ari, Maqâlât al-Islâmiyyîn, halaman 153)
Semua golongan umat Islam sudah sepakat bahwa Muqatil bin Sulaiman dengan perkataannya itu adalah Mujassimah-Musyabbihah. Dia telah menganggap Allah seperti halnya manusia dan mempunyai organ-organ dan susunan tubuh seperti halnya manusia. Bila kita memakai kaidah pertama dari Imam Ahmad di atas, maka Muqatil ini jelas sudah melakukan tasybîh dan cocok dengan realitas yang diyakini kaum muslimin pada umumnya. Namun apabila kita memakai kaidah kedua di atas, maka Muqatil ini masih belum melakukan tasybîh sebab di akhir ucapannya itu dia memberi keterangan bahwa meski punya tubuh dan berbentuk manusia, Allah tak mirip dan tak menyerupai makhluk apapun.
Dengan demikian kita bisa tahu bahwa kaidah kedua tadi tak akurat untuk membatasi pelaku tasybîh bahkan yang paling parah seperti Muqatil di atas. Pada dasarnya, seluruh kaum muslim di dunia, tak terkecuali kaum Mujassimah-Musyabbihah seluruhnya meyakini bahwa Allah tak seperti makhluk sehingga semua meyakini bahwa Dzat-Nya tak seperti makhluk. Apabila batasan tasybîh hanya bergantung pada pernyataan “seperti makhluk”, maka takkan ada satu pun orang di dunia ini yang bisa disebut Mujassimah – Musyabbihah. Ini tak realistis sebab mereka itu benar-benar ada dan dikenal luas sejak masa lalu.
Karena itulah, untuk memudahkah penilaian dan langsung fokus pada titik persoalan, maka Syaikh al-Bajuri al-Asy’ari menegaskan batas pembeda antara tasybîh dan bukan sebagai berikut:
وَالْمُمَاثَلَةُ لِلْحَوَادِثِ وَهُوَ ضِدُّ الْمُخَالَفَةِ لِلْحَوَادِثِ. وَالْمُمَاثَلَةُ مُصَوَّرَةٌ بِأَنْ يَكُوْنَ جِرْمًا سَوَاءٌ كَانَ مُرَكَّبًا وَيُسَمَّى حِيْنَئِذٍ جِسْمًا أَوْ غَيْرَ مُرَكَّبٍ وَيُسَمَّى حِيْنَئِذٍ جَوْهَرًا فَرْدًا
“Serupa dengan hal baru adalah lawan dari berbeda dengan hal baru. Keserupaan ini tergambarkan dengan terjadinya Allah dari materi fisikal, baik materi itu tersusun yang kemudian disebut jism atau tidak tersusun yang kemudian disebut partikel tunggal.” (Ibrahim al-Baijuri, Hâsyiyat al-Imâm al-Baijûri ‘Alâ Jawharat al-Tawhîd, halaman 163)
Dengan penjelasan Imam al-Baijuri ini, maka pedomannya akan jauh lebih sederhana. Apabila meyakini Allah sebagai jism (punya jasad, badan, volume), maka itulah tasybîh yang terlarang itu. Seluruh makna yang ada di kamus hanya berlaku bagi jism ini. Demikian pula seluruh bayangan di benak manusia hanya berlaku bagi jism semata. Sebab itulah, maka keyakinan ini harus dibuang sejauh-jauhnya untuk menyucikan Tuhan (tanzîh). Wallahu a'lam.
Sumber :
ü Kapan Kita Dianggap Menyerupakan Allah dengan Makhluk? (nu.or.id)
Sumber
Lainnya :
ü وَأَمَّا قَوْلُهُ
تَعَالَى ثُمَّ اسْتَوى عَلَى الْعَرْشِ فَلِلنَّاسِ فِي هَذَا الْمَقَامِ
مَقَالَاتٌ كَثِيرَةٌ جِدًّا ليس هذا موضع بسطها وإنما نسلك فِي هَذَا الْمَقَامِ
مَذْهَبُ السَّلَفِ الصَّالِحِ مَالِكٌ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَالثَّوْرِيُّ
وَاللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ
وَغَيْرُهُمْ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ قَدِيمًا وَحَدِيثًا وَهُوَ إِمْرَارُهَا
كَمَا جَاءَتْ مِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ وَلَا تَشْبِيهٍ وَلَا تَعْطِيلٍ
وَالظَّاهِرُ الْمُتَبَادَرُ إِلَى أَذْهَانِ الْمُشَبِّهِينَ مَنْفِيٌّ عَنِ
اللَّهِ لا يشبهه شيء من خلقه ولَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ بَلِ الْأَمْرُ كَمَا قَالَ الْأَئِمَّةُ مِنْهُمْ نُعَيْمُ بن حماد
الخزاعي شيخ البخاري قال من شبه الله بخلقه كَفَرَ وَمَنْ
جَحَدَ مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ فَقَدْ كَفَرَ وَلَيْسَ فِيمَا وَصَفَ
اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ وَلَا رَسُولَهُ تَشْبِيهٌ فَمَنْ أَثْبَتَ لِلَّهِ تَعَالَى
مَا وَرَدَتْ بِهِ الْآيَاتُ الصَّرِيحَةُ وَالْأَخْبَارُ الصَّحِيحَةُ عَلَى
الْوَجْهِ الَّذِي يَلِيقُ بِجَلَالِ الله وَنَفَى عَنِ اللَّهِ تَعَالَى
النَّقَائِصَ فَقَدْ سَلَكَ سَبِيلَ الْهُدَى.(تفسير القرآن العظيم (ابن
كثير) (المتوفى: 774هـ))
ü القول في
تأويل قوله تعالى: {ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ
سَمَاوَاتٍ} قال أبو جعفر: اختلفوا في تأويل قوله:"ثم استوى إلى
السَّماء".فقال
بعضهم: معنى استوى إلى السماء، أقبل عليها، كما تقول: كان فلان مقبلا على
فلان، ثم استوَى عليّ يشاتمني - واستوَى إليّ يشاتمني. بمعنى: أقبل عليّ وإليّ
يشاتمني. واستُشْهِد على أنّ الاستواء بمعنى الإقبال بقول الشاعر:
أَقُولُ
وَقَدْ قَطَعْنَ بِنَا شَرَوْرَى ... سَوَامِدَ، وَاسْتَوَيْنَ مِنَ
الضَّجُوعِ (1)
فزعم أنه
عنى به أنهن خرجن من الضّجوع، وكان ذلك عنده بمعنى: أقبلن. وهذا من التأويل في هذا
البيت خطأ، وإنما معنى قوله:"واستوين من الضجوع"، استوين على الطريق من
الضجوع خارجات، بمعنى استقمن عليه. وقال بعضهم:
لم يكن ذلك من الله جل ذكره بتحوُّل، ولكنه بمعنى فعله، كما تقول: كان الخليفة في
أهل العراق يواليهم، ثم تحوَّل إلى الشام. إنما يريد: تحوّل فِعله. [وقال بعضهم: قوله:"ثم استوى إلى
السماء" يعني به: استوت] (1) . كما قال الشاعر:
أَقُولُ
لَهُ لَمَّا اسْتَوَى فِي تُرَابِهِ ... عَلَى أَيِّ دِينٍ قَتَّلَ
النَّاسَ مُصْعَبُ (2)
وقال بعضهم:"ثم
استوى إلى السماء"، عمدَ لها (3) . وقال: بل كلُّ تارك عملا كان فيه إلى آخر،
فهو مستو لما عمد له، ومستوٍ إليه. وقال بعضهم:
الاستواء هو العلو، والعلوّ هو الارتفاع. وممن قال ذلك الربيع بن أنس. 588- حُدِّثت
بذلك عن عمار بن الحسن، قال: حدثنا عبد الله بن أبي جعفر، عن أبيه، عن الربيع بن
أنس:"ثم استوى إلى السماء". يقول: ارتفع إلى السماء (4) .
ثم اختلف متأوّلو الاستواء بمعنى العلوّ
والارتفاع، في الذي استوى إلى السّماء. فقال بعضهم: الذي استوى
إلى السماء وعلا عليها، هو خالقُها ومنشئها. وقال بعضهم: بل العالي عليها:
الدُّخَانُ الذي جعله الله للأرض سماء (5) . قال
أبو جعفر: الاستواء في كلام العرب منصرف على وجوه: منها انتهاءُ شباب الرجل
وقوّته، فيقال، إذا صار كذلك: قد استوى الرّجُل. ومنها استقامة ما كان فيه أوَدٌ
من الأمور والأسباب، يقال منه: استوى لفلان أمرُه. إذا استقام بعد أوَدٍ، ومنه قول
الطِّرِمَّاح بن حَكيم: طَالَ عَلَى رَسْمِ مَهْدَدٍ أبَدُهْ ... وَعَفَا
وَاسْتَوَى بِهِ بَلَدُه (6)
يعني:
استقام به. ومنها: الإقبال على الشيء يقال استوى فلانٌ على فلان بما يكرهه ويسوءه
بَعد الإحسان إليه. ومنها. الاحتياز والاستيلاء (1) ، كقولهم: استوى فلان على
المملكة. بمعنى احتوى عليها وحازَها. ومنها: العلوّ والارتفاع، كقول القائل، استوى
فلان على سريره. يعني به علوَّه عليه.
وأوْلى المعاني بقول الله جل ثناؤه:"ثم
استوى إلى السماء فسوَّاهن"، علا عليهن وارتفع، فدبرهنّ بقدرته، وخلقهنّ سبع
سموات. والعجبُ ممن أنكر المعنى المفهوم من
كلام العرب في تأويل قول الله:"ثم استوى إلى السماء"، الذي هو بمعنى
العلو والارتفاع، هربًا عند نفسه من أن يلزمه بزعمه -إذا تأوله بمعناه المفهم
كذلك- أن يكون إنما علا وارتفع بعد أن كان تحتها - إلى أن تأوله بالمجهول من
تأويله المستنكر. ثم لم يَنْجُ مما هرَب منه! فيقال له: زعمت أن تأويل
قوله"استوى" أقبلَ، أفكان مُدْبِرًا عن السماء فأقبل إليها؟ فإن زعم أنّ
ذلك ليس بإقبال فعل، ولكنه إقبال تدبير، قيل له: فكذلك فقُلْ: علا عليها علوّ
مُلْك وسُلْطان، لا علوّ انتقال وزَوال. ثم لن يقول في شيء من ذلك قولا إلا ألزم
في الآخر مثله. ولولا أنا كرهنا إطالة الكتاب بما ليس من جنسه، لأنبأنا عن فساد
قول كل قائل قال في ذلك قولا لقول أهل الحق فيه مخالفًا. وفيما بينا منه ما يُشرِف
بذي الفهم على ما فيه له الكفاية إن شاء الله تعالى.( جامع
البيان في تأويل القرآن - أبو جعفر الطبري (المتوفى: 310هـ))
ü Di bawah ini beberapa referensi yang dikutip oleh Ustadz
Abdus Shomad dalam ceramahnya di you tube dengan judul “Membongkar
Kedok Aqidah Wahabi: Casing Salaf Isi Mujassimah” . Silakan klik linknya….
ü ورأيت من أصحابنا من تكلم في الاصول بما لا يصلح، وانتدب للتصنيف ثلاثة: أبو عبد الله بن حامد[1]. وصاحبه
القاضي[2] ، وابن الزاغوني[3] فصنفوا كتبا شانوا بها المذهب، ورأيتهم قد
نزلوا إلى مرتبة العوام، فحملوا الصفات على
مقتضى الحس. فسمعوا أن الله تعالى خلق آدم على صورته، فأثبتوا له صورة ووجها
زائدا على الذات،وعينين،وفمًا ولهوات وأضراسا وأضواء لوجهه هي السبحات ويدين وأصابع
وكفا وخنصرا وإبهاما وصدرا
وفخذا وساقين ورجلين. وقالوا: ما سمعنا بذكر الرأس. وقالوا: يجوز أن يمس ويمس، ويدني العبد من
ذاته. وقال بعضهم: ويتنفس. ثم يرضون العوام بقولهم: «لا كما يعقل». وقد أخذوا
بالظاهر في الاسماء والصفات، فسموها بالصفات تسمية مبتدعة لا دليل لهم في ذلك من
النقل ولا من العقل، ولم يلتفتوا إلى النصوص الصارفة عن الظواهر إلى المعاني
الواجبة لله تعالى ولا إلى إلغاء ما يوجبه الظاهر من سمات الحدوث، ولم يقنعوا بأن
يقولوا صفة فعل، حتى قالوا صفة ذات. ثم لما أثبتوا أنها صفات ذات قالوا: لا نحملها
على توجيه اللغة مثل يد على نعمة وقدرة، ومجئ وإتيان على معنى بر ولطف، وساق على
شدة، بل قالوا: نحملها على ظواهرها المتعارفة والظاهر هو المعهود من نعوت الآدميين،
والشيء إنما يحمل على حقيقته إذا أمكن، ثم يتحرجون من
التشبيه ويأنفون من إضافته إليهم ويقولون: نحن أهل السنة، وكلامهم صريح في
التشبيه. وقد تبعهم خلق من العوام. فقد نصحت التابع والمتبوع فقلت لهم: يا
أصحابنا أنتم أصحاب نقل وإمامكم الاكبر أحمد
بن حنبل يقول وهو تحت
السياط: كيف أقول ما لم يقل (1). فإياكم أن تبتدعوا في مذهبه ما ليس منه، ثم قلتم
في الاحاديث، تحمل على ظاهرها. وظاهر القدم الجارحة، فإنه لما قيل في عيسى روح
الله اعتقدت النصارى أن لله صفة هي روح ولجت في مريم. ومن قال: استوى بذاته فقد
أجراه مجرى الحسيات، وينبغى أن لا يهمل ما يثبت به الاصل وهو العقل، فإنا به عرفنا
الله تعالى، وحكمنا له بالقدم، فلو أنكم قلتم: نقرأ الاحاديث ونسكت، ما أنكر عليكم
أحد، إنما حملكم إياها على الظاهر قبيح (2). فلا تدخلوا في مذهب هذا الرجل الصالح
السلفي ما ليس منه. ولقد كسيتم هذا المذهب شينا قبيحا حتى صار لا يقال حنبلي إلا مجسم.(دفع
شبه التشبيه بأكف التنزيه - الجوزي (المتوفى: 597 هـ))
ü
٣٦ - سألت شيخنا عن حديث إثبات الأصابع لله، هل هو للحصر، وأن الأصابع خمس؟
الجواب: نعم؛ لأن الأصابع استوعبت الخلائق (وسائر الخلق على إصبع )مسائل الامام ابن باز 37)
ü والحاصل أن هؤلاء المنكرين لما جاء في الكتاب والسنة من صفات الله -
عز وجل - اعتمادا على هذا الظن الفاسد أنها تقتضي التمثيل قد ضلوا ضلالا مبينا؛
فالصحابة رضي الله عنهم هل ناقشوا الرسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في
هذا؟ والذي نكاد نشهد به إن لم نشهد به أنه حين يمر عليهم مثل هذا الحديث يقبلونه
على حقيقته، لكن يعلمون أن الله لا مثل له؛ فيجمعون بين الإثبات وبين النفي. إذًا
موقفنا من هذا الحديث الذي فيه إثبات الأصابع لله - عز وجل - أن نقر به
ونقبله، وأن لا نقتصر على مجرد إمراره بدون معنى فنكون بمنزلة الأميين الذين لا
يعلمون الكتاب إلا أماني، بل نقرؤه ونقول: المراد به أصبع
حقيقي يجعل الله عليه هذه
الأشياء الكبيرة، ولكن لا يجوز أبدا أن نتخيل بأفهامنا أو أن نقول بألسنتنا: إنه مثل أصابعنا، بل نقول: الله أعلم بكيفية هذه الأصابع؛
وفي رواية لمسلم: « (والجبال والشجر على إصبع، ثم يهزهن فيقول: أنا الملك، أنا الله ) »مجموع فتاوى ابن عثيمين –ج 10 ص 119)
ü قَوْلُهُ يَنْزِلُ
رَبُّنَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا[4] اسْتَدَلَّ بِهِ مَنْ أَثْبَتَ الْجِهَةَ
وَقَالَ هِيَ جِهَة الْعُلُوّ وَأنكر ذَلِك الْجُمْهُور[5] لِأَنَّ الْقَوْلَ بِذَلِكَ يُفْضِي إِلَى
التَّحَيُّزِ تَعَالَى اللَّهُ عَنْ ذَلِكَ وَقَدِ اخْتُلِفَ فِي مَعْنَى
النُّزُولِ عَلَى أَقْوَالٍ فَمِنْهُمْ مَنْ حَمَلَهُ عَلَى ظَاهِرِهِ
وَحَقِيقَتِهِ وَهُمُ الْمُشَبِّهَةُ تَعَالَى اللَّهُ عَنْ قَوْلِهِمْ (فتح الباري شرح صحيح البخاري- دار المعرفة - بيروت، 1379)
ü وَالحَشْوِيَّةُ المُشَبِّهَةُ، الذين يُشَبِّهُوْنَ االله بخَلقه، ضِربان: أحدهما لا يتحاشى من إظهار الحشو {وَيَحْسَبُونَ
أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ ? أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ} [المجادلة: ١٨] ، والآخر يَتَسَتَّرُ بمذهب السلف،لِسُحْتٍ يأكله أو حُطَامٍ يأخذه:
أَظهَروا لِلنَّاسِ نُسْكاً…وعلى المَنقوشِ داروا [٢٤]
{يُرِيدُونَ أَن يَأْمَنُوكُمْ وَيَأْمَنُوا قَوْمَهُمْ} [النساء: ٩١] ،
ومذهب السلف إنما هو التوحيدُ والتنزيهُ، دُوْنَ التجسيمِ والتشبيهِ،
وكذلك [٢٥] جميعُ المبتدعةِ يَزعُمون أنهم على مذهب السلف، فهم كما قال القائل: وَكُلٌّ يَدَّعُوْنَ وِصَالَ لَيْلَى…وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ
لَهُمْ بِذَاكَا [٢٦]
وكيف
يُدَّعَى على السَّلَفِ أنهم يعتقدون التجسيم والتشبيه، أو يَسكتون عند
ظهور البدع، ويخالفون
قوله تعالى: {وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ
وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة: ٤٢] .
وقولَه جَلَّ قولُه: {وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ} [آل عمران: ١٨٧] ،
وقوله تعالى ذِكْرُهُ: {لِتُبَيِّنَ
لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ} [النحل: ٤] (رسائل فى التوحيد - الإمام عز الدين بن عبدالسلام
– ص 16-17)
ü وَقد ذكر غير وَاحِد من الْأَثْبَات أَن
الشَّيْخ كَانَ يَأْخُذ مَذْهَب الشافعى عَن أَبى إِسْحَاق المروزى وَأَبُو
إِسْحَاق المروزى يَأْخُذ عَنهُ علم الْكَلَام وَلذَلِك كَانَ يجلس فى حلقته
وَلَيْسَ هَذَا مِمَّا عَقدنَا لَهُ هَذَا الْفَصْل فلنعد إِلَى غرضنا فَنَقُول
قَالَ المآيرقى وَلم
يكن أَبُو الْحسن أول مُتَكَلم بِلِسَان أهل السّنة إِنَّمَا جرى على سنَن غَيره وعَلى نصْرَة
مَذْهَب مَعْرُوف فَزَاد الْمَذْهَب حجَّة وبيانا وَلم يبتدع مقَالَة اخترعها
وَلَا مذهبا انْفَرد بِهِ .... اعْلَم أَن أَبَا الْحسن لم يبدع رَأيا
وَلم ينش مذهبا وَإِنَّمَا هُوَ مُقَرر لمذاهب السّلف
مناضل عَمَّا كَانَت عَلَيْهِ صحابة رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم
فالانتساب إِلَيْهِ إِنَّمَا هُوَ بِاعْتِبَار أَنه عقد على طَرِيق السّلف نطاقا
وَتمسك بِهِ وَأقَام الْحجَج والبراهين عَلَيْهِ فَصَارَ المقتدى بِهِ فى ذَلِك
السالك سَبيله فى الدَّلَائِل يُسمى أشعريا (طبقات الشافعية الكبرى - تقي الدين السبكي (المتوفى: 771هـ))
ü الحديث التاسع عشر: روى البخاري ومسلم في الصحيحين من حديث أبي
هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «ينزل ربنا كل ليلة إلى السماء الدنيا حتى يبقى ثلث الليل الاخير يقول: من يدعوني
فاستجيب له».وقد روى حديث
النزول عشرون صحابيا، وقد سبق القول انه يستحيل
على الله عز وجل الحركة والنقلة والتغير. فيبقى الناس رجلين: أحدهما: المتأول له بمعنى: أنه يقرب رحمته. وقد
ذكر أشياء بالنزول فقال تعالى: {وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ}
[الحديد: 25] وإن كان معدنه بالأرض وقال: {أَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ الْأَنْعَامِ
ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ} [الزمر: 6]. ومن لم يعرف كيف نزول الجمل كيف يتكلم في
تفصيل هذه الجمل. والثاني: الساكت عن الكلام في ذلك مع اعتقاد
التنزيه، والواجب على الخلق اعتقاد التنزيه وامتناع تجويز النقلة، وأن النزول الذي
هو انتقال من مكان إلى مكان يفتقر إلى ثلاثة أجسام: جسم عالي، وهو مكان الساكن،
وجسم سافل، وجسم ينتقل من علو إلى أسفل، وهذا لا يجوز على الله عز وجل.(دفع شبه التشبيه بأكف التنزيه - الجوزي
(المتوفى: 597 هـ))
ü وَقَالَ أَيْضًا النُّزُولُ
مُحَالٌ عَلَى اللَّهِ لِأَنَّ حَقِيقَتَهُ الْحَرَكَةُ مِنْ جِهَةِ
الْعُلُوِّ إِلَى السُّفْلِ وَقَدْ دَلَّتِ الْبَرَاهِينُ الْقَاطِعَةُ عَلَى
تَنْزِيهِهِ عَلَى ذَلِكَ فَلْيُتَأَوَّلْ ذَلِكَ بِأَنَّ الْمُرَادَ نُزُولُ مَلَكِ
الرَّحْمَةِ وَنَحْوُهُ أَوْ يُفَوَّضُ مَعَ اعْتِقَادِ التَّنْزِيهِ (فتح
الباري شرح صحيح البخاري-
دار المعرفة - بيروت، 1379)
ü وَلَا يَلْزَمُ مِنْ كَوْنِ جِهَتَيِ الْعُلُوِّ وَالسُّفْلِ مُحَالٌ عَلَى اللَّهِ أَنْ
لَا يُوصَفَ بِالْعُلُوِّ لِأَنَّ وَصْفَهُ بِالْعُلُوِّ مِنْ جِهَةِ الْمَعْنَى
وَالْمُسْتَحِيلُ
كَوْنُ ذَلِكَ مِنْ جِهَةِ الْحِسِّ (فتح الباري شرح صحيح البخاري- دار المعرفة - بيروت، 1379)
ü وَالْقسم الثَّانِي الْقَائِلُونَ بالْقَوْل
الْمَعْرُوف بقول السّلف وَهُوَ الْقطع بِأَن مَا لَا يَلِيق بِجلَال الله
تَعَالَى غير مُرَاد وَالسُّكُوت عَن تعْيين المُرَاد من الْمعَانِي اللائقة
بِجلَال الله تَعَالَى إِذا كَانَ اللَّفْظ مُحْتملا لمعاني تلِيق بِجلَال الله
تَعَالَى فالصنفان قاطعان بِأَن مَا لَا
يَلِيق بِجلَال الله تَعَالَى من صِفَات الْمُحدثين غير مُرَاد وكل مِنْهُمَا على
الْحق وَقد رجح قوم من الأكابر الْأَعْلَام قَول السّلف لِأَنَّهُ أسلم وَقوم
مِنْهُم قَول أهل التَّأْوِيل للْحَاجة إِلَيْهِ وَالله أعلم. وَمن
انتحل قَول السّلف وَقَالَ بتشبيه أَو تكييف أَو حمل اللَّفْظ على
ظَاهره مِمَّا يتعالى الله عَنهُ من صِفَات الْمُحدثين فَهُوَ كَاذِب فِي انتحاله
بَرِيء من قَول السّلف واعتداله (إيضاح الدليل في قطع حجج أهل التعطيل - بن جماعة الكناني الحموي الشافعي، بدر الدين
(المتوفى: 733هـ))
ü أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ رَأَى نُخَامَةً في
القِبْلَةِ، فَشَقَّ ذلكَ عليه حتَّى رُئِيَ في وجْهِهِ، فَقَامَ فَحَكَّهُ
بيَدِهِ، فَقالَ: إنَّ أحَدَكُمْ إذَا قَامَ في
صَلَاتِهِ فإنَّه يُنَاجِي رَبَّهُ، أوْ إنَّ رَبَّهُ بيْنَهُ وبيْنَ القِبْلَةِ،
فلا يَبْزُقَنَّ أحَدُكُمْ قِبَلَ قِبْلَتِهِ، ولَكِنْ عن يَسَارِهِ أوْ
تَحْتَ قَدَمَيْهِ ثُمَّ أخَذَ طَرَفَ رِدَائِهِ، فَبَصَقَ فيه ثُمَّ رَدَّ
بَعْضَهُ علَى بَعْضٍ، فَقالَ: أوْ يَفْعَلُ هَكَذَا. الراوي : أنس بن مالك | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري - وَفِيهِ
الرَّدُّ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ عَلَى الْعَرْشِ بِذَاتِهِ[6] (فتح
الباري شرح صحيح البخاري-
دار المعرفة - بيروت، 1379)
ü قَالَ أَبُو الْوَلِيدِ بْنُ رُشْدٍ فِي
شَرْحِ الْعُتْبِيَّةِ إِنَّمَا نَهَى مَالِكٌ لِئَلَّا يَسْبِقُ إِلَى وَهَمِ
الْجَاهِلِ أَنَّ الْعَرْشَ إِذَا تَحَرَّكَ يَتَحَرَّكُ اللَّهُ بِحَرَكَتِهِ
كَمَا يَقَعُ لِلْجَالِسِ مِنَّا عَلَى كُرْسِيِّهِ وَلَيْسَ
الْعَرْشُ بِمُوضَعِ اسْتِقْرَارِ اللَّهِ تَبَارَكَ اللَّهُ وَتَنَزَّهَ عَنْ
مُشَابَهَةِ خَلْقِهِ انْتَهَى مُلَخَّصًا (فتح الباري شرح صحيح البخاري- دار المعرفة - بيروت، 1379)
ü قَوْله
اسْتَوَى على الْعَرْش هُوَ من الْمُتَشَابه الَّذِي يُفَوض علمه إِلَيّ الله
تَعَالَى وَوَقع
تَفْسِيره فِي الأَصْل (هدي
الساري مقدمة فتح البار-
دار المعرفة - بيروت، 1379)
ü
أقوال
العلماء في تكفير المجسمة القائلين بأن الله جالس على العرش، فلا
تصح الصلاة خلفهم
(Pendapat
Para Ulama’ tentang “Kafirnya Mujassimah” yang mengatakan bahwa “Allah
duduk di atas ‘Arsy”. Dan Tidak syah sholat di belakang mereka)
بسم
الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم
ممن
نقل تكفير المجسم وعدم صحة الإقتداء به في الصلاة الإمام الفقيه نجم الدين احمد بن
محمد ابن الرفعة المتوفى 710ه في كتابه" كفاية
النبيه شرح التنبيه" في فقه الإمام الشافعي
الجزء الرابع ص 24 فقال ما نصه:(( ولا تجوز الصلاة خلف كافر لأنه لا صلاة له فكيف
يقتدى به وهذا ينظم من كفره مجمع عليه ومن كفرناه من اهل القبلة القائلين بخلق
القرءان وبأنه لا يعلم المعدومات قبل وجودها
ومن لا يؤمن بالقدر وكذا من
يعتقد ان الله جالس على العرش[7] كما حكاه القاضي حسين هنا
عن نص
الشافعي""رضي الله عنه""))...انتهى
والفقيه
الحنفي الإمام كمال الدين محمد بن عبد الواحد السيواسي ثم السكندري المعروف بابن
الهمام الحنفي المتوفى سنة 681ه في كتابه "شرح
فتح القدير" الجزء الأول كتاب الصلاة
ص 360 قال ما نصه:((والمشبه اذا قال: ""له
تعالى يد ورجل كما للعباد"" فهو كافر ملعون [قوله المشبه هذا
يغني عن قوله كما للعباد]ومطلق اسم الجسم مع نفي التشبيه فإنه يكفر لاختياره اطلاق
ما هو موهم للنقص ولو نفى التشبيه فلم يبقى منه الا التساهل والإستخفاف ويقول ان
تكفير مطلق لفظ الجسم على الله يكفر بمجرد اطلاق اللفظ وتكفيره حسن بل هو اولى
بالتكفير وان القدوة به لا تصح))...انتهى
وممن
كفّر المجسم والمشبه وقال بعدم صحة الإقتداء به الإمام العلامة السيد محمد بن محمد
الحسين الزبيدي الشهير بمرتضى المتوفى في سنة 1205 في كتابه "اتحاف السادة
المتقين بشح احياء علوم الدين" الجزء الثالث ص 293 فقال ما نصه:((او صاحب
بدعة المراد به البدعة التي لا تكفر صاحبها وإلا لم تصح امامته كما
قدمناه ثم قال ومن يقول بخلق القرءان والمشبهة ونحوهم ممن تكفره بدعته))...انتهى
وممن
كفّر المجسم والمشبه وقال ان امامته لا تصح، الشيخ العلامة الفقيه الحنفي عبد
الغني بن اسماعيل النابلسي المتوفى 1143ه في كتابه "صدح الحمامة في شروط
الإمامة" ص 53_54_55 فهو قال ما نصه:((ولا تجوز الصلاة خلف الجهمي والقدري
والمشبه ومن يقول بخلق القرءان ويدخل في المشبهة من يعتقد ان الله في السماء(اي
بذاته او متحيزا) او في جهة من الجهات كالجهلة بالعقائد الصحيحة في زماننا فلا تصح
امامته كما كشفت عن احوالهم في كتابي "الرد المتين"))...انتهى
ويعد
هذه النصوص الواضحات والنقول الساطعات كيف يسوغ لجهول ان يقول بعدم تكفير المجسمة
او بصحة الصلاة ورائهم فإنهم بالتجسيم الذي وقعوا فيه كذّبوا الله وشبهوه بخلقه
فإنه سبحانه يقول: فلا تضربوا لله الأمثال..وقال: ليس كمثله شيء والمجسم
كذّبه وشبهه بخلقه وجعله مخلوقا لغيره فلا يكون مسلما وعليه فلا تصح الصلاة منه
ولا عليه اذا مات ولا خلفه مع الإقتداء به فكن منتبها يا طالب الحق ولا
يهولنك تمويه المموهين وكذب المزيفين فالحق احق ان يتّبع والله يقول الحق ويهدي
للصواب وهو حسبنا ونعم الوكيل والحمد لله وصلى الله وسلم على رسول الله
- I'anatuth thalibin :
قوله:
الا لنحو بدعة امامه، اشتثنا من محذوف، اي: ان الصلاة مع الجمع الكثير افضل فى كل
حال الاحالة كون امام الجمع الكثير ذا بدعة، والمراد
بها التى لم يكفر مرتكبها كالمجسمة، اي : القائلين بأنه تعالى جسم، على
المعتمد، فإن كفر بها، كمنكر البعث والحشر للاجسام وعلم الله تعالى بالجزئيات فلا
تصح القدوة خلفه، قوله، اي: الكثير تفسير للضمير، قوله : كرافضى تفثيل لذي البدعة،
ومثله الشعى، والزيدى، قال الكردى : الرفضة والشيعة والزيدية متقاربون، قال : فى
المواقف : الشيعة، اثنان وعتزون فرقة يكفر بعضهم بعضا، اصولهم ثلاث فرق، غلاة
وزيدية وامامية، اما الغلاة فثمانية عشر، ثم قال : واما الزيدية فثلاث فرق،
الجارودية. الخ. والزيدية منسوبون الى زيد بن على زين العابدين بن الحسين. اه
- Majmu' lin nawawi :
فرع،
قد ذكرنا ان من يكفر ببدعته لاتصح الصلاة ورائه ومن لا يكفر تصح فممن
يكفر من يجسم تجسيما صريحا ومن ينكر العلم بالجرئيات
-
Tuhfatul Muhtaj :
من
ثم قيل اخدا من حديث الجارية يغتفر
نحو التجسم والجهة في حق العوام لانهم مع ذلك على غاية من اعتقاد
التنزية والكمال المطلق
-
Mughni muhtaj :
فى
الروضة، لو قال فلان فى عينى كاليهودى والنصرانى فى عين الله او بين يدي الله
فمنهم من قال: كفر ومنهم من قال : ان اراد الجارحة كفر والا فلا، قال الاذرعى:
والظاهر انه لايكفر مطلقا لانه ظهر منه مايدل على التجسم والمشهور
انا لا نكفر المجسمة
Sumber: https://www.piss-ktb.com/2014/07/3285-aqidah-mengenai-tafwidh-tanzih-dan.html Terimakasih, tetap mencantumkan sumber kutipan.
ü 3285. AQIDAH : MENGENAI TAFWIDH, TANZIH, DAN TAJSIM | Facebook
ü مشبهة - ويكيبيديا (wikipedia.org)
ü دار الإفتاء - مذهب التّجسيم باطل ولا يجوز اتباعه (aliftaa.jo)
ü دار الإفتاء - كيف نفهم النصوص التي توهم التشبيه (aliftaa.jo)
ü حقيقة الاستواء على العرش - الفتاوى - دار الإفتاء المصرية - دار
الإفتاء (dar-alifta.org)
ü حكم
التجسيم والمجسمة في المذاهب الأربعة (دراسة فقهية)
(alwahabiyah.com)
ü المجسمة
والمشبهة - منتديات الجلفة لكل الجزائريين و العرب
(djelfa.info)
ü نماذج
من تأويل علماء الأئمة وأئمتها لنصوص الصفات
ü دراسة مقارنة عقيدة الوهابية وعقيدة واليهود | حـقـيـقــة
الـسـلـفـيــة (wordpress.com)
ü التحذير من المشبهة المجسمة الوهابية أدعياء السّلفية | موقع سحنون (souhnoun.com)
ü كلام الفقيه الصاوي المالكي في بيان حال الوهابية أدعياء السّلفية
| موقع سحنون (souhnoun.com)
ü بيان أن الأئمة الأربعة على التنـزيه في مسئلة الاستواء (darulfatwa.org.au)
ü الجوهرة
في بيان منهج السلف والأشاعرة ( صفة العلو ) 1
(aslein.net)
ü الفصل الأول: مخالفة الألباني لعقيدة أهل السنة والجماعة - Shaykh Gilles Sadek
ü قائمة أعلام الأشاعرة والماتريدية - المعرفة
(marefa.org)
ü زهير
جمعة المالكي - التجسيم من اليهود الى ابن تيمية
(ahewar.org)
ü مجسمة. علم الدين على مذهب أهل السنة والجماعة. عقيدة المسلمين (islam.ms)
ü الرد على المجسمة في شرح حديث الجارية
– Alsunna.org :: Authentic Prophetic Teachings
ü ملجمة المجسمة - أ.د. سعيد فودة.pdf
(archive.org)
ü الانتصار لأهل السنة
وكشف مذهب أدعياء السلفية | مركز سلف للبحوث والدراسات
(salafcenter.org)
ü الموقع
الرسمي لسماحة المرجع الديني السيد كمال الحيدري
(alhaydari.com)
ü نقل الإجماع على كفر المجسم والقائل بالجهة في حق الله تعالى (sunnaonline.org)
ü نظرية ابن تيمية تلازم الجهة والتجسيم
(rafed.net)
ü الحذر من المشبهة المجسمة الوهابية – أكاديمية المنهاج (alminhajacademic.com)
ü د على الوهابية المجسمة
المشبهة – Riad Nachef – Islamic Affairs
ü نماذج من علماء السنّة
المجسمّة (aqaed.net)
ü اعتقاد الوهابية التشبيه والتجسيم في حق الله
- Shaykh Gilles Sadek
ü فضح المجسم الحراني وإثبات قوله بالتجسيم
(sunnaonline.org)
ü نصوص
العلماء على تكفير المجسمة (alsunna.org)
ü الموسوعة
العربية | المشبهة (فرقة-) (arab-ency.com.sy)
ü عقيدة اهل السنة ورد شبه المشبهة المجسمة الوهابية أدعياء السلفية (alwahabiyah.com)
ü مذهب المجسمة والفرق بينه وبين المشبهة
(islamweb.net)
ü الفرق بين المجسمة والمشبهة
(islamweb.net)
ü عقيدة التجسيم والتمثيل ، وأبرز فِرقها ، وحكم الإسلام عليها -
الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü الحاجة إلى المجسمة والمشبهة ! - عبدالله بن فهد الخليفي (alkulify.com)
ü دعوى
أن شيخ الإسلام مجسّم ومشبّه (saaid.org)
ü الإمام علي بن أبي طالب يكفّر المشبهة المجسمة – أكاديمية المنهاج (alminhajacademic.com)
ü موقف ابن تيمية من التجسيم
(alukah.net)
ü عقيدة أبي الحسن الاشعري وأبي منصور الماتريدي في مسألة العلو -
الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü الأدلة على علوّ الله تعالى على خلقه وأنّه سبحانه فوق السموات -
الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
ü معنى "أن الله تعالى في السماء"
- الإسلام سؤال وجواب
(islamqa.info)
ü من
هم المجسمة - الشيخ سعيد فودة (youtube.com)
ü من
أكثر تجسيما .. أبو يعلى أم ابن تيمية ؟ أ. سعيد فودة
(youtube.com)
ü العلامة
سعيد فودة يبين عقيدة ابن تيمية في حديث كان الله ولم يكن شئ معه (youtube.com)
ü حديث
(كان الله..) بين أهل السنة وابن عربي وابن تيمية وابن رشد
(youtube.com)
ü العلامة
سعيد فودة يبين عقيدة ابن عثيمين في الصفات
- YouTube
ü العلامة
سعيد فودة يبين جهل ابن باز (youtube.com)
ü مناظرة
بين السلفيين والأشاعرة (youtube.com)
ü لماذا
تركت السلفية (كامل) (ملخص) (youtube.com)
ü ١٠. اضطراب علماء السلفية المعاصرة في تفسير
صفة النزول: د. عبدالإله العرفج (youtube.com)
ü ١١. التفويض طريقة ثابتة عن السلف في تعاملهم
مع نصوص الصفات: د. عبدالإله العرفج - YouTube
ü ١٢. التأويل طريقة ثابتة عن السلف في تعاملهم
مع نصوص الصفات: د. عبدالإله العرفج (youtube.com)
ü ١. عقيدة الإمام النووي والأشاعرة في الصفات
الإلهية: د. عبدالإله العرفج (youtube.com)
ü ٢. عقيدة الحنابلة في الصفات الإلهية قبل
الإمام ابن تيمية: د. عبدالإله العرفج (youtube.com)
ü الرد
على الوهابية المجسمة المشبهة - الشيخ الداني
(youtube.com)
[1] هو شيخ الحنابلة أبو عبد الله الحسن بن حامد
بن على البغدادي الوراق المتوفى سنة ثلاث وأربعمائة، وكان من أكبر مصنفيهم، له شرح
أصول الدين، فيه طامات سيورد المصنف بعضها، ولديه تخرج القاضي أو يعلى الحنبلي.
(ز).
[2] هو القاضي أبو يعلى محمد بن الحسين بن محمد
بن خلف بن الفراء الحنبلي المتوفى سنة ثمان وخمسين وأربعمائة، وفيه يقول أبو محمد
التميمي ما معناه: لقد شان أبو يعلى الحنابلة شيئا لا يغسله ماء البحار، على ما
نقله ابن الأثير وأبو الفداء، وعزا في طبقاته إلى الإمام أحمد ما يبعد أن يصح عنه
كل البعد، ونقل ابن بدران الدشتي في جزء إثبات الحد عن كتاب الأصول لأبي يعلي هذا
ما هو أفظع مما سينقله المصنف عنه في التشبيه، على تضارب في أقواله بين تنزيه
وتشبيه، ولا يخفى على الناظر أن غير الحافظ أبي يعلى أحمد ابن على الموصلي صاحب
المسند وراوي كتب أبي يوسف عن بشر بن الوليد. (ز)
[3] هو أبو الحسن على بن عبيد الله بن نصر
الزاغوني الحنبلي المتوفى سنة سبع وعشرين وخمسمائة، وهو من مشايخ المصنف، وله في
كتاب الإيضاح من غرائب التشبيه ما يحار فيه النبيه. (ز)
[4] تفصيله فيما يلي :
ü أقوال العلماء في
شرح حديث النزول (islam.ms)
ü زبدة القول فيما جاء
في صفة النزول - للشيخ هيثم الحمري | منابر البحرين السلفية
(bahrainsalafi.net)
ü نيل المأمول في شرح
حديث النزول (alwahabiyah.com)
ü ما قيل في تأويل الإمام مالك لحديث النزول ..شبهة ورد |
مركز سلف للبحوث والدراسات
(salafcenter.org)
ü جامع السنة وشروحها
- صحيح البخاري (hadithportal.com)
ü هل أول الإمام مالك صفة نزول الرب جل وعلا ؟؟ (saaid.org)
ü إيضاحات حول حديث
النزول (islamweb.net)
ü مذهب الجمهور أن
العرش لا يخلو حال النزول
(islamweb.net)
ü سؤال في حديث النزول
وجوابه أو شرح حديث النزول
(archive.org)
ü شرح حديث النزول (archive.org)
ü
شرح حديث النزول للإمام ابن
عبدالبر المالكي
ü إثبات صفة النزول
لله تعالى - موقع الشيخ ابن باز
(binbaz.org.sa)
ü إثبات صفة النزول
لله تعالى - الإسلام سؤال وجواب
(islamqa.info)
ü تفسير حديث النزول -
محمد بن صالح العثيمين - طريق الإسلام
(islamway.net)
ü شرح حديث النزول (alsunna.org)
ü هل إثبات نزول الله
للسماء الدنيا يدل على خلو العرش؟ - موقع الشيخ ابن باز
(binbaz.org.sa)
ü الأشاعرة، حديث
النزول، التنزيه عن الحركة – الجاوي – أبو عمر الإندونيسي
(wordpress.com)
ü سؤال في حديث النزول
وجوابه أو شرح حديث النزول (ت: الخميس) - ابن تيمية - طريق الإسلام (islamway.net)
ü شرح حديث النزول – Alsunna.org :: Authentic Prophetic Teachings
[5] مراده
بالجمهور جمهور أهل الكلام، وأما أهل السنة -وهم الصحابة ﵃ ومن تبعهم بإحسان- فإنهم يثبتون لله الجهة، وهي جهة
العلو، ويؤمنون بأنه سبحانه فوق العرش بلا تمثيل ولا تكييف. والأدلة على ذلك من
الكتاب والسنة أكثر من أن تحصر؛ فتنبه واحذر. والله أعلم.(المكتبة
الشاملة اونلين)
[6] ليس في الحديث المذكور رد على من أثبت استواء الرب سبحانه على
العرش بذاته، لأن النصوص من الآيات والأحاديث في إثبات استواء الرب سبحانه على
العرش بذاته محكمة قطعية واضحة لاتحتمل أدنى تأويل. وقد أجمع أهل السنة على الأخذ
بها والإيمان بما دلت عليه على الوجه الذى يليق بالله سبحانه من غير أن يشابه خلقه
في شيء من صفاته. وأما قوله في هذا الحديث"فإن الله قبل وجهه إذا صلى"
وفي لفظ"فإن ربه بينه وبين القبلة " فهذالفظ محتمل يجب أن يفسر بما
يوافق النصوص المحكمة كما قد أشار الإمام ابن عبد البر إلى ذلك، ولايجوز حمل هذا
اللفظ وأشباهه على مايناقض نصوص الاستواء الذي أثبتته النصوص القطعية المحكمة
الصريحة. والله أعلم (المكتبة
الشاملة أون لاين)
[7] تفصيله فيما يلي :
ü هل يقال الله جالس
على العرش أو مماس له (islamweb.net)
ü نقول عن علماء السنة
في مسألة الاستواء (islamweb.net)
ü حكم من ينكر استواء
الله على العرش - موقع الشيخ ابن باز
(binbaz.org.sa)
ü المجسم كافر
بالإجماع – موقع لطائف التنبيهات
(lata2ef.blog)
ü حكم التجسيم
والمجسمة عند الشافعية - Shaykh
Gilles Sadek
ü هل صح تفسير
الاستواء على العرش بالجلوس؟ - الإسلام سؤال وجواب
(islamqa.info)
ü الفصل التاسع: رد ما
يُفترى عليه ﷺ بأن ربه سيجلسه على العرش معه والعياذ بالله
- Shaykh Gilles Sadek
ü قول إبن تيمية بأن
الله يجلس ويقعد على العرش والعياذ بالله
(sunnaonline.org)
ü عقيدة: قعود الله
على عرشه … !! | ::: مـــدونـــة الآثـــار الســلـفـيـة
::: (wordpress.com)
ü ص4 - كتاب شرح حديث النزول - شرح حديث النزول - المكتبة
الشاملة (shamela.ws)
ü هل كفر الشافعي من قال أن الله
جالس كما زعم جميل حليم الكذاب -
YouTube
ü ص44 - أرشيف ملتقى أهل الحديث -
المجسم كافر - المكتبة الشاملة الحديثة
(al-maktaba.org)